Ceramah Master Cheng Yen: Menyebarkan Cinta Kasih di Dunia dan Giat Menciptakan Berkah
“Melalui sepasang tangan ini, saya dapat memberikan barang bantuan kepada anak-anak Suriah dan membuat mereka merasakan cinta kasih dan perhatian. Ini membuat saya merasa sangat gembira,” ucap salah satu siswa Turki.
Saya sangat bersyukur melihat kontribusi para insan Tzu Chi yang tanpa henti dan dengan sepenuh hati. Sungguh, dapat bersumbangsih merupakan berkah. Menciptakan berkah bagi dunia merupakan misi setiap insan Tzu Chi. Dengan adanya kekuatan cinta kasih ini di seluruh dunia, maka setiap saat kita dapat mencurahkan perhatian.
Kita juga dapat melihat sekelompok anak pengungsi di Turki. Jika bukan karena bertemu dengan relawan Tzu Chi, maka hingga kini mereka masih menjadi pekerja anak yang entah harus bekerja hingga kapan. Pekerja anak di sana harus bekerja selama 12 jam dalam sehari. Dalam waktu sehari, waktu istirahat mereka termasuk ke kamar kecil tidak lebih dari 13 menit. Mereka bekerja di bawah peraturan yang ketat dan jam kerja yang panjang. Mereka rata-rata berusia 7 hingga 11 tahun tetapi mereka dapat menerima peraturan ketat seperti itu. Mengapa demikian? Karena seluruh keluarga mengandalkan pemasukan mereka untuk bertahan hidup.
Bayangkan, dengan kondisi hidup seperti itu, masa depan mereka sungguh tak terbayangkan. Setelah mengetahui hal ini, relawan Tzu Chi mulai membantu mereka untuk berhenti menjadi pekerja anak. Tzu Chi memberi bantuan dengan cara memberi kompensasi kepada masing-masing keluarga sesuai dengan jumlah upah anak-anak agar mereka berkesempatan untuk bersekolah.
“Dia berusia 14 tahun dan sudah putus sekolah selama 3 tahun. Karena itu, dia yang sudah berusia 14 tahun harus belajar bersama anak-anak yang berusia 11 atau 12 tahun. Saya pernah berkunjung ke rumahnya. Saya juga sudah berkunjung ke tempat kerja beberapa anak. Pemilik usaha tidak ingin mereka berhenti. Mengapa? Karena mereka dibayar murah dan dapat bekerja dengan baik,” jelas salah satu relawan.
“Dahulu saya bercita-cita ingin menjadi dokter mata karena adik saya menderita penyakit mata. Demi menemukan cara untuk mengobatinya, saya ingin menjadi dokter. Saya sangat gembira. Mulanya saya berpikir hanya dapat bekerja dan tak punya harapan. Setelah bertemu dengan kalian, saya memiliki secercah harapan untuk meraih impian,” ucap salah satu siswa. “Saat bekerja, saya sama sekali tak merasa saya hidup. Dahulu, saat bersekolah di Suriah, saya selalu mendapat juara 1. Saat itu, saya tahu saya punya masa depan. Namun, di Turki, saya hanya dapat bekerja. Saya merasa harapan saya sudah pupus. Kini Tzu Chi datang dan mengembalikan senyuman di wajah kami. Ini sungguh hal yang sangat indah. Saya akan terus berusaha untuk mendapat juara 1 di kelas,” tambah siwa lainnya.
Anak-anak itu memiliki cita-cita yang tinggi. Jika kita tidak membantunya, bukankah impian mereka akan terkubur? Mungkin saja kelak mereka benar-benar berhasil menjadi dokter. Intinya, anak-anak itu dapat menjadi butir demi butir benih yang penuh harapan karena adanya bantuan dari insan yang baik hati. Dalam pertemuan dengan relawan Tzu Chi, Profesor Cuma berkata bahwa cinta kasih bagaikan sebuah rumah. Rumah ini dapat menampung puluhan orang, jutaan orang, puluhan juta orang, bahkan ratusan juta orang. Rumah ini dapat menampung banyak jenis orang. Bukankah ini adalah cinta kasih? Insan Tzu Chi di seluruh dunia bisa menyanyikan lagu “Satu Keluarga”.
Terlahir ke dunia ini, kita semua hidup di kolong langit dan di atas bumi yang sama. Karena itu, kita adalah satu keluarga. Untuk apa kita membeda-bedakan kewarganegaraan, ras, dan agama? Sama-sama hidup di bumi ini, kita hendaknya menggunakan cinta kasih untuk membangun rumah ini. Tak peduli hidup di negara mana pun, cinta kasih dapat diterapkan di mana saja. Apa pun ras kita, kita tetap membutuhkan cinta kasih. Apa pun keyakinan yang dianut, ia tetaplah tak terlepas dari cinta kasih. Di mana ada langit, maka di sana ada awan. Di mana ada orang, maka di sana ada cinta kasih. Inilah yang dapat kita lakukan.
Selama 3 hari 2 malam lalu, para staf dari badan misi Tzu Chi berkumpul untuk mengikuti pelatihan. Kemarin, saya menghadiri upacara penutupan pelatihan itu dan mendengar para staf berbagi kesan. Sungguh membuat orang tersentuh. Upacara kemarin juga dihadiri oleh para delegasi dari Universitas Naresuan, Thailand. Kemarin Prof. Dr. Krasae Chanawongse juga memperkenalkan dirinya dan mengatakan bahwa beliau sudah berkunjung ke Taiwan sebanyak 5 kali. Dalam setiap perjalanannya ke Taiwan, beliau pernah berstatus sebagai menteri dari berbagai kementerian Thailand. Kini beliau sudah berusia 82 tahun. Kemarin, beliau datang secara khusus dengan status sebagai rektor universitas untuk menganugerahkan gelar ini kepada saya.
“Sebagai bentuk pengakuan terhadap komitmen beliau seumur hidup ini dalam melayani umat manusia dengan mengaktualisasikan cinta kasih dan welas asih untuk memberikan kedamaian batin dan kebahagiaan kepada setiap orang. Universitas Naresuan dari Thailand menganugerahkan penghargaan kepada Yang Mulia Dharma Master Cheng Yen sebuah gelar Doktor Honoris Causa dalam bidang pengembangan sosial,” ujar Prof. Dr. Krasae Chanawongse, Rektor Universitas Naresuan
Sesungguhnya, setiap kali menerima gelar kehormatan dan penghargaan, saya hanya mewakili Tzu Chi untuk menerimanya karena ini merupakan hasil kerja keras insan Tzu Chi di seluruh dunia. Yang dilihat oleh orang adalah kerja keras satu organisasi, bukan pencapaian pribadi.
Saya masih ingat beberapa tahun lalu, instansi pemerintah dari Thailand berulang kali datang ke Taiwan dengan tujuan untuk berkunjung ke Tzu Chi. Ini karena pada saat itu, pemerintah Thailand berusaha untuk membangun kembali moralitas di negara mereka. Karena itu, mereka mengutus orang untuk berkunjung ke berbagai negara demi mencari teladan dalam bidang moralitas. Hingga akhirnya, mereka datang ke Taiwan. Setelah itu, mereka bersama-sama menggelar rapat dan memilih Tzu Chi di Taiwan sebagai standar mereka.
Selama bertahun-tahun ini, mereka berulang kali berkunjung ke Tzu Chi. Para pejabat dari bidang pendidikan, kemanusiaan, administrasi, dan lain-lain, semuanya datang ke Tzu Chi untuk belajar demi membawa pulang nilai budaya humanis Tzu Chi. Lewat semua itu, kita dapat melihat Thailand sangat menghargai nilai-nilai Tzu Chi. Saya sangat berterima kasih karena mereka sangat memandang tinggi Tzu Chi. Saya lebih berterima kasih kepada semua relawan Tzu Chi yang telah mendedikasikan diri sehingga kita dianugerahi gelar kehormatan ini. Saya sangat tersentuh dan bersyukur. Saya berharap Tzu Chi dapat lebih banyak berkontribusi dan menyebarkan cinta kasih ke seluruh dunia.
Anak-anak pengungsi di Suriah dapat kembali bersekolah
Semua orang di dunia bagaikan satu keluarga
Membangkitkan kembali nilai moralitas di Thailand
Menyebarkan cinta kasih di dunia dan giat menciptakan berkah
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Oktober 2015
Ditayangkan tanggal 21 Oktober 2015