Ceramah Master Cheng Yen: Menyalurkan Bantuan Bencana dengan Welas Asih dan Kebijaksanaan
Topan Nesat mendarat di Su’ao, lalu meninggalkan Taiwan dengan cepat. Kita sungguh harus sangat bersyukur. Namun, kita bisa melihat beberapa fasilitas umum mengalami kerusakan. Meski demikian, sebagian besar warga selamat. Pascatopan, kita sungguh harus bersyukur. Para petugas mulai membersihkan dan memperbaiki jalan. Yang terpenting adalah pemulihan aliran listrik yang dibutuhkan oleh setiap rumah.
Di bawah pengaruh topan, hujan turun secara sporadis. Para teknisi listrik menerjang angin dan hujan serta memanjat ke tempat yang tinggi untuk memulihkan aliran listrik. Kita harus bersyukur kepada mereka. Untuk mengungkapkan rasa syukur kita, kita harus menghargai listrik.
Kita harus menghargai air dan listrik.
Hidup kita tidak terlepas dari air dan listrik. Perlu diketahui bahwa setiap
kali suplai air atau listrik terputus, banyak orang yang harus bergerak untuk
melakukan upaya perbaikan. Ini merupakan tugas yang sangat berbahaya. Mereka
bukan hanya bekerja di dataran rendah, tetapi juga harus memanjat tebing dan
bekerja di pegunungan. Jadi, kita harus bersyukur. Jalanan bisa bersih dan
terbebas dari nyamuk, ini juga berkat para petugas kebersihan. Kita harus
bersyukur pada mereka semua.
Kita harus bersyukur kepada setiap orang di masyarakat. Topan yang menerjang Taiwan kali ini berbeda dari biasanya. Topan Nesat menerjang dua hari lalu dan diikuti oleh Topan Haitang kemarin. Peringatan daratan dan lautan dikeluarkan pada waktu yang sama. Ini sungguh berbeda dari biasanya. Saat mendengar bahwa topan yang terbentuk diberi nama Haitang, saya merasa bahwa nama itu tidak asing. Saya lalu meminta staf kita untuk mencari tahu kapan Topan Haitang pernah mendarat di Taiwan. Ternyata, pada tahun 2005.
Pada tahun itu, Topan Longwang juga menerjang. Keduanya merupakan topan berkekuatan tinggi. Beberapa genting tembaga di Auditorium Pembabaran Sutra, Aula Jing Si Hualien terangkat oleh angin. Ruang bawah tanah juga tergenang banjir. Begitu pula dengan sekolah kita. Tahun itu, kita sungguh sangat sibuk. Sungguh, topan sangat menakutkan.
Hari ini adalah hari bersejarah Tzu Chi.
Pada tanggal 31 Juli 1996, Topan Herb menerjang Taiwan. Perlu diketahui betapa
besarnya bencana yang didatangkan Topan Herb bagi Taiwan. Dari utara hingga
selatan, seluruh Taiwan terkena dampak bencana. Tahun itu, saya memulai perjalanan
saya pada tanggal 7 Agustus. Berhubung topan membawa dampak bagi seluruh
Taiwan, termasuk Keelung, maka saya melakukan perjalanan dari wilayah utara
menuju selatan.
Dalam semua pameran kita, kita bisa melihat foto tanah longsor yang disebabkan oleh Topan Herb. Bukan hanya jalan, bahkan tebing pun ambruk. Insan Tzu Chi menerjang bahaya untuk memberikan bantuan bencana. Karena itu, kini saya selalu berkata bahwa harus menjaga keselamatan diri.
Dalam penyaluran bantuan bencana, menjaga keselamatan diri sangatlah penting. Jadi, sejarah Tzu Chi bisa menjadi pelajaran bagi kita. Setiap hari, saat akan mengemban misi Tzu Chi, kita harus mengingat pengalaman sebelumnya. Dengan begitu, kita akan tahu bagaimana mengemban misi agar dipenuhi sukacita dan bagaimana menghindari tindakan berbahaya. Inilah yang disebut praktik damai dan sukacita.
Kita harus menghindari hal-hal di luar kemampuan kita. Kita harus menghindarinya. Untuk hal-hal yang mampu kita lakukan, kita harus mengerahkan segenap hati dan tenaga, sedangkan untuk hal-hal di luar kemampuan kita, kita jangan memaksakan diri. Kita harus menggunakan kebijaksanaan dalam menciptakan berkah. Sungguh, insan Tzu Chi harus menciptakan berkah, juga harus menumbuhkan kebijaksanaan.
Setiap hari, ada sejarah Tzu Chi yang bisa
menjadi buku pelajaran untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita. Kita
hendaknya selalu mengenang sejarah Tzu Chi. Inilah bahan pelajaran kita.
Kembali pada Topan Nesat, dua hari yang lalu, sebelum topan mendarat, beberapa wilayah di Pingtung sudah terkena dampak bencana. Jalanan mulai tergenang banjir. Perlahan-lahan, rumah di dataran rendah juga tergenang banjir. Karena itu, insan Tzu Chi segera mencurahkan perhatian kepada saudara se-Dharma di lokasi bencana.
Kita mendirikan pusat antisipasi dan koordinasi bencana di seluruh Taiwan agar kita bisa mengetahui kondisi di seluruh Taiwan. Kita juga memperhatikan saudara se-Dharma. Kita melakukan ratusan panggilan telepon untuk memperhatikan kondisi relawan kita dan berpesan pada mereka agar tidak keluar dan mengutamakan keselamatan. Melihat kekuatan cinta kasih para Qingxiushi dan dedikasi para staf kita, saya sungguh sangat bersyukur. Terlebih, ketua pelaksana misi amal terus mendampingi para staf kita. Apa pun yang terjadi, dia tetap mendampingi mereka dengan sabar. Saya sungguh sangat tersentuh. Inilah kekuatan cinta kasih. Jadi, saya berharap setiap orang dapat bersungguh hati.
Sebelum topan menerjang, relawan kita mengunjungi penerima bantuan kita di seluruh Taiwan untuk memberikan bantuan dan nasihat. Karena khawatir mereka tidak bisa keluar saat topan menerjang, kita terlebih dahulu mengantarkan bahan pangan kepada mereka. Kita juga mengingatkan mereka untuk melakukan antisipasi topan. Inilah yang insan Tzu Chi lakukan sebelum topan menerjang.
Pascatopan, relawan kita juga terus mengumpulkan informasi tentang kondisi bencana agar bisa memberikan bantuan dengan tepat. Baik sebelum dan sesudah topan maupun saat mengumpulkan informasi, relawan kita sangat bersungguh hati. Sungguh, banyak hal yang membuat saya bersyukur dan tersentuh. Namun, saya tetap ingin mengingatkan kalian untuk waspada dalam melakukan segala hal. Saya bersyukur pascatopan, para relawan menelepon dan melaporkan bahwa mereka selamat. Mendengar kabar ini, saya sangat gembira.
Kita bisa melihat relawan kita menggunakan perahu kecil untuk mengantarkan makanan. Dari rumah ke rumah, mereka berteriak, Makanan datang! Makanan datang! “Hai / Satu? Apakah Anda punya ember? Bisakah Anda mengambilnya? Punya tali? Hati-hati. Bagaimana jika ambil satu lagi? Ada topan lain yang akan menerjang. Anda harus waspada.”
Lihatlah, relawan kita bahkan berkata
bahwa itu tidak cukup dan memintanya menurunkan ember untuk mengambil satu
kotak makanan lagi. Relawan kita sepenuh hati mencurahkan perhatian. Sungguh,
banyak hal yang harus disyukuri. Antarsesama manusia hendaknya saling
memperhatikan seperti ini.
Sejarah Tzu Chi bagai bahan pelajaran
Menumbuhkan kebijaksanaan
dari pengalaman
Menyalurkan bantuan bencana
juga harus menjaga keselamatan diri
Terus mencurahkan perhatian
dengan welas asih dan kebijaksanaan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Juli 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 2 Agustus 2017