Ceramah Master Cheng Yen: Menyebarkan Cinta Kasih dengan Kebijaksanaan
Saya benar-benar tidak tega melihat kebakaran yang terjadi di pusat imgirasi di Bosnia karena telah membawa penderitaan bagi mereka yang telah meninggalkan kampung halaman mereka. Kapan mereka baru bisa pulang ke kampung halaman mereka? Tidak ada orang yang tahu kapan mereka bisa pulang.
“Serangan terjadi saat kami tertidur lelap. Kampung halaman kami rata dengan tanah. Jadi, kami hanya bisa melarikan diri. Kami diserang 40 roket pada saat yang bersamaan,” tutur seorang pengungsi Suriah.
Kita bisa melihat para pengungsi Suriah. Anak-anak mereka perlahan-lahan sudah tumbuh besar. Ada pula anak-anak yang baru lahir. Melihat kondisi mereka, saya merasa mereka sungguh menderita.
“Teman-teman tercinta, apa kabar? Selamat pagi. Apakah kalian dalam keadaan sadar?” sapa Tamara, relawan Tzu Chi.
“Ya,” jawab para pengungsi.
“Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk datang ke sini. Di saat yang penuh kesulitan ini, kalian semua pasti merasa kedinginan di musim dingin ini,” kata Tamara.
“Ini adalah pakaian musim dingin yang kalian berikan tahun lalu. Kalian bisa melihat logo ini. Kualitas pakaian ini sangat bagus, maka saya terus memakainya,” ujar salah seorang pengungsi.
“Ketika kalian menyebarkan cinta kasih kepada semua orang, semua orang dapat merasakan dan memahami yang ingin kalian sampaikan ialah rasa tenang dan aman,” ujar pengungsi lainnya.
Serbia
merupakan tempat pemberhentian bagi pengungsi Suriah untuk pergi ke Eropa. Terkadang,
negara-negara Eropa menolak untuk membiarkan pengungsi masuk dan menutup
perbatasan negara mereka. Para pengungsi pun hanya bisa tinggal di Serbia. Insan
Tzu Chi dari beberapa negara di Eropa sering bergantian untuk pergi memberi
bantuan bagi pengungsi di sana.
“Pertama-tama, saya sangat berterima kasih kepada Tzu Chi atas sumbangan lebih dari 200 buah kasur ini. Hampir semua kasur kami bermasalah dan banyak yang sudah rusak sama sekali,” tutur Sava Rakic, Ketua Kamp Pengungsian Obrenovac.
“Kita bisa melihat semua orang sangat gembira karena memiliki kasur yang baru, bersih, dan enak untuk dipakai tidur. Kami sangat gembira dan juga sangat bersyukur,” tutur Tanya, Ketua Kamp Pengungsian Sid.
Kita bisa melihat beberapa hari ini, insan Tzu Chi dari Eropa berkumpul di Serbia untuk menyalurkan bantuan pakaian musim panas bagi para pengungsi.
“Kami sangat gembira karena kami semua tidak memiliki kaus untuk ganti. Kalian memberi kami pakaian, maka kami semua sangat gembira,” kata Soba, Pengungsi Pakistan
“Anda berkata bahwa sebelumnya Anda pernah bertemu dengan kami?” tanya relawan.
“Ya, saya bertemu dengan kalian sebanyak 3 kali. Saya sangat gembira bisa bertemu dengan kalian lagi. Kalian memberi kami pakaian. Setiap kali kalian selalu membawa barang yang berbeda. Kami sungguh sangat gembira,” jawab Soba.
Sebagian pengungsi adalah pendatang baru dan sebagian lagi telah lama terdampar di sana. Baik pengungsi yang sudah kita kenal beberapa tahun maupun yang belum kita kenal, semuanya kita berikan pakaian musim panas. Ketika musim dingin tiba, insan Tzu Chi masih harus pergi menyalurkan bantuan pakaian musim dingin. Setiap hari insan Tzu Chi menyediakan makanan untuk 2 kali makan bagi para pengungsi tanpa pernah terputus. Seperti inilah kita membantu para pengungsi di Serbia.
Kapan mereka baru bisa kembali ke negara mereka? Meski mereka bisa kembali, rumah mereka sudah hancur dan peperangan juga belum berhenti. Kehidupan mereka benar-benar sangat menderita. Mengapa mereka menderita? Mereka menderita akibat pikiran manusia.
Relawan kita juga mengadakan upacara pemandian rupang Buddha di kamp pengungsian. Tidak peduli apa pun keyakinan mereka, upacara ini dapat membawakan kedamaian bagi batin mereka. Setelah Buddha mencapai pencerahan, Beliau memperhatikan penderitaan di dunia dan ingin membimbing semua orang untuk memiliki pikiran yang damai. Jadi, relawan kita mengadakan upacara pemandian rupang Buddha di kamp pengungsian. Inilah kesungguhan hati insan Tzu Chi.
Saya sangat tersentuh dan juga sangat berterima kasih kepada mereka. Melihat begitu banyak orang yang menderita di dunia, saya teringat yang Buddha katakan tentang Dunia Saha ini. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin, Saha berarti menahan penderitaan. Datang ke dunia ini, kita harus mampu menahan penderitaan. Jadi, ketika Buddha mulai membabarkan Dharma, Dharma pertama yang Beliau babarkan ialah penderitaan, sebab penderitaan, akhir penderitaan, dan jalan mengakhiri penderitaan.
Kata
penderitaan dibabarkan di awal. Setelah Buddha mencapai pencerahan, Dharma
pertama yang Beliau babarkan ialah penderitaan. Berhubung penderitaan
benar-benar ada, kita harus dapat menahannya. Untuk itu, kita harus mengubah kesadaran
menjadi kebijaksanaan. Selama beberapa waktu, saya terus mengatakan bahwa kita
harus mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan.
Tidaklah cukup jika hanya memperoleh pengetahuan. Kita jangan hanya berpikiran pendek dan hanya memikirkan apa yang ada di depan mata kita. Sebaliknya, kita harus memahami semua kebenaran di dunia ini. Jadi, Buddha menjabarkan Empat Kebenaran Mulia agar kita dapat memahaminya. Bencana alam akibat ketidakselarasan empat unsur serta bencana akibat ulah manusia akibat ketidakselarasan pikiran manusia telah membawa penderitaan bagi manusia.
Kita harus menggunakan cinta kasih untuk meredam bencana.Jadi, semua orang harus memahami bahwa Jalan Bodhisatwa adalah jalan yang harus kita tapaki dengan kebijaksanaan. Untuk melakukan ini,
kita tidak harus menjadi seorang Buddhis. Asalkan arah kita benar dan tak memiliki pikiran atau pandangan yang menyimpang, kita dapat berjalan di jalan yang benar.
Semua agama berlandaskan cinta kasih. Tidak ada agama yang dapat berkembang dan diwariskan tanpa berlandaskan cinta kasih. Agama Buddha juga berlandaskan cinta kasih dan welas asih. Kita harus mempertahankan cinta kasih ini. Kita harus memperluas hati kita dan merangkul semua yang ada di alam semesta. Hati kita harus sangat lapang agar kita dapat benar-benar merangkul semua yang ada di alam semesta.Ini disebut cinta kasih universal.
Kita harus memperluas hati kita dan merangkul semua yang ada di alam semesta. Tidak peduli di mana pun bencana terjadi, dengan cinta kasih yang tersebar di mana-mana, semua orang dapat membantu orang lain.
Bencana ulah manusia terjadi akibat ketidakselarasan pikiran
manusia
Para Bodhisatwa dunia menghibur para pengungsi dan membawa
kedamaian
Menyadari Empat Kebenaran Mulia dan belajar menahan
penderitaan
Meredam
bencana dengan cinta kasih dan kebijaksanaan
Ceramah Master
Cheng Yen tanggal 6 Juni 2019
Sumber:
Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah:
Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 8 Juni
2019