Ceramah Master Cheng Yen: Menyalurkan Bantuan Bencana meski Penuh Rintangan

Lihatlah banyaknya orang yang menderita akibat terjadinya bencana. Di Mozambik, Zimbabwe, dan Malawi, kini banyak orang yang hidup menderita, bahkan tidak memiliki air minum. Berhubung terjadi banjir, tidak ada air yang bisa dikonsumsi dan kebersihan lingkungan juga sangat buruk. Warga setempat telah dilanda krisis.

Selain masalah tempat tinggal, juga terdapat masalah air. Air yang dikirimkan dari luar sangatlah mahal. Setetes air bersih pun sulit diperoleh. Kita harus bersungguh hati memikirkan cara mengirimkan air ke lokasi bencana. Jarak dari Afrika Selatan ke Malawi sekitar 2.400 hingga 2.500 kilometer. Untuk menjangkau wilayah yang terkena dampak bencana serius, harus menempuh ratusan kilometer lagi.

Untuk menjangkau seluruh korban bencana, kita perlu menempuh jarak sekitar 3.000 kilometer. Mengantarkan air ke lokasi bencana sungguh sulit dan penuh rintangan. Biasanya, kita tidak merasakan betapa pentingnya air. Saat kita membutuhkannya, kita baru menyadarinya. Lihatlah betapa sulitnya mengantarkan air untuk memenuhi kebutuhan orang-orang. Zimbabwe juga membutuhkan air.

 

Jadi, kita harus menghargai air. Sumber daya air sangatlah penting. Setiap orang harus meningkatkan kewaspadaan. Janganlah kita memboroskan air. Kita harus menghemat pemakaian air. Kita harus menghargai segala sesuatu yang kita miliki. Korban bencana yang menderita sangat membutuhkan curahan perhatian orang lain. Begitu pula dengan para korban bencana di Afrika.

Saya ingin mengingatkan kalian bahwa penyaluran bantuan di Afrika merupakan sebuah perjalanan panjang. Setiap hari, kita harus saling menyemangati. Donasi sekecil apa pun harus kita terima dengan sukacita. Asalkan memiliki cinta kasih di dalam hati, kita bisa menciptakan berkah dengan berbuat baik.

Kini, kita dapat berdonasi lewat ponsel. Dengan menggerakkan satu jari saja, kita bisa berbuat baik, menciptakan berkah, dan menolong sesama. Orang yang dipenuhi berkah ialah orang yang menolong sesama. Semoga semua orang bersungguh hati.

Kita bukan hanya bersungguh hati di Afrika. Di Provinsi Qinghai, Tiongkok, terdapat sebuah tempat bernama Yushu. Sejak tahun lalu, salju terus turun tanpa henti di sana. Setelah menjangkau tempat itu, relawan kita mendengar kisah demi kisah yang sangat menyentuh. Saat melihat insan Tzu Chi, seorang bapak berkata, “Saya kenal kalian.” Dia memulainya dengan kalimat ini. Lalu, dia berkata, “Sudah 23 tahun. Dua puluh tiga tahun yang lalu, organisasi dengan logo seperti inilah yang datang menolong kami. Saya sangat menghargai barang-barang yang kami terima saat itu. Kami sangat bersyukur.”

 

Mereka masih menyimpan surat pemberitahuan Tzu Chi. Mereka memiliki rasa syukur yang besar. Demikianlah bermulanya kisah yang menyentuh di sana. Terlebih, ada seorang kakek yang telah berusia 70-an tahun. Dia sangat tersentuh. Dia datang dengan membawa surat pemberitahuan 23 tahun lalu dan menunjukkannya pada semua orang.

Dia berkata, “Ini adalah barang kesayangan yang akan saya lindungi seumur hidup.” Dia menaruh surat itu di dalam Sutra di dekat rupang Buddha. Dia menyimpannya dengan baik dan sangat menghargainya. Dia berkata bahwa dia tidak akan melupakannya seumur hidupnya. Selain itu, anak cucunya juga akan selamanya menyimpan barang ini dengan baik. Selain itu, juga ada seorang bhiksu yang menerjang salju dan menempuh jarak lebih dari 50 kilometer demi menunjukkan suratnya. Dia berkata bahwa saat dia berusia 15 tahun, terjadi badai salju. Saat itu, ayahnya membawa pulang barang bantuan beserta surat ini.


“Sebelum meninggal dunia, ayah saya sangat menghargai surat ini dan menyimpannya di dalam kotak. Ayah saya berpesan untuk menyimpannya baik-baik. Karena kalian telah memberikan bantuan besar pada kami, kami harus menyimpannya dengan baik sebagai wujud rasa terima kasih kami,” tutur Gengqiu Wenjiang, seorang Bhiksu.

Ayahnya memberitahunya untuk selamanya tidak melupakan rasa syukur atas barang bantuan yang diterima. Saat pergi ke sana, yang dirasakan oleh relawan kita ialah kehangatan kasih sayang antarmanusia. Jalinan kasih sayang ini sangat panjang. Mereka telah menyimpan rasa syukur selama 23 tahun. Mereka masih mengingat kebaikan Tzu Chi 23 tahun yang lalu.

Kali ini, berkat adanya jalinan jodoh, kita kembali menjangkau Yushu. Jika bukan karena Yushu kembali dilanda bencana, kita tidak akan memiliki jalinan jodoh untuk kembali berkunjung ke sana. Inilah kekuatan cinta kasih yang terdapat di segala penjuru dunia. Bencana terjadi di seluruh dunia. Di Afrika, terjadi banjir akibat terjangan siklon, sedangkan di Yushu, turun salju lebat dari tahun lalu hingga kini. Saat relawan kita pergi ke sana, salju masih terus turun.


Intinya, kita harus bersungguh hati memperhatikan hal-hal yang terjadi di seluruh dunia. Kita yang hidup di dunia ini hendaknya memperhatikan dunia ini. Semoga setiap orang dapat bersumbangsih semampunya agar orang-orang yang menderita dapat terselamatkan. Terhadap bencana alam, baik badai salju, banjir, siklon, maupun kebakaran, kita harus waspada. Demikianlah kehidupan. Kapan bencana alam akan terjadi dan penderitaan seperti apa yang akan didatangkan, kita tidak bisa memprediksinya.

Mari kita kembangkan cinta kasih yang bijaksana dan mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan. Dengan cinta kasih dan welas asih yang bijaksana, setiap orang bersumbangsih semampunya. Berkat kekuatan banyak orang, kita bisa menghimpun barang bantuan untuk dikirimkan ke lokasi bencana. Kini sudah ada jalan yang bisa ditempuh untuk menjangkau lokasi bencana.

Kita pun tengah menyiapkan barang bantuan. Jadi, saya ingin mengajak orang-orang berdonasi bagi para korban bencana. Dengan menggerakkan satu jari, setiap orang bisa berbuat baik. Inilah keindahan sifat hakiki manusia. Terima kasih. Rasa syukur saya sangat besar dan dalam. Saya bersyukur pada semua orang.

 

Korban bencana di Afrika kekurangan air bersih dan makanan

Menyalurkan bantuan di Yushu dan melanjutkan jalinan jodoh

Memiliki rasa syukur yang besar atas bantuan yang diterima 23 tahun lalu

Mengajak orang-orang berbuat baik dan berdoa demi ketenteraman semua orang

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Maret 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 1 April 2019

Gunakanlah waktu dengan baik, karena ia terus berlalu tanpa kita sadari.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -