Ceramah Master Cheng Yen: Menyebarkan Ajaran Benar ke Negara Lain
Kita bisa melihat bahwa insan Tzu Chi AS (Amerika Serikat) telah menjalankan Empat Misi Tzu Chi di sana selama 20 tahun lebih. Berhubung AS sangat luas, maka setiap ketua pelaksana dan komite kita mengemban tanggung jawab di negara bagian masing-masing dan mengembangkan kekuatan mereka untuk bersumbangsih. Sesungguhnya, menyebarkan mazhab Tzu Chi di AS tidaklah mudah. Ini karena sebagian besar relawan di sana merupakan imigran generasi pertama. Karena itu, untuk menjalankan misi Tzu Chi di sana, mereka harus menggunakan bahasa isyarat. Jadi, menabur benih cinta kasih dan membabarkan Dharma di Amerika Serikat sangatlah sulit.
Dalam rapat tahunan komisaris Tzu Chi AS kemarin, saya sangat bersyukur saat mendengar tentang Ci Guang. Meski berada di Hawaii, dia bisa mengajak anak-anak muda di seluruh AS untuk mengikuti kegiatan bedah buku yang terhubung lewat telekonferensi dan diterjemahkan secara langsung. Banyak relawan Tzu Chi yang tidak mengerti dialek Taiwan ataupun bahasa Mandarin. Bagaimana cara mereka mengenal Dharma dan memahami Tzu Chi? Ternyata, mereka menonton Sanubari Teduh yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Mereka dapat menyerap ajaran Buddha berkat adanya orang yang menerjemahkan.
Ci Guang telah bekerja keras dalam jangka panjang sehingga banyak orang yang bisa mengikuti kegiatan bedah buku yang terhubung lewat telekonferensi. Para relawan kita memanfaatkan teknologi untuk mengikuti kegiatan bedah buku dan menyelami Sutra dalam bahasa Inggris. Selain itu, cara saya membabarkan Dharma juga agak berbeda dengan orang lain. Setiap guru memiliki cara yang berbeda dalam membabarkan Dharma. Karena itu, penerjemah kita harus terlebih dahulu memahami arah pembicaraan saya. Untuk itu, mereka harus membaca buku yang berkaitan dengan saya. Mereka juga harus sepenuh hati mendengar penjelasan saya tentang isi Sutra.
Lewat laporan grup amal, saya juga mendengar bahwa kerja keras mereka mendapat pengakuan internasional. Selain itu, produk kita juga mendapat pujian dari banyak orang. Kemarin, mereka juga membawa tiga medali emas dan satu medali perunggu ke sini. Ini menjadi sumber semangat bagi kita. Kemarin, saya melihat para relawan kita yang telah mengemban misi selama 26-27 tahun. Melihat para relawan senior itu, saya teringat saat itu, saya meminta mereka untuk memanfaatkan sumber daya setempat dan mengandalkan kemampuan mereka sendiri. Saya juga memberi mereka sebuah semangat misi, yakni saat berpijak di atas tanah dan berdiri di kolong langit negara lain, mereka harus membalas budi warga setempat. Mereka menjalankannya dengan sepenuh hati.
Dengan semangat ajaran Buddha, mereka menapaki Jalan Bodhisatwa untuk bersumbangsih bagi orang yang menderita. Contohnya di Ekuador. Pada tanggal 16 April, Ekuador diguncang gempa bumi. Kita terus mengikuti siaran berita tentang kondisi bencana di sana. Namun, Ekuador sangat sulit dijangkau oleh Tzu Chi. Beberapa hari pascagempa, kita baru mengetahui bahwa di kota besar di Ekuador, terdapat lebih dari 300 pengusaha dari Taiwan dan beberapa di antaranya pernah kembali ke Taiwan untuk mengikuti kamp pengusaha. Salah satu di antaranya adalah Tuan Huang. Dia berinisiatif menghubungi Tzu Chi dan terus-menerus memberikan laporan tentang kondisi setempat. Dia juga menyatakan bahwa jika Tzu Chi bersedia pergi ke sana, maka dia bisa mengerahkan puluhan orang untuk membantu kita. Ini membuat kita merasa memiliki harapan dan kekuatan. Karena itu, kita mulai melakukan persiapan.
Sebanyak sembilan relawan yang terdiri atas enam relawan dari Amerika Serikat dan tiga relawan dari Cile telah berangkat ke Ekuador. Semoga mereka bisa tiba di tempat tujuan dengan selamat dan bertemu dengan pengusaha Taiwan di Ekuador. Dengan menghimpun kekuatan bersama, kita berharap dapat mensurvei lokasi bencana dan menemukan cara yang tepat untuk menolong orang yang menderita. Sungguh, Bodhisatwa datang ke dunia ini untuk menolong semua makhluk yang menderita.
Pada tanggal 14 dan 16 April, Jepang juga diguncang gempa dahsyat. Namun, insan Tzu Chi sudah berada di sana dan telah menyediakan makanan hangat selama beberapa hari. Selain itu, relawan kita juga berusaha mencari tahu tentang kondisi korban gempa. Inilah yang kita lakukan di Jepang sekarang. Insan Tzu Chi sudah berhari-hari berada di sana. Pukul 11.17 malam tadi, terjadi gempa bumi di Taiwan yang berlangsung cukup lama dan kuat. Hingga pagi ini, terjadi 25 kali gempa dengan kekuatan 3,6 hingga 5,6 skala Richter. Karena itu, kita harus mawas diri, berhati tulus, dan bertobat dengan sungguh-sungguh. Kita harus bertobat karena hidup di dunia ini, kita telah mencemari tanah dan udara sehingga empat unsur alam menjadi tidak selaras. Banyak bencana besar dan kecil yang terjadi di dunia ini.
Pada tanggal 15 April, Cile juga dilanda bencana akibat hujan deras berkepanjangan. Insan Tzu Chi telah menjangkau lokasi bencana untuk membagikan selimut dan kasur dalam jumlah besar. Di mana pun berada, insan Tzu Chi selalu penuh kehangatan dan sangat rapi. Kita sangat berharap dunia ini dapat sama seperti relawan kita yang begitu menarik, lembut, dan penuh kehangatan. Untuk itu, kita harus menginspirasi orang-orang untuk membangkitkan cinta kasih dan mengembangkan kekuatan cinta kasih.
Membabarkan Dharma dan menabur benih kebajikan di negara asing
Menyebarkan ajaran kebenaran dengan menerjemahkan Sutra
Menghimpun cinta kasih untuk menjangkau para korban gempa
Berintrospeksi diri atas ketidakselarasan unsur alam dan berdoa dengan tulus
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 April 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina Ditayangkan tanggal 30 April 2016