Ceramah Master Cheng Yen: Menyebarkan Cinta Kasih Universal dengan Welas Asih dan Kebijaksanaan
Beberapa hari belakangan ini, guncangan gempa bumi membawa dampak bagi beberapa negara. Provinsi Aceh di Indonesia terkena dampak bencana yang lebih serius. Para relawan kita dari Medan segera menyurvei kondisi bencana pada hari terjadinya gempa. Keesokan harinya, mereka telah menyiapkan barang bantuan yang akan dibagikan di lokasi bencana.
Barang bantuan yang disiapkan meliputi selimut, makanan, dan lain-lain. Para relawan kita telah menyiapkan barang kebutuhan sehari-hari. Insan Tzu Chi menyerahkannya dengan penuh hormat ke tangan korban bencana. Kita juga memberikan pelayanan medis. Inilah yang sedang dilakukan oleh insan Tzu Chi.
Beberapa hari ini, saya sangat bersyukur melihat insan Tzu Chi menghormati agama para korban bencana. Relawan kita mengatur waktu agar tidak mengganggu waktu ibadah mereka dan bersumbangsih dengan penuh rasa hormat. Relawan kita juga mencari tahu mereka lebih terbiasa makan nasi atau mi agar bisa menyiapkan barang bantuan dengan tepat. Dengan mencari tahu terlebih dahulu, relawan kita bisa memberikan barang bantuan sesuai kebutuhan mereka. Saya sungguh memuji tindakan mereka dan bersyukur atas kesungguhan hati mereka.
Kita juga melihat insan Tzu Chi di Serbia. Serbia bisa disebut sebagai dunia es. Pembagian bantuan di kamp pengungsi selama enam hari sungguh membutuhkan kerja keras. Jarak yang harus mereka tempuh sangat jauh. Tempat terjauh yang mereka jangkau adalah perbatasan Makedonia. Secara keseluruhan, mereka menjangkau tujuh kamp pengungsi. Meski berada di wilayah pegunungan, insan Tzu Chi tetap menjangkaunya.
Menerima pakaian musim dingin yang bisa menghangatkan tubuh mereka di musim dingin, para pengungsi sangat gembira. Wajah mereka dihiasi senyuman. Sebagian pengungsi telah mengungsi selama bertahun-tahun dan bersinggah di berbagai tempat. Barang bawaan mereka perlahan-lahan habis atau tidak sanggup dibawa lagi. Akhirnya, mereka pergi ke Serbia dan kedinginan di sana.
Berhubung musim dingin di sana sangat dingin dan pakaian musim dingin mereka tidak memadai, maka mereka sangat kedinginan. Insan Tzu Chi pergi ke sana untuk memberi mereka pakaian musim dingin dan makanan yang bernutrisi. Lalu, ketua dewan pengungsi setempat meminta insan Tzu Chi untuk menyediakan makanan bagi para pengungsi dari akhir tahun hingga awal tahun berikutnya agar mereka dapat menikmati makanan hangat pada musim dingin ini.
Anggota dewan pengungsi juga belajar menyeduh nasi Jing Si sebagai wujud cinta kasih terhadap para pengungsi. Yang dibutuhkan oleh orang-orang yang menderita adalah kekuatan cinta kasih seperti ini. Saya sungguh sangat bersyukur kepada 38 relawan dari 9 negara yang pergi ke Serbia ini. Mereka sudah berada di Serbia selama hampir 10 hari. Di negara yang begitu dingin dan asing bagi mereka, mereka mengunjungi berbagai kamp pengungsi. Saya sungguh sangat bersyukur dan tersentuh.
Di Eropa, pada awal November, Paus Fransiskus mengundang insan Tzu Chi ke Vatikan dengan harapan dapat berbagi dengan insan Tzu Chi tentang semangat welas asih dan cinta kasih dan insan Tzu Chi dapat menyampaikannya pada saya. Saya berkata bahwa Tzu Chi selalu berpegang pada ajaran Buddha. Kita melakukan praktik nyata sesuai semangat ajaran Buddha, yakni cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Cinta kasih kita adalah cinta kasih universal.
Relawan kita berbagi hal ini dengan Paus Fransiskus. Beberapa waktu kemudian, Paus Fransiskus kembali mengirimkan undangan ke Tzu Chi Taiwan dengan harapan perwakilan Tzu Ching internasional dapat berbagi tentang keyakinan. Sebanyak empat orang perwakilan Tzu Ching dari tiga negara pergi ke Vatikan. Di sana, hal yang disampaikan mereka sungguh penuh perspektif internasional. Mereka juga memperlihatkan lewat foto-foto bagaimana relawan muda mudi menolong orang yang menderita. Mereka juga menunjukkan kepedulian mereka terhadap perubahan iklim dengan menggalakkan konsep daur ulang.
Untuk meredam perubahan iklim, menerapkan konsep daur ulang dan pola makan vegetaris sangatlah penting. Ini semua disampaikan oleh anggota Tzu Ching kita di Vatikan. Mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk menunjukkan bahwa ada banyak muda mudi yang mengasihi sesama manusia dan menghormati kehidupan. Kita bukan hanya harus menghormati manusia, tetapi juga harus mengasihi semua makhluk, termasuk hewan. Kekuatan cinta kasih adalah yang terpenting.
Di Malaysia, kita bisa melihat seorang nenek dan putrinya. Mereka menderita neurofibromatosis yang merupakan penyakit langka dan tidak bisa disembuhkan. Meski dioperasi untuk diangkat tumornya, tumornya tetap akan tumbuh kembali. Sejak mengetahui kondisi mereka pada lebih dari 20 tahun yang lalu, insan Tzu Chi terus memperhatikan dan mendampingi mereka sehingga mereka tidak merasa kesepian.
Insan Tzu Chi juga mengajak anggota Tzu Ching memperhatikan mereka. Anggota Tzu Ching terus mendampingi mereka hingga nenek itu meninggal dunia. Saat nenek itu meninggal dunia, banyak insan Tzu Chi dan anggota Tzu Ching yang hadir untuk mendoakannya. Acara yang digelar untuk mengenang nenek itu juga dihadiri oleh banyak orang.
Kini, putrinya hidup sebatang kara. Namun, anggota Tzu Ching dan insan Tzu Chi tidak berhenti mencurahkan perhatian. Mereka terus mendampinginya sehingga dia memiliki jiwa dan raga yang sehat. Dia bahkan bisa bersumbangsih bersama insan Tzu Chi dan mengembangkan nilai hidupnya. Dengan sangat optimis, dia melakukan hal yang bermakna dalam hidupnya. Kekuatan cinta kasih membuat batinnya bersinar cemerlang.
Singkat kata, kita harus terus-menerus meningkatkan teknologi medis kita agar dapat mengobati semua jenis penyakit. Dalam kasus nenek dan putrinya ini, kita sungguh merasa tidak berdaya. Namun, saya sungguh berharap misi amal kita dapat mencurahkan perhatian dan misi kesehatan kita dapat melindungi kesehatan pasien. Kita harus terus-menerus menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Dengan kebijaksanaan, barulah kita bisa mewariskan kebijaksanaan, cinta kasih, dan welas asih Buddha. Inilah tujuan agama.
Setiap keyakinan benar bermanfaat bagi manusia. Kita harus berdoa setiap hari semoga dunia aman dan tenteram setiap hari. Untuk itu, kita harus mawas diri dan tulus. Setiap umat beragama hendaknya mawas diri dan berhati tulus.
Memberikan barang bantuan dan pelayanan medis kepada para korban bencana
Mengantarkan kehangatan dan menyediakan makanan hangat di musim dingin
Menyebarkan cinta kasih universal dengan welas asih dan kebijaksanaan
Mewariskan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Desember 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 12 Desember 2016