Ceramah Master Cheng Yen: Menyalakan Pelita Hati dengan Keyakinan, Ikrar, dan Praktik

Saya sangat senang. Saat saya mengunjungi Kantor Perwakilan Tzu Chi Nantou, saya melihat bahwa walau sumber daya di sana terbatas, tetapi para relawan menjalankan misi dengan sepenuh hati dan tekad. Saya sangat bersyukur kepada mereka yang melindungi Dharma dan bersumbangsih dengan cinta kasih. Terima kasih.

Saya juga bersyukur kepada mereka yang menginspirasi orang-orang untuk membangkitkan kekuatan cinta kasih. Yang terpenting, kita perlu selamanya menjaga tekad. Para relawan senior memberi saya ketenangan batin karena mereka menapaki Jalan Bodhisatwa dengan mantap, bukan seperti kobaran api yang langsung padam begitu angin menerpa. Saya harap kita dapat menyalakan pelita yang senantiasa menerangi Jalan Tzu Chi.

Saya juga berharap setiap orang dapat yakin pada arah yang diterangi oleh pelita itu serta bertekad dan berikrar untuk mempraktikkan Dharma dalam keseharian dengan cinta kasih yang tulus. Keyakinan, ikrar, dan praktik seperti ini merupakan harapan terbesar saya. Melihat para relawan senior, saya merasa sangat tenang karena mereka selalu mengikuti langkah kaki saya. Belakangan saya sering mendengar insan Tzu Chi yang berikrar untuk mengikuti langkah kaki saya.

“Walau harus mendaki gunung dan menyeberangi sungai, kami akan mengikuti langkah kaki Master. Semoga Master panjang umur. Afrika membutuhkan Master.”

Mereka berkata bahwa mereka akan mengikuti langkah saya dengan erat walau harus mendaki gunung. Walau mereka membutuhkan terjemahan untuk mendengar ceramah saya, tetapi dalam praktiknya, mereka tidak melewatkan satu kata pun dalam Dharma. Mereka mengikuti langkah saya dengan erat. Ini membuat saya merasa sangat tenang.

 

Saat saya berkunjung ke Taichung, para relawan membahas tentang siklon pada Maret lalu yang sangat saya khawatirkan. Siklon itu menerjang tiga negara, yakni Malawi, Zimbabwe, dan Mozambik. Insan Tzu Chi telah menjangkau ketiga negara ini. Kita memiliki jalinan jodoh yang lebih mendalam di Mozambik. Insan Tzu Chi dari beberapa negara mencurahkan perhatian ke sana.

Kini, di Mozambik, kita telah merencanakan pembangunan sekolah dan perumahan cinta kasih serta bantuan medis. Kini insan Tzu Chi dari 55 negara dan wilayah mengumpulkan dana  untuk pembangunan kembali di Mozambik. Saya sangat bersyukur untuk itu.

Bodhisatwa sekalian, kita terus menghimpun kekuatan cinta kasih. Tanpa memengaruhi kelangsungan hidup kita, kita bisa menolong orang-orang yang membutuhkan di Mozambik yang berjodoh dengan kita. Saya mewakili mereka mengucapkan terima kasih kepada kalian. Saya juga mendengar cerita dari para relawan yang ikut membantu pada Gempa 921.

“Saya merupakan pedagang mi, bukan pekerja konstruksi. Berhubung guncangan Gempa 921 merobohkan banyak bangunan, barulah kami membantu dalam pembangunan. Awalnya, kami mendirikan rumah rakitan sementara dari pukul 6 pagi. Berhubung berdagang mi, saya harus bangun pagi untuk melakukan persiapan. Saya sampai di lokasi pembangunan pada pukul 7 lebih atau pukul 8. Saya juga berusaha untuk pergi ke lokasi pembangunan lebih awal, tetapi terkadang, karena perlu melakukan persiapan untuk berdagang, tidak banyak yang bisa saya lakukan. Akhirnya, istri saya berkata, “Berhubung kamu sangat ingin membantu, lebih baik kita mempekerjakan seseorang. Kamu dapat fokus dalam pembangunan.” Master, walau saat itu kami bukan pekerja konstruksi profesional, tetapi kami banyak belajar tentang konstruksi di Tzu Chi. Saya bersyukur kepada Master yang telah memberi kami kesempatan bersumbangsih. Terima kasih,” tutur Tian Hong-fu, relawan Tzu Chi.

 

Seorang relawan yang merupakan pedagang mi turut membantu di lokasi konstruksi. Saat mendirikan rumah rakitan sementara, para relawan kita juga memperhatikan konservasi tanah dan air sehingga saluran air tidak tersumbat dan lahan itu bebas dari banjir. Mereka menjaga ketenteraman daerah tersebut selama bertahun-tahun.

Bodhisatwa sekalian, kini kita dapat melihat di 30-an sekolah di Nantou yang kita bangun kembali, murid-murid telah tumbuh dewasa, meniti karier, dan berkeluarga. Ini membuat kita merasa terhibur. Saya sangat bersyukur gedung-gedung sekolah ini begitu kukuh sehingga dapat dimanfaatkan hingga bertahun-tahun kemudian.

Saya juga melihat anak seorang relawan yang kini telah tumbuh besar. Kini dia sangat cantik dan menggemaskan. Pada Juni dua tahun yang lalu, Yi-xuan mengalami infeksi pada lapisan dalam jantung karena serangan bakteri. Hanya dalam satu hari, skala komanya turun menjadi 3.

“Berkat doa dari Master dan semua orang serta curahan perhatian, dukungan, dan pendampingan dari para relawan, pemulihan Yi-xuan berjalan lancar,” kata Wang Wen-jun,  Ibu Yi-xuan.

Kini dia telah kembali bersekolah. Dia duduk di bangku kelas satu SMP di sebuah sekolah yang kita bangun kembali, SMP Chung Hsing. Setiap minggu dia akan kembali ke RS Tzu Chi untuk menjalani akupunktur dan fisioterapi. Dia rasa, dia harus cepat pulih agar tidak perlu bergantung pada anggota keluarganya ataupun orang lain.

 

“Terima kasih kepada Kakek Guru yang mendoakan saya saat saya sakit serta para paman dan bibi yang memberi dukungan dan doa sehingga saya memiliki keberanian untuk melanjutkan fisioterapi. Saya akan lebih tekun menjalani fisioterapi. Saya ingin menjadi Tzu Ching saat dewasa dan menjadi anak Kakek Guru. Saya juga ingin mengikuti pelatihan dan menjadi murid Kakek Guru yang baik. Kakek Guru, saya harap Anda dapat melantik saya.

“Kamu harus bekerja keras, tekun, dan bersemangat.”

“Baik. Terima kasih, Kakek Guru.”

“Kamu harus bekerja keras agar cepat pulih.”

“Semoga Kakek Guru dapat menjaga kesehatan.”

“Baik, kita bekerja keras bersama-sama.”

Dirinya penuh dengan harapan. Asalkan masih hidup, pasti ada harapan. Dia terus menjalani fisioterapi dan perlahan pulih. Kini dia dapat berjalan ke hadapan saya.

“Baik, saya mendoakanmu. Terus bekerja keras, tekun, dan bersemangat. Kelak kamu harus menjalankan Tzu Chi dan menapaki Jalan Bodhisatwa, ya? (Baik.) Apa kamu bersedia melakukannya? (Saya bersedia).

Ingat untuk selalu tekun dan bersemangat. Berjuanglah. Semut kecil juga bisa dapat mendaki Gunung Sumeru.

Guru dan murid berikrar untuk menuju arah yang sama
Menyalakan pelita hati dengan keyakinan, ikrar, dan praktik
Bodhisatwa menghimpun cinta kasih universal
Melenyapkan penderitaan semua makhluk dengan welas asih dan kebijaksanaan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Januari 2020     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 18 Januari 2020

Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -