Ceramah Master Cheng Yen: Menyalurkan Bantuan dan Menerapkan Konsep Daur Ulang
Evakuasi dimulai sehari setelah badai berlalu. Pada
pukul 7 pagi ini, sekitar 100 orang dievakuasi. Di antara mereka, terdapat banyak
korban luka-luka dan bayi. Kita ingin melakukan pemulihan secepat mungkin.
Karena itu, kita berusaha untuk memperbaiki sarana kesehatan, sarana
pendidikan, suplai air, suplai listrik, dan jaringan telekomunikasi,” kata Emmanuel Macron, Presiden Perancis.
Akibat terjangan Badai Irma, 90 persen lebih
Pulau Saint Martin mengalami kerusakan. Beberapa hari itu, saya sangat khawatir
karena insan Tzu Chi setempat tidak bisa dihubungi. Hingga tiga hari yang lalu,
kita baru tahu bahwa relawan kita selamat. Anggota komite di sana sangat
sedikit, salah satunya adalah Ci Xi. Dia sangat berdedikasi. Di sana juga ada sekelompok
relawan yang memberi dukungan padanya.
Kebetulan, kali ini beras dari Taiwan tiba di
sana tepat sebelum badai menerjang. Beruntung, ada relawan setempat yang
bekerja sama untuk melindungi beras-beras itu dari badai. Pascabadai, beras
segera dibagikan. Dia membuka toko roti dan supermarket bersama kakak
laki-lakinya. Karena itu, selain membagikan beras, mereka juga membagikan roti.
Meski mereka hanya berdua, tetapi ada dukungan para relawan, teman, dan kerabat
mereka.
Jangan meremehkan himpunan kekuatan banyak
orang. Berhubung kekuatan setiap orang tidak besar, maka kita perlu menghimpun
kekuatan bersama. Tidak peduli dalam kondisi sedarurat apa pun, jika semua
orang bekerja sama, maka yang ingin dilindungi akan terlindungi dengan baik. Begitu
badai berlalu, dia dan relawan lainnya segera memberikan bantuan di garis
terdepan.
Inilah laporan yang baru saya terima. Akhirnya,
saya bisa merasa tenang. Seluruh keluarganya aman dan selamat. Tentu saja, materi
yang berwujud akan mengalami kerusakan karena sebanyak 95 persen dari pulau
tersebut mengalami kerusakan. Ada kerusakan parah, ada pula kerusakan ringan. Setelah
menerima kabar, saya merasa jauh lebih tenang. Jika tidak, semula saya hanya
menerima kabar bahwa relawan kita aman dan selamat, tetapi tidak jelas tentang
kondisi di sana.
Kini semuanya telah jelas. Kini kita tahu bahwa
dia aman dan selamat serta bisa mengembangkan potensi untuk bersumbangsih. Ini
membuat saya bisa bernapas lega. Kerisauan saya berkurang satu dan kisah yang
menyentuh bertambah satu. Dia merupakan Bodhisatwa dunia. Saat ada yang
membutuhkan bantuan darurat, dia menjangkau mereka dengan cinta kasih tanpa
mementingkan jalinan jodoh serta perasaan senasib dan sepenanggungan.
Karena tak tega melihat semua makhluk menderita,
dia membangun tekad dan berusaha semampunya untuk segera bersumbangsih. Dia
sungguh pantas dipuji dan disemangati. Saya sungguh sangat bersyukur dan
tersentuh. Sungguh, kita harus menyemangati Ci Xi.
Kita juga melihat Thailand yang sudah hampir 3
bulan dilanda banjir. Kita juga pernah melakukan telekonferensi untuk memahami
kondisi bencana dan penyebab banjir. Berhubung perabot rumah tangga hasil
produksi Thailand banyak digunakan di berbagai negara, maka banyak pohon yang
ditebang. Selain itu, banyak wilayah yang lebih rendah dari permukaan air laut.
“Pada
dasarnya, Bangkok lebih rendah dari permukaan air laut dan sungai. Jadi, tanpa
adanya perubahan iklim, Bangkok juga rentan terhadap bencana. Turunnya
permukaan tanah lebih cepat dari naiknya permukaan air laut. Akibat pembangunan
secara terus-menerus dan penyedotan air tanah secara berlebihan, kota tersebut
mengalami tekanan besar dalam menghadapi perubahan iklim,” ujar Peng Qi-ming, pakar cuaca.
Karena itulah, guyuran hujan deras saja dapat
mengakibatkan banjir. Sejak bulan Agustus, insan Tzu Chi melakukan survei
bencana dan telah membagikan barang bantuan kepada lebih dari seribu keluarga. Inilah
penderitaan di dunia. Kita yang berada di sini mungkin tidak bisa melihat
penderitaan di sana, tetapi insan Tzu Chi setempat yang mencurahkan perhatian
jangka panjang bisa melihat penderitaan yang tak terkira.
Setelah melihat penderitaan, kita harus
menyadari berkah. Saat hidup aman dan tenteram, kita harus menyadari berkah. Dengan
mengurangi sedikit pemborosan, kita bisa menciptakan banyak berkah. Lihatlah di
Yiwu, Tiongkok, saat orang-orang sedang makan
di stan-stan makanan, para relawan kita membungkukkan badan untuk
mengasihi dan melindungi Bumi.
Sesungguhnya, di antara mereka juga terdapat pengusaha, tetapi mereka rela melepaskan status sosial mereka dan masuk ke kolong meja untuk memungut sampah. Ini sungguh tidak mudah. Mereka terus menyosialisasikan konsep daur ulang.
“Ini adalah daftar barang yang bisa didaur ulang. Kalian bisa melakukan pemilahan sesuai daftar ini,” kata Li Danzhuo, relawan.
“Baik”.
“Kalian bisa memilah barang-barang sesuai jenisnya. Contohnya, kertas…,” kata Li Danzhuo.
“Ruang kami terbatas. Di rumah, barang-barang mungkin harus dipilah ke berbagai wadah,” kata seorang warga.
“Tidak apa-apa. Lakukan apa yang bisa kalian lakukan dan serahkan sisanya pada kami. Contohnya kertas. Kertas seberat 50 kilogram setara dengan sebatang pohon berusia 20 tahun. Dua puluh tahun adalah waktu yang sangat panjang. Namun, kita bisa dengan mudah memungut 50 kilogram kertas bekas dari lantai. Inilah yang bisa kita lakukan saat ini. Baik, terima kasih. Saya berharap kalian bisa mendukung gerakan ini,” ujar Li Danzhuo.
“Ini adalah kewajiban kami”.
“Kita sebaiknya mengurangi atau berhenti membeli minuman dalam kemasan botol plastik dan membawa tas ramah lingkungan saat berbelanja,” kata Lu Hongying, relawan.
“Jika Anda menjadi teladan, anak Anda juga tak akan membuang sampah sembarangan. Dengan begitu, Anda melakukan hal yang bermakna setiap hari,” sambung Cheng Liying, seorang relawan.
“Mengapa pemanasan global semakin lama semakin parah? Karena kita menggunakan terlalu banyak barang sekali pakai,” kata Li Danzhuo relawan.
“Selamat bergabung dengan kami. Ada banyak toko pakaian, toko kelontong, dan toko kaus kaki yang mulai menggunakan tas ramah lingkungan. Namun, belum ada perubahan untuk pedagang makanan. Mengapa? Karena para pelanggan terbiasa membuang sampah di lantai. Jadi, masih perlu dibersihkan,” kata Xie Kun, relawan.
Lihatlah, mereka sangat bersungguh hati. Ini bukan hanya dilakukan sehari atau dua hari. Mereka harus memiliki kesabaran dan keberanian serta melepaskan ego untuk melakukan semua itu. Jangan meremehkan tindakan kecil ini, lantas enggan melakukannya. Kita harus menginspirasi setiap orang untuk melakukan tindakan kecil ini dalam kehidupan sehari-hari.
Lihatlah, bukankah lingkungan menjadi bersih dan nyaman? Dengan begitu, bukankah udara akan segar? Ini membutuhkan kekuatan dan partisipasi setiap orang. Jika setiap orang bisa menerapkan konsep daur ulang, kita baru bisa melindungi Bumi dan mengurangi polusi udara. Dengan demikian, kita bisa meredam perubahan iklim yang ekstrem. Jangan meremehkan kekuatan diri sendiri atau siapa pun. Singkat kata, jangan pelit mengerahkan kekuatan cinta kasih. Sumbangsih kecil bisa menciptakan pahala yang tak terhingga.
Mengevakuasi warga pascabadai
Segera memberikan bantuan di garis terdepan
Melanjutkan survei terhadap kondisi banjir di
Thailand
Menerapkan konsep
daur ulang untuk menyelaraskan iklim
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 September 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina