Ceramah Master Cheng Yen: Menyalurkan Bantuan dengan Welas Asih dan Kebijaksanaan
Kita bisa melihat beberapa tahun belakangan ini, Italia kerap dilanda bencana yang mendatangkan penderitaan tak terkira. Demikianlah kehidupan manusia. Ketidakselarasan unsur angin dan air dapat menimbulkan bencana besar. Bagi warga yang terkena dampak bencana, pascabadai ataupun banjir, bagaimana mereka memulihkan rumah dan lingkungan mereka? Mereka sungguh tidak berdaya.
Jadi, betapa beruntungnya tempat yang terdapat Bodhisatwa. Pada bulan Agustus tahun ini, di Kabupaten Chiayi dan Tainan turun hujan deras yang mengakibatkan banjir besar. Di sebagian besar desa dan kecamatan, kita melihat banyak kaum lansia yang sangat menderita karenanya. Insan Tzu Chi segera mengantarkan makanan hangat dengan mendorong perahu mengarungi banjir. Kita terlebih dahulu mengatasi masalah keterbatasan makanan dan minuman.
Selain itu, kita juga menyiapkan tempat tidur lipat dan selimut di tempat penampungan. Kemudian, para relawan kita bekerja sama dengan penuh cinta kasih untuk memberikan bantuan bagai guru tak diundang. Para relawan kita berinisiatif mencurahkan perhatian pada setiap keluarga, membantu membersihkan rumah mereka, serta memberi penghiburan dan sebagainya. Setelah itu, kita juga mengadakan baksos kesehatan.
Semua ini merupakan curahan perhatian yang penuh cinta kasih. Setiap orang di tengah masyarakat hendaknya membangkitkan cinta kasih dan berinisiatif untuk membantu. Insan Tzu Chi bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa pamrih. Para relawan kita juga senantiasa mencurahkan perhatian dengan rasa syukur karena Jalan Bodhisatwa ini merupakan ladang pelatihan. Relawan kita melatih diri lewat interaksi dengan sesama dan masalah yang dihadapi. Ini sungguh tidak mudah.
Kita juga bisa melihat Myanmar. Berhubung Myanmar dilanda banjir besar, relawan kita telah meninjau 4 wilayah. Ada lebih dari 80.000 petani yang merupakan petani kurang mampu. Sawah mereka mengalami kerusakan dan bulir padi mereka kosong. Jadi, mereka sungguh tidak berdaya. Insan Tzu Chi telah menyurvei kondisi di empat wilayah dan kembali ke Taiwan untuk melaporkan bahwa mereka akan menggenggam waktu untuk membagikan bibit kacang. Jadi, mereka kembali menuju Myanmar untuk membagikan bantuan.
Selama pembagian bantuan beberapa hari ini, ada banyak kisah yang menyentuh. Ada sebagian petani yang sangat tersentuh dan berinisiatif untuk membantu memanggul bibit kacang. Saat datang untuk mengambil bibit kacang, mereka pun membantu sebagai relawan. Saya berharap bibit yang kita bagikan kini dapat mendatangkan berkah bagi mereka. Saya juga berharap bencana tak terjadi lagi dan panen mereka berlimpah setiap tahun. Inilah doa saya bagi mereka.
Kita juga berharap mereka dapat menghimpun sedikit demi sedikit cinta kasih untuk menolong sesama. Orang yang tidak dapat menyisihkan uang dapat menyisihkan segenggam beras setiap kali akan memasak untuk menolong sesama. Saat Myanmar dilanda bencana 10 tahun lalu, itulah pertama kalinya Tzu Chi menjangkau Myanmar. Kita memberikan bantuan sekaligus berbagi tentang kisah celengan bambu.
Kita berbagi dengan warga setempat bahwa Tzu Chi berawal dari ibu-ibu rumah tangga yang menyisihkan 50 sen setiap hari. Mereka juga berikrar untuk berdonasi. Namun, sebagian petani tidak mampu menyumbangkan uang. Meski demikian, mereka memiliki beras. Jadi, setiap kali akan memasak, mereka menyisihkan segenggam beras ke dalam guci plastik yang disebut sebagai celengan beras. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.
Akumulasi tetes demi tetes air dapat membentuk samudra. Intinya, kita harus menghimpun kekuatan cinta kasih. Meski terlahir di zaman dan negara yang dilanda penderitaan dan bencana alam, tetapi dengan mengubah pola pikir, mereka juga bisa menolong warga di desa mereka. Meski mereka juga kekurangan, mereka masih bisa bercocok tanam, memperoleh hasil panen, dan memiliki makanan. Jadi, mereka bisa menyisihkan segenggam beras setiap kali memasak.
Satu keluarga yang terdiri atas 4 orang menyisihkan segenggam beras untuk menolong sesama, inilah semangat cukup makan 80% kenyang yang terus kita galakkan. Semua bergantung pada pola pikir kita. Tanpa memengaruhi kesehatan tubuh dan kelangsungan hidup kita, kita bisa menolong sesama. Inilah yang disebut membangkitkan kekayaan batin.
Lihatlah U San Thein yang sering berbagi pengalamannya. Dia akan segera dilantik menjadi relawan Tzu Chi. Kisahnya merupakan kisah yang inspiratif. Kini kita telah mulai melakukan persiapan untuk acara Pemberkahan Akhir Tahun. Kita harus menyiapkan ratusan ribu angpau. Kita sangat bersungguh hati dan teliti membuat angpau berkah dan kebijaksanaan.
Agar tidak meninggalkan sidik jari di angpau berkah dan kebijaksanaan, relawan kita mengenakan sarung tangan. Bukankah ini menunjukkan rasa hormat mereka? Karena itu, orang-orang yang menerima angpau berkah dan kebijaksanaan hendaknya bersyukur atas kesungguhan hati mereka. Angpau berkah dan kebijaksanaan ini bukan berasal dari donasi orang-orang, melainkan dari royalty publikasi buku-buku saya. Angpau berkah dan kebijaksanaan merupakan hadiah dari saya.
Jadi, para bhiksuni di Griya Jing Si tentu akan menggunakan royalti saya untuk membeli bahan-bahan guna membuat angpau. Sungguh, angpau ini sangat murni, tanpa noda, dan tanpa pamrih. Para relawan juga berinisiatif membuatnya dengan pikiran yang murni dan penuh cinta kasih. Jadi, saat menerima angpau ini, kalian harus menghargainya. Kalian bisa mengoleksinya dari tahun ke tahun. Ini lebih bermakna daripada mengoleksi prangko.
Jika mendedikasikan diri puluhan tahun di Tzu Chi, kalian dapat mengoleksi puluhan angpau berkah dan kebijaksanaan yang berbeda-beda setiap tahunnya. Kelak, kalian bisa mewariskannya pada anak cucu kalian sebagai warisan keluarga yang utuh dan berharga. Singkat kata, dengan menuju arah yang benar dan berpikiran positif, kita bisa membawa manfaat bagi sesama. Saya sungguh sangat bersyukur.
Bodhisatwa dunia bersama-sama menyalurkan bantuan bencana
Membagikan bibit berkah dan berharap hasil panen berlimpah
Menghimpun niat baik dengan celengan beras
Mewariskan angpau berkah dan kebijaksanaan pada generasi penerus
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 6 November 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 8 November 2018
Editor: Khusnul Kotimah