Ceramah Master Cheng Yen: Menyalakan Pelita Batin dan Memperluas Cinta Kasih


Sesungguhnya, dalam kehidupan ini, sangat sulit untuk menyelaraskan unsur-unsur alam, terlebih sulit lagi untuk menjaga pikiran manusia agar tetap seimbang. Ketidakselarasan pikiran manusia telah menyebabkan perang antarnegara. Perang menyebabkan gelombang pengungsi. Saat melarikan diri, para pengungsi tidak ada waktu untuk membawa barang yang dibutuhkan ataupun barang berharga mereka. Untuk bertahan hidup, mereka hanya bisa membawa anak-anak mereka untuk melarikan diri.

Dengan kewajiban melindungi negara, sebagian pria hanya bisa melindungi istri dan anak-anak mereka dengan mengantarnya ke tempat yang aman sehingga mereka dapat hidup dengan aman dan damai. Namun, mereka juga tidak tahu dengan jelas di mana mereka harus tinggal. Para pria itu pun harus kembali ke negara mereka. Inilah yang disebut perpisahan. Tidak ada yang bisa mereka lakukan atas hal ini. Masa depan mereka sungguh tidak jelas dan mereka berada di antara hidup dan mati.

“Di sepanjang perjalanan, saya memberi tahu kepada anak-anak bahwa kita harus mencari tempat tinggal yang baru dan kita harus pergi ke Polandia. Ketika di perbatasan, saya terus menelepon suami saya. Dia harus berjuang dalam perang dan kami harus pergi ke tempat yang aman,” kata Mila Warga Ukraina.

Marilah kita menempatkan diri di posisi mereka dan memahami situasi mereka. Mereka harus berpisah satu sama lain. Pemandangan seperti itu sungguh merupakan suatu penderitaan. Sudah lebih dari seratus hari sejak perang dimulai. Bagaimana mereka melewati seratus hari ini? Setiap detik terasa seperti satu tahun bagi mereka. Sesungguhnya, setiap detik bisa saja merupakan perpisahan selamanya bagi mereka. Rumah mereka juga bisa hancur kapan saja.


Lihatlah seorang perempuan yang menangis pilu. Dia adalah seorang pengungsi yang memiliki jalinan jodoh untuk bertemu dengan Tzu Chi. Setelah mendapat penghiburan dan rangkulan dari relawan Tzu Chi, dia bangkit dan mengubah pikirannya sehingga dapat tersenyum kembali dan mulai menghibur orang lain. Sesungguhnya, dia sedang bersedih dan berduka. Saya mengagumi keberanian dan welas asihnya. Dengan hati yang penuh welas asih, dia dapat bangkit dan membantu orang lain. Dia berbagi pengalamannya dengan mereka yang juga melarikan diri dan membimbing mereka agar bermanfaat bagi orang lain. Ini adalah hal yang sungguh langka dan berharga.

Jumlah insan Tzu Chi terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun, berapa banyak orang yang kita bisa bantu kali ini? Mereka yang telah mendapatkan perhatian dan cinta kasih dari Tzu Chi serta telah mendengar tentang misi Tzu Chi merasa sangat tersentuh dan bersyukur. Mereka semua berikrar dan bertekad untuk menjalankan semangat Tzu Chi saat kembali ke negara masing-masing. Inilah yang disebut meneruskan pelita dan menautkan hati satu sama lain.


Relawan telah mewariskan semangat Tzu Chi. Meski cahaya pelita ini bagai kunang-kunang, tetapi terus menyebar ke berbagai penjuru. Selain mendengar saya mengatakan bahwa kita perlu meneruskan pelita batin dan memperluas cinta kasih, para relawan itu juga mempelajari gerakan ini dari saya. Dengan semua jari disatukan, ini menandakan bahwa mereka semua dapat berhimpun karena adanya jalinan jodoh. Mereka telah menautkan hati mereka bersama dan mengajak orang-orang untuk melakukan hal yang sama. Mereka telah menyatukan hati untuk bekerja sama.

Hendaklah kita semua menyalakan pelita hati dan menerangi semua orang ke jalan yang benar. Hal ini dapat dilakukan oleh semua orang. Bodhisatwa sekalian, inilah prinsip kebenaran di dunia. Kita harus tahu berpuas diri untuk merasakan kebahagiaan. Sesungguhnya, berapa banyak hal yang kita butuhkan? Kita sendirilah yang harus tahu berpuas diri. Jika terus membandingkan diri kita dengan orang lain, kita akan selalu menemukan yang lebih daripada kita. Dengan demikian, kita tidak akan pernah puas.

Hendaklah kita semua tahu berpuas diri. Mari kita lihat mereka yang kurang beruntung. Ada banyak penderitaan di dunia dan kehidupan tidaklah kekal. Bencana dapat terjadi dalam sekejap dan membawa penderitaan. Hendaklah kita menggenggam waktu saat ini. Lakukanlah yang bisa dilakukan. Praktikkanlah kebajikan dan ciptakan berkah bagi dunia. Kita harus saling mengedukasi dan menumbuhkan pikiran yang tenang dan damai untuk menciptakan kedamaian dunia. Kedamaian adalah berkah.


Bodhisatwa sekalian, saya selalu mengingatkan kita semua untuk selalu bersyukur dan tahu berpuas diri. Hendaklah kita memperpanjang jalinan kasih sayang, memperluas cinta kasih, dan merangkul semua makhluk. Semua ini dapat kita lakukan. Saya berharap bahwa kita semua dapat bertekad. Dengan tekad, kita akan memiliki jalinan jodoh dan kekuatan untuk menciptakan berkah yang tak terhingga. Dengan menciptakan berkah, barulah kebijaksanaan kita akan tumbuh.

Buddha telah mengajarkan kepada kita untuk memiliki cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Dengan cinta kasih, kita akan mencurahkan perhatian dan menciptakan berkah bagi dunia. Dengan welas asih, kita tidak akan sampai hati melihat orang menderita. Kita akan merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaan kita sendiri. Jadi, kita harus memiliki hati yang penuh welas asih. Kita juga harus tekun, bersemangat, serta bersumbangsih dengan sukacita dan keseimbangan batin.

Hendaklah kita tahu berpuas diri dan bersukacita untuk menciptakan berkah bagi dunia. Inilah yang disebut kebijaksanaan. Saya akan terus mengingatkan kepada semuanya untuk menggenggam jalinan jodoh, menemukan kebahagiaan dengan tahu berpuas diri, dan membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus. Saya terus mendoakan kalian semua agar dapat membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus. Terima kasih.

Masa depan yang tidak pasti dan perpisahan adalah penderitaan
Himpunan cinta kasih dapat menumbuhkan kekuatan
Membangun ikrar untuk menyebarkan pelita batin
Tahu berpuas diri dan menciptakan berkah secara luas  

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 Juli 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 22 Juli 2022
The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -