Ceramah Master Cheng Yen: Menyalurkan Bantuan Bencana ke Afrika

Beberapa waktu ini, setiap hari saya selalu mengkhawatirkan masalah bencana di Afrika Timur. Kondisi bencana yang terjadi di 3 negara di Afrika Timur terus terlintas dalam benak saya. Jadi, saya terus mengungkitnya. Terlebih lagi, sekarang saya juga melihat terjadinya penyebaran epidemi. Sungguh, selain mengkhawatirkan warga setempat yang menderita dan membutuhkan bantuan darurat, saya juga mengkhawatirkan orang yang mendedikasikan diri dalam bantuan bencana.

Karena air yang terkontaminasi, sanitasi yang buruk, dan kekurangan gizi, epidemi seperti kolera dapat menyebar dengan cepat dan menjadi sulit untuk dikendalikan. Jadi, saya juga sangat mengkhawatirkan orang yang pergi menyalurkan bantuan.

Relawan Tzu Chi memberikan sepaket demi sepaket barang bantuan kepada setiap keluarga korban bencana secara langsung. Isi barang bantuan adalah barang yang sangat dibutuhkan dalam keseharian. Baik gelas plastik, ember plastik, sendok, maupun kelambu, kita siapkan dengan cukup untuk mereka gunakan. Kini, terjadi wabah kolera dan malaria. Saya sangat khawatir kondisi lingkungan dan sanitasi yang buruk mengundang banyak nyamuk yang menggigit orang dan menularkan penyakit.

 

Lingkungan di sana juga sangat tercemar dan kotor. Relawan kita memberi warga cairan pembersih, pembersih air, dan lain-lain agar mereka dapat membersihkan lingkungan tempat tinggal mereka. Para relawan kita begitu penuh perhatian. Mereka membimbing warga untuk makan dengan menggunakan sendok karena jika langsung mengambil makanan dengan tangan yang tidak bersih untuk dimakan, maka bisa menimbulkan penyakit.

Relawan kita memberi perhatian dengan saksama, bahkan sendok pun disiapkan oleh mereka. Setiap keluarga juga diberi gelas plastik agar mereka memakai gelas masing-masing dan tidak saling menularkan penyakit. Dalam membantu orang, kita selalu menempatkan diri pada posisi si penerima sehingga kita bisa tahu apa yang mereka butuhkan.

Lihatlah, relawan kita di Mozambik telah menyiapkan sepaket demi sepaket barang bantuan dengan saksama. Dari mana barang bantuan dikirim? Dari tempat yang jaraknya 1.200 km lebih dari wilayah yang terkena dampak bencana terparah, yaitu Rumah Tzu Chi Mozambik yang sering kita lihat. Relawan kita mengumpulkan, mengemas barang bantuan, dan berangkat dari sana. Relawan kita yang berada di garis depan harus sangat bekerja keras.

 

Saya sangat berterima kasih kepada para Bodhisatwa dunia yang mengemban setiap tanggung jawab untuk menjalankan misi ini. Dua relawan muda dari Afrika Selatan juga terjun ke wilayah yang terkena dampak bencana. Selama beberapa hari, mereka melakukan survei pascabencana, memahami kondisi bencana, dll. Beberapa hari lalu, mereka telah meninggalkan tempat itu karena harus kembali bekerja.

Setelah mengurus pekerjaan mereka dengan baik, mereka akan kembali lagi ke sana. Mereka masih begitu muda, tetapi bersedia mengemban tanggung jawab. Ini sangat tidak mudah.

Denise dan suaminya, Dino, yang tinggal 1.000 km lebih dari daerah bencana, juga mengajak relawan lokal untuk menempuh perjalanan panjang yang penuh kesulitan untuk tiba di sana. Relawan dari Afrika Selatan dan Mozambik berkumpul bersama dan bekerja sama dengan harmonis untuk menyalurkan bantuan bencana. Mereka tidak bisa menyerahkan barang bantuan begitu saja, melainkan harus mengirimkan barang bantuan ke wilayah yang terkena dampak bencana.

 

Saya sangat bersyukur bahwa seorang manajer umum  dari Perusahaan Luqiao diperkenalkan kepada Tzu Chi sehingga beliau memahami sumbangsih cinta kasih Tzu Chi di sana. Perusahaannya memiliki gudang di Mozambik dan di wilayah yang terkena dampak bencana terparah. Jadi, beliau mengosongkan gudangnya agar kita dapat terus-menerus memasukkan barang bantuan. Tidak peduli berapa banyak, setiap hari kita dapat menyalurkan barang bantuan di sana.

Beliau juga bisa membantu kita menyediakan mobil. Beliau berkata bahwa mereka akan berusaha segenap hati dan tenaga untuk mengirimkan barang bantuan ke tempat yang ingin kita tuju. Beliau dan perusahaannya telah memberi dukungan yang sangat besar kepada kita. Mereka adalah Bodhisatwa dunia yang bersedia mendedikasikan diri. Jadi, seberapa besar tekad dan cinta kasih kita, seberapa besar pula kekuatan kita untuk menjangkau orang yang membutuhkan. Ini disebut berkah. Berkah ini akan kita tuai kembali.


Semua orang harus tulus. Bukankah dalam ceramah pagi saya, saya sering berkata bahwa kita harus tulus? Hanya ketika kita memiliki ketulusan, para Buddha dan Bodhisatwa dapat merespons dan kita dapat merasakannya. Kita tidak hanya duduk berdoa untuk memohon kepada Buddha dan Bodhisatwa agar membantu kita, tetapi kita juga harus melakukan tindakan nyata dan menginspirasi orang untuk membantu orang yang membutuhkan. Jadi, kita harus membimbing dan menginspirasi orang untuk bersumbangsih.

Dengan niat yang sederhana, kita dapat membantu orang yang menderita. Tentu saja, kita juga dapat berhemat untuk membantu orang yang membutuhkan. Ini tidak akan memengaruhi hidup kita. Sebaliknya, donasi kita akan menjadi bantuan besar bagi yang membutuhkan. Semua orang seharusnya dapat melakukannya.Berhubung hidup di tempat yang memiliki berkah, kita harus membangun tekad seperti ini.

Saya ingin mengimbau orang-orang untuk mendonasikan sedikit uang dari kantong kita karena sedikit demi sedikit sumbangsih ini dapat menjadi bukit. Ulurkan sepasang tangan kita agar tetes-tetes cinta kasih terhimpun menjadi lautan besar. Dengan demikian, kita bisa menggerakkan kapal cinta kasih untuk menolong semua makhluk dari penderitaan. Sungguh, kita harus memberi bantuan darurat bagi mereka yang terkena dampak bencana di Afrika. Semua orang dapat melakukan ini.

 

Wabah kolera di wilayah bencana membutuhkan uluran tangan

Berterima kasih kepada relawan yang mengemban misi di garis depan

Membangun tekad dengan tulus dan menuai berkah

Tetes-tetes cinta kasih terhimpun menjadi lautan

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 4 April 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 6 April 2019

Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -