Ceramah Master Cheng Yen: Menyebarkan Cinta Kasih dan Menggarap Ladang Batin

“Kami sungguh beruntung ada begitu banyak Bodhisatwa dari luar negeri yang kembali bersama kami. Kami dapat belajar dari mereka. Banyak sekali yang tidak pernah kita lihat atau tidak terpikirkan oleh kita, bahkan mungkin yang tidak bisa kami lakukan. Kami berpegang pada ajaran Master bahwa kami harus mewariskan Dharma dan membina sumber daya manusia. Kami berharap dari kegiatan kamp ini, kami dapat menggali talenta. Jadi, kami menggunakan filosofi ajaran Buddha tentang "yang telah terbimbing", "yang tengah dibimbing", dan "yang belum dibimbing" untuk merencanakan susunan anggota panitia,” ujar Luo Ming-xian, relawan Tzu Chi.

Yang sudah pernah menjadi anggota panitia kamp, seperti koordinator, ketua mentor, ketua peserta, dan beberapa ketua tim disebut "yang telah terbimbing". Mereka mendampingi "yang tengah dibimbing". Semua anggota panitia kali ini harus membimbing satu orang baru yang disebut "yang belum dibimbing". Banyak orang yang sudah berpengalaman. Saat bekerja bersama-sama, setiap orang dipenuhi rasa sukacita. Mereka tidak perlu takut ataupun cemas. Kapan pun selalu ada orang yang mendukung. "Oke, tidak masalah, kita selesaikan sama-sama." Semuanya menyelesaikan tugas dengan sukacita. Ini juga membawa rasa sukacita bagi semua yang berpartisipasi, termasuk para peserta dan semua anggota panitia.

“Rasa sukacita ini akan dibawa pulang ke negara masing-masing atau ke kelompok masing-masing. Dengan lingkaran kebajikan ini, kami akan menanamkan rasa sukacita mendalam di dalam hati para relawan. Kami sungguh berterima kasih kepada Master dan memohon agar Master tidak khawatir. Dalam pembinaan sumber daya manusia, kami pasti akan berusaha sebaik mungkin. Kami juga berjanji kepada Master bahwa kami pasti akan selalu berada di Tzu Chi dari kehidupan ke kehidupan,” tambah Luo Ming-xian.

Benar, semua orang bekerja dengan sukacita. Sesungguhnya, ini disebut sukacita dalam Dharma, yaitu rasa sukacita dari lubuk hati terdalam. Berhubung kita tengah menyebarkan Dharma, maka mereka menerimanya dengan tulus. Saat kita bersumbangsih, ada orang yang merasakannya, inilah yang paling membuat kita bahagia. Jadi, kita selalu mengingatkan bahwa dalam bersumbangsih, kita juga harus bersyukur. Selain memberi atau bersumbangsih, kita juga menjalin jodoh dengan semua orang lewat kerja sama yang penuh sukacita.

Saya sangat berterima kasih kepada para relawan di Taichung yang begitu bersatu hati dan harmonis. Saya sangat berterima kasih. Namun, kita juga harus memanfaatkan waktu dengan baik. Saya memiliki sebuah harapan. Harapan ini adalah semoga tekad kalian semua tidak pernah kendur. Inilah permintaan saya. Saya berharap tubuh dan batin kita selalu sehat. Cara kita mewariskan Dharma adalah membimbing orang untuk turut bergabung. Setelah bergabung, sejauh apa jalan yang bisa ditempuh bergantung pada seberapa jauh jalan yang kalian bentangkan.

doc tzu chi indonesia

Kita sendirilah yang harus membuka jalan dan tidak berhenti. Jika orang lain maju melangkah, sedangkan kita diam di tempat, maka jalan kita tak akan terbuka. Sejauh mana kita membuka jalan, sejauh itulah jalan yang bisa kita tempuh. Kita beruntung dapat memiliki tubuh yang sehat dan mampu untuk bersumbangsih. Karena itu, kita harus selalu aktif. Kita harus lebih banyak membimbing orang untuk bersama-sama berjalan di jalan yang benar dan membuka jalan untuk untuk umat manusia menuju Jalan Bodhisatwa dan kebuddhaan. Kita semua harus saling mendukung.

Saya berharap tim Hexin memahami hati saya dan dapat mewariskan Dharma serta pengalaman, tetapi bukan berarti melepas tanggung jawab. Ini tiada hubungannya dengan melepas. Yang harus dilepas adalah kemelekatan dan noda batin. Namun, setelah melepas noda batin, kalian harus memikul tanggung jawab misi. Semangat misi ini harus dipikul karena kita ingin menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita sendiri.

Kita juga harus menjaga kesehatan tubuh. Jalan Bodhisatwa adalah jalan yang panjang dan harus ditapaki dengan tekun langkah demi langkah. Jangan sampai kita lengah dalam kehidupan ini. Begitu kita berhenti sejenak saja, maka sulit untuk melanjutkannya kembali. Jadi, kita harus melangkah dengan mantap. Selama beberapa hari di luar seperti ini, saya juga berjalan ke sana kemari. Saya tidak menggunakan lift, selalu menggunakan tangga. Saya berharap semua orang juga mengikuti saya. Janganlah kita sering mendaki gunung atau berolahraga, tetapi malah menggunakan lift dalam keseharian.

doc tzu chi indonesia

Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus banyak bergerak dan menggunakan tangga agar kebugaran tubuh kita tak mudah menurun. Selain itu, batin kita juga jangan sampai kehilangan kebijaksanaan. Kita harus terus mengembangkan jiwa kebijaksanaan kita dengan bersumbangsih di tengah masyarakat. Kita juga harus terus melatih ketangkasan pikiran kita. Saya sering berkata bahwa panjang pendeknya kehidupan tiada yang tahu. Orang lain juga tak tahu panjang pendeknya usia kehidupan kita. Kita pun tidak bisa mengetahuinya. Kita tak tahu kapan dan bagaimana ajal menjemput kita.

Singkat kata, kita harus memanfaatkan waktu yang ada saat ini untuk bersumbangsih. Tidaklah cukup jika hanya kita sendiri yang memahami makna kehidupan. Kita harus memanfaatkan setiap waktu untuk berbagi kepada orang lain agar mereka turut memahami dan berjalan di jalan ini. Sesungguhnya, topik ini sudah saya ulang berkali-kali. Maksudnya adalah agar yang tidak mengerti dapat mendengarnya lagi hingga akhirnya mengerti, sedangkan yang belum pernah mendengar dapat mendengarnya saat saya mengulang. Dengan begitu, mereka mungkin dapat membangkitkan tekad. Yang sudah pernah mendengar dapat berbagi kepada yang lain.

Dengan interaksi seperti ini, kita meneruskan kebijaksanaan kepada orang lain. Kita mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan dengan mempraktikkan Dharma di dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus membuat orang-orang memahami hubungan antara kehidupan dan ajaran Buddha. Ini disebut membimbing semua makhluk. Saya berterima kasih kepada para relawan di wilayah Tengah yang membuat saya tenang. Saya sungguh tersentuh. Semoga kita semua memahami semangat Tzu Chi.

doc tzu chi indonesia

Tadi pagi saya singgah di Jalan Minquan yang mengingatkan saya pada masa lalu. Kita memiliki 20-an tahun kenangan di tempat itu. Kini tempat itu akan memiliki penampilan yang berbeda. Aula Jing Si di Dali dan Dongda juga akan berdiri. Saya berharap tempat itu menjadi ladang untuk membimbing lebih banyak orang. Mulai saat ini, kita harus terus membina sumber daya manusia. Saya berharap di dalam pelatihan ini, semua insan Tzu Chi bersatu hati menggarap ladang berkah.

“Kami para murid dari Taichung berikrar semua orang saling mendampingi; bergandeng tangan membentangkan jalan; mempraktikkan Jalan Bodhisatwa,” ikrar para relawan.  

Seribu tangan bergandeng membentangkan jalan belumlah cukup, Kita membutuhkan ratusan ribu tangan yang membentangkan jalan selangkah demi selangkah dengan cinta kasih. Hati kita harus melingkupi seluruh dunia.

Semoga Bodhisatwa dunia dapat bermunculan di berbagai tempat di seluruh dunia. Artinya, kita harus memenuhi dunia ini dengan cinta kasih kita. Bisa? (Bisa) Baik. Terima kasih. Semoga para relawan di wilayah Taiwan Tengah dapat bersungguh hati menyebarkan cinta kasih ke selatan, utara, timur, dan barat sehingga kekuatan cinta kasih terus berkembang. Terima kasih. Tentu, setiap saat merupakan saat untuk bersyukur. Terima kasih.

Menyebarkan cinta kasih di dunia dan menggarap ladang batin
Mempertahankan tekad dan merasakan sukacita dalam Dharma
Tekun melatih diri selangkah demi selangkah tanpa henti
Mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan demi membimbing semua makhluk

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 3 Desember 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 5 Desember 2017

Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -