Ceramah Master Cheng Yen: Menyebarkan Ajaran Kebajikan ke Seluruh Dunia
(Mahasiswa Universitas Tzu Chi dan Siswa Sekolah Tzu Chi memanfaatkan waktu liburannya dengan mengikuti baksos kesehatan dan juga kunjungan kasih ke pasien penerima bantuan pengobatan jangka panjang)
“Pengalaman kali ini membuat saya tahu bagaimana menjadi tenaga medis yang baik di masa mendatang,“ kata You Bai Ren, mahasiswa Kedokteran Universitas Tzu Chi.
“Banyak pasien yang telah menunda pengobatan selama belasan hingga dua puluh tahun. Akhirnya, berkat baksos kesehatan ini, mereka dapat menerima pengobatan. Karena itu, kita yang berada di Taiwan sungguh harus sangat menghargai sarana pengobatan yang kita miliki,” kata Zeng Yu Je, mahasiswi Kedokteran Universitas Tzu Chi.
“Melihat
kondisi mereka, saya merasa kita sungguh beruntung bisa memiliki tubuh yang
sehat. Saya sangat berterima kasih pada orang tua saya yang memberi saya tubuh
yang sempurna. Kelak, saya akan menggunakan tubuh yang sehat ini untuk melakukan
hal-hal yang bermakna,” kata Lin Jia Yu, siswi SMA Tzu Chi Tainan.
Para guru dan murid badan misi pendidikan kita, seperti Universitas Tzu Chi, Universitas Sains dan Teknologi Tzu Chi, Sekolah Menengah Tzu Chi, dan SD Tzu Chi, memanfaatkan liburan musim panas tahun ini untuk mengadakan studi tur dan kunjungan keluar negeri. Mereka bukan pergi untuk bermain-main, tetapi benar-benar untuk belajar. Mereka memperoleh banyak pengalaman di sana. Setiap murid harus menulis sebuah laporan. Kita bisa melihat murid-murid kita menyampaikan kesan dan pengalaman mereka satu per satu. Mereka juga mengungkapkan rasa syukur mereka.
Negara mana pun yang mereka kunjungi, insan Tzu Chi setempat pasti menyambut mereka bagaikan orang tua yang menyambut kepulangan anak sendiri. Insan Tzu Chi setempat mengasihi mereka, melindungi, merawat, dan juga mengatur jadwal mereka. Setiap kelompok yang kembali ke Taiwan selalu mengungkapkan rasa syukur mereka. Mendengar anak-anak mengungkapkan rasa syukur, saya tahu bahwa mereka telah menyadari berkah setelah melihat berbagai wujud penderitaan. Saya merasa bahwa anak-anak ini akan menjadi tiang penyangga masyarakat di masa mendatang. Semoga anak-anak ini dapat berpegang teguh pada tekad mereka dan terus menapaki Jalan Bodhisatwa dengan penuh rasa syukur dan kewaspadaan. Semoga setelah memahami penderitaan hidup, mereka dapat membangkitkan rasa cinta kasih untuk bersumbangsih di masa mendatang. Saya berharap anak-anak ini dapat menjadi harapan kita di masa mendatang.
Setelah melakukan perjalanan lintas negara, mereka kembali dengan mendapatkan banyak pengalaman yang berharga. Kita sangat berharap seluruh dunia dapat melihat ketulusan cinta kasih, kebenaran dari ketulusan, kebajikan dari kebenaran, dan keindahan dari kebajikan. Dengan ketulusan hati, barulah kita bisa menciptakan dunia yang benar, bajik, dan indah. Dengan demikian, barulah dunia bisa aman dan tenteram.
Beras cinta kasih dari Taiwan juga telah dikirimkan ke Filipina. Sebelum membagikan beras bantuan, untuk memastikan setiap butir beras sampai di tangan orang yang paling membutuhkan, insan Tzu Chi menyurvei puluhan ribu keluarga untuk mendata dan melihat kondisi mereka. Tentu saja, warga setempat juga turut membantu. Namun, insan Tzu Chi dari Manila tetap harus membimbing mereka. Tidak sedikit relawan yang pergi ke Kota Ormoc dan menginap di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. Berhubung belum ada suplai air, relawan kita harus mengangkat air dari luar. Di sana juga belum ada suplai listrik. Di dalam rumah rakitan sementara hanya terdapat tempat tidur lipat. Namun, saat melakukan survei dan melihat keluarga kurang mampu yang tinggal di tempat yang bobrok, mereka merasa bahwa rumah rakitan sementara sudah jauh lebih baik daripada tempat tinggal orang-orang kurang mampu yang belum pindah ke Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. Mereka menyadari berkah setelah melihat penderitaan.
Semangat Insan Tzu Chi di Indonesia
Kisah yang menyentuh sangat banyak. Saat orang-orang kurang mampu tidak bisa pergi berobat maka orang-orang yang sehat dan memiliki kemampuanlah yang akan membantu mereka. Anggota TIMA (Tzu Chi International Medical Association -red) di beberapa negara telah membangkitkan cinta kasih seperti ini. Insan Tzu Chi Indonesia bukan hanya menggelar baksos kesehatan, tetapi juga membangkitkan tekad dan ikrar untuk membangun rumah sakit besar. Berhubung proyek pembangunan telah dimulai, mereka pun mengajak para pengusaha di Indonesia untuk bersatu hati dan bergotong royong guna mendukung proyek pembangunan ini. Karena itu, Sugianto Kusuma (Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia –red) mengundang puluhan pengusaha Indonesia datang ke Taiwan.
“Kami mengundang mereka mengunjungi kampung halaman batin kita. Kami belajar dari Taiwan dan Master Cheng Yen. Lebih baik jika mereka bisa melihatnya secara langsung,” kata Sugianto Kusuma.
“Tujuan
Rumah Sakit Tzu Chi bukanlah menghasilkan banyak keuntungan, melainkan membangkitkan
cinta kasih. Sebagian besar rumah sakit lebih mengutamakan keuntungan daripada
kesehatan pasien. Mereka lebih mengutamakan uang daripada cinta kasih. Namun, Rumah
Sakit Tzu Chi mengutamakan cinta kasih. Saya sangat terharu,” kata Hermanto Wijaya, salah seorang pengusaha asal Indonesia.
Setelah mengunjungi Rumah Sakit Tzu Chi di Xindian dan Stasiun Televisi Da Ai TV, mereka juga datang ke Hualien. Kemarin, kami berkumpul di aula dan mereka memberikan sebuah laporan singkat. Meski laporan mereka sangat singkat, tetapi membuat saya sangat tersentuh. Dalam waktu beberapa jam saja, mereka melaporkan pencapaian Empat Misi Tzu Chi di Indonesia, termasuk proses pembangunan rumah sakit, tahap-tahap konstruksi, dan berbagai pencapaian di misi pendidikan. Selain itu, DAAI TV Indonesia juga memperoleh dukungan dari pemerintah setempat yang kembali memberi mereka dua izin penyelenggara penyiaran.
Saat mendengar jika Pemerintah Indonesia memberikan empat izin penyiaran televisi lokal (daerah) kepada DAAI TV di Indonesia, saya berkata bahwa pencapaian mereka lebih baik daripada Taiwan. Namun, saya sangat gembira dan bersyukur melihat ketulusan, kebenaran, dan keindahan dari kebajikan mereka. Setiap pengusaha bersikap tulus dan penuh rasa hormat. Mereka memanfaatkan sumber daya setempat untuk mengemban misi Tzu Chi. Mereka membeli tanah sendiri dan menggalang dana dari warga setempat untuk membangun rumah sakit.
Apa pun yang mereka lakukan, mereka selalu berkata bahwa kekuatan semangat dan filosofi Tzu Chi Taiwanlah yang membuat mereka mampu menginspirasi masyarakat Indonesia. Kita bisa melihat orang-orang yang berbeda kewarganegaraan dan agama bekerja sama di Tzu Chi. Kepala SMP Tzu Chi Indonesia merupakan warga Inggris dan menganut agama yang berbeda. Namun, saat memberikan laporan, beliau juga sangat rendah hati dan menghormati tempat asal mula Tzu Chi seperti para relawan kita. Ini sungguh membuat orang tersentuh. Jadi, saya berharap, meski Taiwan hanyalah sebuah pulau kecil, tetapi benih cinta kasih Tzu Chi dapat disebarkan ke seluruh dunia.
Mempertahankan tekad pelatihan untuk menjadi tiang penyangga masyarakat
Memberikan bantuan kepada yang membutuhkan dengan perasaan senasib dan sepenanggungan
Menghimpun cinta kasih dengan ketulusan, kebenaran, dan keindahan dari kebajikan
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 5 Oktober 2015
Ditayangkan tanggal 7 Oktober 2015