Ceramah Master Cheng Yen: Menyalurkan Bantuan Bencana dan Menyebarkan Cinta Kasih ke Seluruh Duniai

“Pada tanggal 2 Juni, turun hujan deras di Taipei. Pada malam itu juga, seluruh fungsionaris Tzu Chi berkumpul di Kantor Perwakilan Tzu Chi Neihu. Begitu mendengar bahwa terjadi bencana, kami langsung menyurvei kondisi bencana. Para relawan konsumsi juga bersiap sedia di Kantor Perwakilan Tzu Chi Neihu. Saat tiba di lokasi bencana, kami melihat lumpur di mana-mana. Banyak rumah yang ruang bawah tanah dan lantai dasarnya tergenang banjir. Setelah berkoordinasi dengan Lurah, kami segera mengantarkan 200 kotak makanan hangat dan air mineral kepada warga. Saya sangat berterima kasih kepada seluruh fungsionaris di Neihu yang bersumbangsih dengan sepenuh hati sehingga rumah korban bencana dapat dibersihkan dalam waktu singkat,” ucap Wang Tu-kun, Relawan Tzu Chi.

Saya adalah Li Guo-rong, lurah Xi’an, Neihu. Pada tanggal 2 Juni, saya memperoleh makanan hangat pertama pada pukul 11.30 malam, yaitu mi goreng yang dibawakan insan Tzu Chi. Pada tanggal 3 Juni, saya memperoleh dua kotak makanan dan keduanya diberikan oleh Tzu Chi. Saya menghabiskan waktu bersama insan Tzu Chi di komunitas untuk menghibur, memperhatikan, dan membantu warga yang terkena dampak banjir. Di sini, saya mewakili diri sendiri dan setiap orang yang pernah menerima bantuan kalian mengucapkan terima kasih,” ucap Li Guo-rong, Lurah Xi’an, Neihu. “Terima kasih.”

“Pada hari kedua terjadinya banjir, saat kami para korban banjir merasa tidak berdaya, kami melihat para Bodhisatwa dunia, yaitu para relawan Tzu Chi. Mereka mengulurkan tangan dengan penuh cinta kasih universal untuk membantu kami. Kami datang ke sini untuk berterima kasih kepada Master dan para relawan Tzu Chi yang memberi kami kehangatan dan membantu kami sehingga bisa hidup seperti sedia kala dalam waktu singkat. Terima kasih,” ucap Zhang He-ping, Korban banjir.

doc tzu chi

“Saya masih ingat pada tanggal 2 Juni, petugas keamanan mengetuk pintu dan berkata bahwa terjadi banjir. Saat keluar, saya melihat bahwa air hampir menggenangi halaman saya. Saya pun mulai melakukan penanggulangan darurat. Kemudian, petugas keamanan memberi tahu kami bahwa akan ada relawan Tzu Chi yang datang untuk membantu dan mengantarkan makanan. Saat mendengarnya, saya sangat terkejut. Setelah mengalami hal ini, saya menjadi lebih mengenal Tzu Chi. Saya bersedia berbagi tentang kebaikan Tzu Chi. Tentu saja, saya juga bersedia bergabung ke dalam Tzu Chi saat jalinan jodoh matang. Saya berterima kasih kepada Master yang memimpin sekelompok besar relawan sehingga semangat cinta kasih universal bisa disebarkan ke seluruh dunia. Saya berterima kasih kepada kalian semua yang beberapa waktu belakangan ini telah sangat bekerja keras,” ucap Zhang He-ping, Korban banjir.

Kali ini, kita melihat dedikasi insan Tzu Chi. Meski sangat tersentuh, tetapi saya juga sangat khawatir. Sulit untuk mendeskripsikan apa yang saya rasakan. Selama beberapa hari itu, melihat relawan yang sudah berusia 70-an dan 80-an tahun turut mengangkat ember berisi lumpur dari ruang bawah tanah, saya sungguh merasa tidak tega. Saya naik tangga saja sudah terengah-engah, tetapi para relawan kita melakukan pekerjaan seberat itu. Bagaimana mungkin saya tega melihat semua itu? Ada banyak hal yang harus kita renungkan. Tentu, hati penuh welas asih agung harus kita pertahankan untuk selamanya.

Bodhisatwa sekalian, tubuh kita akan melemah, tetapi jiwa kebijaksanaan kita tidak akan memudar. Seiring berlalunya waktu, tubuh kita menua dan melemah, tetapi jiwa kebijaksanaan kita akan selamanya sehat dan penuh kekuatan. Ada banyak relawan senior yang sudah bergabung dengan Tzu Chi sejak gempa bumi 21 September 1999. Renungkanlah, sudah berapa tahun berlalu sejak saat itu? Ada beberapa hal yang harus sungguh-sungguh kita renungkan. Pertama-tama, yang terpenting adalah merekrut relawan baru. Kita hendaknya menginspirasi lebih banyak relawan muda. Tidak peduli tua ataupun muda, jika setiap orang bisa membangkitkan cinta kasih, maka akan terhimpun kekuatan. Ada misi yang membutuhkan tenaga, ada pula misi yang membutuhkan keterampilan dan pengetahuan. Kita membutuhkan relawan dari berbagai bidang. Kita harus merekrut lebih banyak Bodhisatwa dunia agar masyarakat senantiasa aman dan tenteram.

doc tzu chi

Saya berharap semua umat manusia dapat hidup bahagia. Dengan demikian, insan Tzu Chi tidak perlu terlalu bekerja keras. Insan Tzu Chi tidak berkata bahwa mereka bekerja keras, mereka berkata bahwa mereka dipenuhi berkah. Jangan membuat saya khawatir kalian juga harus menjaga keselamatan diri. Mendengar bahwa mata seorang relawan kita terciprat lumpur, saya sangat khawatir. Mendengar tangan dan kaki beberapa relawan kita tertusuk paku, saya segera meminta staf departemen pengembangan DA.AI Technology untuk datang ke Griya Jing Si dan memintanya mengembangkan alas sepatu untuk melindungi kaki dari tusukan paku.

Beberapa hari yang lalu, mereka telah membawa sampel alas sepatu ke Griya Jing Si dan menunjukkannya pada saya. Saya berkata pada mereka untuk mulai memproduksi alas sepatu itu agar kaki para relawan kita terlindungi. Dengan demikian, saya bisa merasa lebih tenang. Untuk menyalurkan bantuan, kita juga harus memiliki perlengkapan keamanan. Lewat masalah yang dialami, kebijaksanaan bisa bertumbuh. Karena masalah terlukanya relawan kita, kebijaksanaan kita bertumbuh lagi. Selama ini, relawan kita selalu bersumbangsih tanpa pamrih. Buddha mengajari kita untuk bersumbangsih tanpa pamrih serta jangan melekat pada siapa yang memberi, siapa yang menerima, dan apa yang diberikan. Ini berarti kita harus melatih kondisi batin kita hingga bisa bersumbangsih tanpa kerisauan.

doc tzu chi

Saya menyederhanakannya menjadi bersumbangsih tanpa pamrih sekaligus bersyukur. Sungguh, kita harus bersyukur. Jika bukan karena relawan kita tertusuk paku, kita juga tidak bisa mengembangkan alas sepatu seperti itu. Beberapa hari itu, insan Tzu Chi memberikan bantuan dengan sepenuh hati. Saat beberapa relawan kita berjalan di jalan, mereka bertemu dengan seseorang yang mungkin tinggal di sekitar sana. Saat melihat insan Tzu Chi, orang itu berkata, “Apakah kalian relawan Tzu Chi?” “Saya hanya ingin memeluk kalian.” Insan Tzu Chi sering berkata bahwa kita membentangkan jalan dengan cinta kasih. Sejak Tzu Chi berusia 40 tahun, saya sudah berkata bahwa kita membentangkan setiap inci jalan dengan cinta kasih. Jadi, setiap inci jalan Tzu Chi dibentangkan dengan cinta kasih.

Insan Tzu Chi membentangkan sebuah jalan yang rata dan menunjukkan arah yang benar sehingga masyarakat bisa bersama-sama membentangkan jalan ini dan membangkitkan cinta kasih. Dengan cara inilah Tzu Chi membentangkan setiap inci jalan dengan cinta kasih. Tzu Chi telah berdiri selama 51 tahun dan terus berkembang dari tidak ada menjadi ada dan dari kecil menjadi besar. Dimulai dari Taiwan, jalan Tzu Chi telah terbentang ke lebih dari 90 negara. Karena itu, saya ingin berkata bahwa dengan sumbangsih yang tulus dan kekuatan cinta kasih kalian, Tzu Chi bisa menolong lebih banyak orang di seluruh dunia. Tentu saja, kalian harus ingat untuk tidak membuat saya terlalu khawatir. Selain meraih sukacita dalam Dharma lewat bersumbangsih, kalian juga harus membuat saya merasa tenang. Untuk menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia, kita harus bersumbangsih tanpa pamrih sekaligus mengucap syukur. Dengan demikian, kita baru bisa menyebarkan Dharma ke seluruh dunia dan membebaskan dunia dari bencana.

Menyalurkan bantuan darurat dengan tulus dan mawas diri
Merekrut lebih banyak Bodhisat
wa dunia untuk mewariskan cinta kasih
Mengembangkan alas sepatu
untuk melindungi keselamatan relawan
Menyebarkan ajaran kebajikan ke seluruh dunia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Juni 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 21 Juni 2017

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -