Ceramah Master Cheng Yen: Menyatukan Hati untuk Berbakti dan Berbuat Baik

“Selama di sini masih ada Yayasan Tzu Chi, kami pasti akan mengikuti upacara pemandian rupang Buddha,” ucap Antonio Velasco, Warga.

“Pencapaian Buddha sungguh menginspirasi. Saya akan mengikuti upacara pemandian rupang Buddha untuk merasakan kontribusi-Nya bagi masyarakat zaman sekarang,” ucap Larcjed Catalonia, Warga.

Kita bisa melihat orang-orang di Filipina mengadakan gladi bersih upacara pemandian rupang Buddha. Kita juga melihat di Ormoc dan Tacloban, orang-orang yang pernah menerima bantuan kita masih mengingat semangat budaya humanis kita dan mendaftarkan diri untuk mengikuti upacara pemandian rupang Buddha.

“Ini merupakan upacara pemandian rupang Buddha untuk pertama kalinya di Tacloban. Ini sangat penting bagi kami. Karena itu, kami giat mengundang warga untuk mengikuti kegiatan ini,” kata Teresa Ang, Relawan Tacloban.

“Saya memiliki kesan yang baik terhadap Tzu Chi. Pascatopan Haiyan, kalian terus menolong kami. Karena itulah, saya ingin mengikuti upacara pemandian rupang Buddha dan mempelajari semangat relawan Tzu Chi lewat kegiatan ini,” ucap Genna Asinas, Warga Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi.

“Kami semua merupakan korban Topan Haiyan. Saat itu, jika Tzu Chi tidak datang untuk menolong kami, kini kami juga tidak bisa tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. Karena itu, saya berkata kepada semua orang bahwa kita harus mengikuti upacara pemandian rupang Buddha untuk membalas budi Tzu Chi,” kata Randy Calipayan, Warga Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi.

Mereka mengadakan latihan agar upacara pemandian rupang Buddha dapat berjalan tertib dan menunjukkan rasa hormat mereka. Latihan ini menginspirasi orang-orang untuk mengasihi, menaati aturan, dan bersatu hati. Setiap orang mengerahkan segenap hati dan tenaga. Agama sangat memperhatikan ketertiban, aturan, dan ketulusan. Untuk mengenang makhluk yang mulia, kita harus tertib, menaati aturan, dan meneladani semangat-Nya. Ini merupakan cara terbaik untuk mengenang. Kita bisa melihat upacara pemandian rupang Buddha di Filipina yang mayoritas warganya umat Katolik. Karena itu, partisipasi mereka sungguh membuat saya sangat terhibur.

Perubahan iklim dan ketidakselarasan unsur alam disebabkan oleh pikiran manusia. Bukankah kini kita hidup di dunia yang penuh dengan Lima Kekeruhan? Kini pemanasan global telah membuat kondisi iklim tidak selaras. Namun, seorang ilmuwan mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, untuk mengurangi emisi karbon dan memperlambat laju pemanasan global, kita harus menghemat makanan. Sungguh, orang-orang selalu menyiapkan makanan lebih banyak daripada yang sanggup dimakan sehingga banyak makanan yang terbuang sia-sia. Negara dan keluarga yang kaya memboroskan banyak makanan. Mereka membuang sayuran dan buah-buahan hanya karena penampilan luarnya tidak begitu bagus.

Sesungguhnya, semua itu bisa diberikan kepada orang-orang yang mengalami krisis pangan agar mereka dapat menikmati buah-buahan dan sayuran yang segar. Jika makanan-makanan ini dapat dimanfaatkan dengan baik, maka orang yang kelaparan akan berkurang. Namun, manusia zaman sekarang tidak seperti itu. Orang-orang makan di restoran dan memesan berbagai jenis sayur dalam porsi besar sehingga tak dapat dihabiskan dan banyak yang terbuang sia-sia. Ini juga menciptakan pencemaran besar. Di sisi lain, penderitaan orang yang kelaparan sungguh tak terkira. Ini semua akibat pikiran manusia. Sesungguhnya, setiap orang memiliki cinta kasih dan hakikat kebuddhaan. Setiap orang dapat menciptakan berkah bagi dunia.

“Ini merupakan sebuah gerakan besar yang dilakukan oleh Master untuk menolong masyarakat. Bukan hanya saya, saat pulang ke rumah, saya juga meminta orang tua saya membantu saya mengumpulkan donasi,” ucap Manisha, Murid.

“Pulang dari sekolah, saya menyisihkan sedikit uang ke dalam celengan demi menolong banyak orang. Saya suka menolong sesama,” ucap Amil, Murid.

”Saya ingin semua orang merasa bahagiadalam hidup mereka,” ucap Risha, Murid.

”Saya berdonasi untuk menolong anak-anak dan keluarga yang kesulitan. Meski nilainya sangat kecil, tetapi ini merupakan niat baik kita,” ucap Ye Xin-rou, Penerima bantuan Tzu Chi.

Masyarakat kita membutuhkan keyakinan benar dan sumbangsih penuh cinta kasih. Kini kita harus segera membangun kembali sikap saling percaya, bertoleransi, dan saling memuji antarsesama manusia. Dengan membangun keyakinan benar, barulah masyarakat bisa harmonis dan dunia bisa terbebas dari bencana. Mengenai kondisi iklim yang tidak selaras, kita sungguh membutuhkan orang-orang yang rela bersumbangsih. Kini sudah bulan tiga Imlek dan kirab tahunan Mazu di Dajia telah dimulai. Kita memahami bahwa ini merupakan kepercayaan tradisional. Namun, banyaknya orang yang berkumpul telah menimbulkan pencemaran dan menciptakan banyak sampah.

Selama bertahun-tahun, insan Tzu Chi selalu mengikuti kirab tahunan Mazu untuk mengumpulkan sampah di jalan dan melakukan pemilahan. Ini semua kita lakukan dengan harapan dapat menjadikan diri sendiri sebagai teladan untuk menyadarkan orang-orang akan pentingnya pelestarian lingkungan. Kita berharap dapat memanfaatkan momen-momen masyarakat mengenang Mazu untuk mensosialisasikan berbakti dan berbuat baik. Kita harus mengimbau orang-orang untuk meneladani Mazu yang begitu berbakti. Memberikan imbauan pada momen-momen seperti ini mungkin akan membuahkan hasil yang lebih baik. Namun, yang terpenting adalah keseharian.

Bagi para lansia, kita bisa melihat para staf dan relawan RS Tzu Chi pergi ke pedesaan untuk melakukan sosialisasi. Mereka juga mendirikan pusat kegiatan lansia di pedesaan dan mengantar para lansia ke kantor cabang kita untuk mengikuti kelas yang sesungguhnya bertujuan untuk merawat dan membimbing para lansia agar memiliki pola hidup yang lebih baik. Mereka juga memberi tahu keluarga para lansia bagaimana cara mendampingi lansia. Saya sangat tersentuh melihatnya. Manusia seharusnya berinteraksi seperti ini.

Kita juga bisa melihat persahabatan antara harimau dan kambing serta kuda dan kambing. Mereka bisa bersatu hati,saling mengasihi, dan saling memperhatikan. Ada pula seekor penguin yang membalas kebaikan manusia yang telah menyelamatkan nyawanya. Lihatlah, baik antara manusia dan hewan maupun antar hewan yang berbeda spesies, semuanya bisa hidup berdampingan. Namun, mengapa antarmanusia saja bisa menciptakan begitu banyak masalah? Mengapa membuat masyarakat kita begitu kacau? Karena itu, manusia benar-benar harus lebih bersungguh hati dan mengintrospeksi diri. Melihat cinta kasih dan keharmonisan antarhewan, kita sebagai manusia juga harus berusaha menuju arah yang sama. Inilah yang harus kita usahakan.

Menunjukkan budaya humanis dengan ketulusan dan kesatuan hati

Menghargai bahan pangan dan melindungi alam

Mengimbau warga meneladani Mazu untuk berbakti dan berbuat baik

Hewan-hewan yang saling membantu menunjukkan adanya cinta kasih

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 9 April 2016 Sumber: Lentera Kehidupan

DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 11  April 2016

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -