Ceramah Master Cheng Yen: Menyatukan Hati dan Meneguhkan Cinta Kasih


“Kita tahu juga kan itu relawan Simpak dan juga warga Simpak itu kebanyakan Buddhis, dan sekitar sekelilingnya itu muslim, kita berharap mereka bisa bekerja sama menjalin hubungan yang baik,”
kata Megawati Ajni Linda, relawan Tzu Chi.

“Banyak juga masyarakat yang kayak bapak yang gak punya, alhamdulillah ada bantuan dari Buddha Tzu Chi. Pokoknya kita puji syukur alhamdulillah dapat bantuan dari Buddha Tzu Chi mudah-mudahan ada barokahnya buat kita dari Buddha Tzu Chi ini,” kata Marhasin warga Simpak, Kab. Bogor, Indonesia.

Kita bisa melihat Indonesia. Saya masih ingat hampir 30 tahun lalu, Indonesia dilanda pergolakan masyarakat yang sangat serius selama beberapa waktu. Pergolakan itu terjadi karena kesenjangan antara yang kaya dan miskin. Warga yang kekurangan sangatlah menderita. Saat itu, berkat perpaduan berbagai sebab dan kondisi, Bapak Eka Tjipta Widjaja, pendiri Grup Sinar Mas, mengunjungi saya di Hualien.

Beliau sangat tulus dan memiliki jalinan jodoh untuk berkunjung ke Hualien. Beliau juga sangat yakin terhadap Tzu Chi dan berharap Tzu Chi dapat menolong lebih banyak orang di Indonesia. Demikianlah benih-benih Tzu Chi di Indonesia mulai bertumbuh.


Sebagai seorang pengusaha ternama, beliau dapat menginspirasi banyak pengusaha setempat. Kita semua tahu bahwa kekuatan utama untuk menjalankan misi Tzu Chi di Indonesia berasal dari para pengusaha. Kita bisa melihat Kali Angke yang sebelumnya tercemar dan kotor. Saat itu, Bapak Eka Tjipta Widjaja terjun secara langsung dan mengajak para pengusaha untuk membersihkan Kali Angke.

Sampah yang terus terakumulasi selama puluhan tahun di Kali Angke telah membuat air kali tersebut menghitam. Kali tersebut penuh dengan lumpur. Karena itu, saya meminta Bapak Eka Tjipta Widjaja untuk mengajak para pengusaha, meminta pemerintah setempat menggerakkan personel tentara, dan mengimbau warga setempat untuk bersama-sama membersihkan Kali Angke. Kini, kali tersebut telah menjadi kali yang jernih dan bersih. Dengan dibongkarnya bangunan liar di bantaran kali, pemandangan yang terlihat pun menjadi indah. Jadi, waktu dapat mendukung segala pencapaian.

Dikatakan bahwa ratusan tahun lalu, sebelum dipenuhi tumpukan sampah, Kali Angke adalah kali yang sangat jernih. Bencana akibat ulah manusia juga pernah terjadi di sana. Jadi, sejarah terus terakumulasi seiring berjalannya waktu.

Ada kisah yang memilukan, ada pula kisah yang membahagiakan. Ini bergantung pada karma yang kita ciptakan. Jika kita terus mengakumulasi karma buruk, pada akhirnya karma buruk ini akan berbuah dan menimbulkan bencana yang mendatangkan penderitaan bagi banyak orang. Namun, jika kita terus menyebarkan kebajikan dan mengimbau setiap orang untuk berbuat baik, komunitas dan masyarakat akan stabil.


Saat setiap orang menuju arah yang bajik, menciptakan berkah, dan saling memotivasi dengan cinta kasih, maka masyarakat akan harmonis dan kesempatan untuk menciptakan berkah akan meningkat. Dengan demikian, dunia ini akan bagaikan surga. Jadi, kita bisa melihat surga dan neraka di dunia ini.

Lihatlah para relawan di Indonesia sekarang. Mereka mengerahkan segenap hati dan tenaga. Dengan penuh keyakinan, mereka mengerahkan cinta kasih. Inilah cinta kasih agung tanpa pamrih. Dengan keyakinan dan cinta kasih agung tanpa pamrih, mereka membangun tekad dan ikrar agung. Dengan himpunan kekuatan semua orang, saya yakin bahwa mereka dapat mewujudkan ketenteraman dan kestabilan di sana.
  
“Insya Allah, kita akan melakukan kerja sama bareng untuk kemanusiaan, saya sangat percaya bahwa teman-teman kita di sana itu suka bekerja di belakang layar, tidak perlu dipamerkan apa yang diperbuat tapi masyarakat merasakan, itu sama dengan Visi dan Misi Masjid Istiqlal. Kita siap bekerja dengan rumah ibadah yang lain untuk kemanusiaan, sebab bahasa agama itu paling efektif digunakan untuk menghimpun potensi di saat krisis. Masjid Istiqlal dan Buddha Tzu Chi nanti akan bekerja sama, nantinya kita akan melakukan kolaborasi acara,” kata Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal.


Dalam waktu yang singkat selama 30 tahun, warga setempat yang semula tidak mengenal Tzu Chi menjadi mengenal Tzu Chi dan pikiran masyarakat yang semula bergejolak menjadi penuh keyakinan dan cinta kasih. Keharmonisan yang terwujud di sana sungguh membuat saya sangat tersentuh. Ingatlah bahwa seiring berjalannya waktu, para relawan kita terus mendedikasikan diri dengan penuh keyakinan, cinta kasih, dan kekuatan. Lihatlah pencapaian mereka seiring berjalannya waktu. Jika tidak melakukan apa pun, mereka tidak akan memperoleh pencapaian. Namun, berkat adanya dedikasi, keyakinan, dan cinta kasih, barulah mereka bisa memperoleh pencapaian seperti hari ini.

Waktu dapat mendukung segala pencapaian. Saya yakin dengan saling berbagi dan memotivasi, insan Tzu Chi dapat belajar satu sama lain karena setiap orang mungkin bisa mengalami rintangan yang sama. Kita sungguh dipenuhi berkah karena memiliki kebajikan dan bersedia bersumbangsih dengan cinta kasih demi keharmonisan dunia. Bersumbangsih membuat kita merasa harmonis, tenang, dan nyaman.

Kehidupan yang nyaman adalah berkah. Sebanyak apa pun uang yang dimiliki seseorang dan setinggi apa pun kedudukannya, jika dia hidup di tengah ketegangan setiap hari, berarti hidupnya tidak nyaman. Jadi, memiliki uang sebanyak apa pun, jika hidup kita tidak nyaman, itu bukanlah berkah. Intinya, semua orang berharap dapat hidup tenteram. Bagaimana agar kita bisa hidup tenteram? Kita harus memiliki kesatuan hati. Hati kita hendaknya penuh dengan cinta kasih agung yang murni. Inilah prinsip kebenaran yang paling utama. 

Kesenjangan antara yang kaya dan miskin menimbulkan pergolakan
Menghimpun kebajikan dan menyatukan hati untuk mewujudkan kedamaian
Bersumbangsih tanpa pamrih dan meneguhkan cinta kasih
Mewujudkan keharmonisan seiring berjalannya waktu

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 06 Juli 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 08 Juli 2023
Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -