Ceramah Master Cheng Yen: Menyambut Berkah di Musim Semi dan Membawa Cahaya Harapan


Di dunia ini, apa pun yang telah kita lakukan, kita dapat membagikannya. Belakangan ini, saya berkata kepada insan Tzu Chi bahwa kita harus menginventarisasi nilai kehidupan. Belakangan ini pula, saya selalu bertanya pada diri sendiri, "Sepanjang kehidupan ini, apakah saya telah menciptakan nilai bagi dunia? Seiring berlalunya waktu, apa yang telah saya wujudkan bagi dunia?"

Seiring berlalunya waktu, pasti ada hal yang telah kita lakukan bagi dunia. Namun, hal itu baik ataukah buruk? Hendaknya kita menginventarisasi kehidupan kita. Kita harus merenungkan apakah kita ada berbuat salah. Jika tidak ada berbuat salah, apakah kita telah melakukan hal baik? Itulah mengapa kita harus menginventarisasi kehidupan. Ketika kita melakukan itu, hanya akan ada 1 hasil, yaitu bersyukur.

Kita bersyukur atas segala hal yang telah terwujud karena semuanya adalah hasil dari kesungguhan hati dan cinta kasih banyak orang yang memiliki harapan dan arah yang sama. Ketika jalan telah dibentangkan, tidak hanya kita sendiri yang menapakinya. Nilai yang terpenting ialah orang-orang di belakang kita juga dapat menapakinya dengan tenang dan aman. Inilah nilai dalam kehidupan.

Belakangan ini, saya mendengar staf Tzu Chi membagikan kisah tentang saya yang memulai pelatihan diri di pondok kayu kecil.


“Master Cheng Yen memulai perjalanan dengan menjadi murid Master Yin Shun pada tahun 1963. Pada bulan Maret 1963, Master pergi ke Vihara Lin Ji, Taipei untuk menerima penahbisan penuh. Setelah kembali dari sana, Master tinggal di sebuah pondok kayu kecil. Kita dapat melihat di layar, ini adalah Vihara Pu Ming. Yang saya lingkari adalah pondok kayu kecil. Luasnya hanya sekitar 9 meter persegi. Di dalam pondok kayu kecil itu, Master setiap hari menyalin dan mempelajari Sutra Teratai. Setiap tanggal 24 menurut kalender Imlek, Master selalu menyulut lengannya dengan dupa sebagai persembahan kepada Buddha,”
kata Shen Guan-ying Staf ahli senior Divisi Dokumentasi dan Sejarah Tzu Chi.

Saat mendengarkannya, saya merasa seperti mendengarkan cerita orang lain. Saya merasakan 2 hal sekaligus. Pertama, saya menyadari bahwa itu tidaklah mudah; kedua, saya merasa sangat kagum. Saya merasa sangat bersyukur.

Lihatlah awal mula Griya Jing Si dibangun dengan luas hanya sekitar 125 meter persegi. Area kecil ini adalah ruang serbaguna. Pada malam hari, ruangan ini dipakai untuk tidur; pada siang hari, ia menjadi ruang kerja Badan Amal Tzu Chi. Saat Bapak Chiang Ching-kuo datang, tempat ini juga dijadikan sebagai ruang tamu. Begitu pula ketika Bapak Lee Teng-hui datang. Dapat terlihat bahwa Tzu Chi telah melakukan hal yang menarik perhatian sehingga mereka datang ke Hualien dan berkunjung ke Griya Jing Si. Saat memikirkan masa-masa itu, rasa syukur sungguh tak terbayangkan.


Dahulu, kami semua duduk di lantai karena tidak ada kursi. Ketika ada pejabat pemerintah yang datang, di dalam ruangan yang kecil itu, kami harus menurunkan papan jendela yang digunakan untuk melindungi ruangan dari topan. Kami menggunakan kaki penyangga dan menaruh papan jendela di atasnya hingga terbentuk sebuah meja panjang. Setelah itu, kami meletakkan taplak plastik di atasnya.

Saat ini, insan Tzu Chi dari seluruh dunia menganggap Griya Jing Si sebagai rumah. Ini adalah keluarga besar yang sangat hangat. Meski ruangannya tidak besar, jalinan kasih sayang dalam keluarga ini sangat panjang dan cinta kasih yang terasa sangatlah besar. Inilah keluarga besar Tzu Chi.

Saya bersyukur karena dapat berada di Taiwan. Saat ini, baik di perkotaan, pedesaan, maupun pegunungan, kita dapat melindungi kehidupan dan kesehatan dengan cinta kasih. Inilah kekuatan cinta kasih yang patut disyukuri. Semuanya telah bersumbangsih dengan cinta kasih. Banyak rasa syukur yang tak habis untuk diceritakan. Ini semua dimungkinkan berkat adanya sumbangsih semua orang yang memiliki tekad sama. Inilah nilai dalam kehidupan.

Hendaknya kita menginventarisasi kehidupan dan bersumbangsih tanpa pamrih di dunia. Inilah nilai kehidupan. Dunia ini luas tanpa batas. Saya berharap semua orang juga memiliki hati yang tanpa batas. Ketika batin kita kaya, kehidupan di dunia pun akan kaya.


Di dunia, pasti ada banyak orang yang menderita. Namun, orang dengan batin yang kaya akan jauh lebih banyak. Orang-orang inilah yang akan mencurahkan perhatian kepada mereka yang membutuhkan, tidak hanya yang kurang mampu secara ekonomi, melainkan juga mereka yang hatinya masih tertutup. Ketika pintu hati tertutup, harta karun di dalamnya tidak akan dapat dibuka. Intinya, segala permata berharga di dalam hati beserta cahayanya akan terkunci di dalam.

Saya berharap pada tahun ini, hendaknya kita semua membuka pintu hati sehingga cahayanya dapat terpancar dan mengubah dunia yang gelap ini menjadi terang. Hendaknya kita membuka hati setiap orang agar mereka dapat membangkitkan kekuatan untuk turut membantu orang-orang di dunia. Inilah harapan saya pada tahun ini.

Saya berharap dunia ini akan aman dan damai serta semua orang dapat menciptakan berkah. Jika semua orang menciptakan berkah, dunia akan dipenuhi dengan energi berkah. Energi berkah dapat melenyapkan bencana. Jadi, hendaknya kita meningkatkan berkah sehingga bencana dapat diredam. Inilah berkah. Menyambut berkah di musim semi adalah harapan terbesar saya. Terima kasih, Bodhisatwa sekalian.

Hendaknya semuanya menghimpun kekuatan cinta kasih dan menciptakan berkah bagi dunia. Terima kasih. 

Tekun, hemat, dan tahan cobaan dalam membangun misi Tzu Chi
Membangun fondasi dengan susah payah
Menginventarisasi kehidupan dan mengembangkan kekayaan batin
Menyambut berkah di musim semi dan membawa cahaya harapan

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 13 Februari 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 15 Februari 2024
Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -