Ceramah Master Cheng Yen: Menyatu dengan Hati Buddha dan Mengemban Tekad yang Sama

Saya melihat insan Tzu Chi sangat beruntung karena dapat bertemu ajaran Buddha pada kehidupan ini. Kita bersama-sama mempraktikkan Jalan Bodhisatwa di dunia. Ini sungguh tidak mudah.

Dalam setiap sesi pelantikan, para anggota komite dan Tzu Cheng mengenakan pita bertuliskan "hati Buddha, tekad Guru" di dada. Mengenakan tulisan itu di dada berarti para anggota komite dan Tzu Cheng sejak hari ini harus memiliki hati Buddha, yakni hati penuh cinta kasih dan welas asih agung, serta mengemban tekad Guru, yaitu teguh di Jalan Bodhisatwa. Jadi, kita harus belajar untuk memiliki welas asih agung dan mempraktikkan Jalan Bodhisatwa.

Sejak dilantik pada hari ini hingga masa depan, kita harus memiliki tekad yang teguh. Bukan hanya bagi generasi sekarang, kita juga harus mewariskan semangat cinta kasih tanpa pamrih ini kepada generasi-generasi yang akan datang.

Sesungguhnya, tiada yang disebut permata berharga. Apakah yang disebut permata di dunia ini? Tiada apa pun yang benar-benar berharga, kecuali semangat cinta kasih yang diwariskan dalam keluarga.

Saya sering mengatakan bahwa keluarga yang memupuk kebajikan pasti memiliki berkah. Keluarga yang memiliki kebajikan pasti memiliki keberuntungan. Meski kita semua adalah makhluk awam, tetapi kita telah memasuki ajaran Buddha. Kita harus memiliki keyakinan dan pemahaman terhadap hukum sebab akibat. Adakah kita menjalin jodoh baik pada kehidupan lampau?

 

Jika ya, pada kehidupan ini kita akan bertemu orang-orang yang berjodoh baik dengan kita, yang dapat membimbing dan mendampingi kita memasuki Jalan Bodhisatwa dan berjalan di jalan yang benar. Jodoh baik yang kita tanam di kehidupan lampau membawa buah yang baik bagi kita saat ini. Buah ini seperti sebutir benih.

Di dada kalian tersemat tulisan "hati Buddha, tekad Guru". Di bawah pita tersebut, tergantung dua butir biji saga lambang kerinduan pada Guru. Biji itu bermakna dari sebutir benih tumbuh menjadi tak terhingga.

Dalam kehidupan ini, saya dan kalian telah menjalin jodoh Bodhisatwa. Orang-orang yang memiliki cinta kasih berkesadaran telah berkumpul dan bersatu pada kehidupan ini. Jadi, kita harus sungguh-sungguh menghargai hal ini. Kita telah menyatu dengan hati Buddha dan mengemban tekad yang sama. Saya pun demikian. Saya mengemban nasihat guru saya, "demi ajaran Buddha, demi semua makhluk".

Kita melihat kini pandemi menyelimuti dunia. Di Filipina, selain kondisi pandemi yang parah, juga terjadi bencana akibat beberapa topan. Relawan Tzu Chi di Filipina bergerak cepat. Ketua Tzu Chi Filipina, Henry Yunez, dan mantan ketua Tzu Chi setempat, Alfredo Li, selalu mengarahkan para relawan saat terjadi bencana. Alfredo Li dan Manuel Siao adalah mantan ketua Tzu Chi Filipina. Mereka tetap berdedikasi tanpa pernah mundur.


Saat menjadi ketua, mereka memikul tanggung jawab dan memberi arahan tentang apa yang akan dilakukan. Mereka selalu memikul tanggung jawab untuk berkomunikasi dengan para relawan dan menentukan langkah-langkah yang harus diambil. Setelah mundur dari jabatan ketua, mereka tetap relawan Tzu Chi. Mereka kini menjadi wakil ketua. Namun, di mana terjadi bencana, mereka tetap memikul tanggung jawab dan bersumbangsih di mana pun dibutuhkan. Begitulah insan Tzu Chi Filipina.

Dalam organisasi Tzu Chi ini, para mantan ketua tidak mundur. Mereka semakin teguh memikul tanggung jawab. Semua insan Tzu Chi sangat bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. Jadi, saya sangat berterima kasih. Kini, ketua Tzu Chi Filipina ialah Bapak Henry Yunez. Di dalam kepemimpinannya, para mantan ketua, seperti Alfredo Li, Manuel Siao, Linda Chua, dan James Chua tidak pernah mundur. Mereka tetap memikul tanggung jawab. Mereka bekerja sama dengan membagi tugas dalam memimpin para relawan di berbagai daerah.

Pada saat ini, kita memuji mereka. Namun, kita juga hendaknya tulus mendoakan mereka semoga bencana di sana segera berakhir. Saat orang-orang memupuk berkah, bencana akan lenyap. Inilah yang harus kita lakukan saat berada dalam kondisi aman dan tenteram. Kita mendukung mereka dari belakang. Mereka bekerja keras di garis depan. Kita harus memberi mereka kekuatan dan semangat dari belakang. Inilah semangat misi bantuan bencana internasional. Kita semua bersatu hati.

Tzu Chi adalah sebuah organisasi besar, tidak terpisah-pisah oleh batas negara. Semua orang di seluruh dunia adalah satu keluarga. Di mana terjadi bencana, orang-orang di tempat yang aman harus bersama-sama bergerak untuk memberi perhatian dan bantuan kepada mereka yang tertimpa bencana dengan cinta kasih.


Kita harus memberi dukungan dan kekuatan bagi mereka agar mereka dapat menyalurkan bantuan. Kita semua harus lebih banyak menyerukan. Apa gunanya? Kita ingin membangunkan semua orang agar sadar dan meningkatkan kewaspadaan. Saat sadar, semua orang akan mementingkan kepentingan bersama.

Setiap individu bersatu demi kepentingan bersama, yakni kepentingan bersama semua orang di dunia. Saat orang lain terluka, kita turut merasakan penderitaan mereka. Kita tidak tega melihat semua makhluk menderita. Orang-orang yang berada dalam kondisi tenteram hendaknya menghimpun tetes-tetes kekuatan agar orang-orang di garis depan dapat merasa tenang karena ada dukungan dari belakang. Mereka di garis depan harus menghadapi orang-orang yang menderita akibat bencana. Jadi, kita harus mengembangkan cinta kasih.

Keluarga yang memupuk kebajikan akan memiliki berkah. Jika setiap orang dan setiap keluarga memiliki cinta kasih, semua orang dapat menciptakan berkah sehingga memiliki berkah.

Kita harus ikhlas menerima jalinan jodoh masa lampau. Jalinan jodoh baik untuk masa depan kita tanam saat ini. Kita harus berbuat saat ini. Saat ini kita tengah menerima buah perbuatan masa lalu. Kita harus ikhlas menerimanya.

Kini, kita harus memupuk jodoh baik untuk masa depan. Benih yang baik akan menghasilkan buah yang baik. Semuanya dimulai dari perbuatan kita saat ini.

Memikul misi memberi bantuan bencana di garis depan
Semua orang dari berbagai penjuru mendukung dari belakang
Insan Tzu Chi di seluruh dunia adalah satu keluarga
Mewariskan semangat cinta kasih tanpa pamrih

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 November 2020      
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 23 November 2020
Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -