Ceramah Master Cheng Yen: Menyebarkan Dharma dan Budaya Humanis


“Saya ingin berterima kasih kepada para relawan yang telah datang ke Mozambik dan mengajari kami banyak hal. Setiap hari, mereka memberikan kekuatan yang begitu besar kepada kami untuk menjalankan Tzu Chi,”
kata Cai Rui-he relawan Tzu Chi Mozambik.

“Setiap bertemu dengan Sheila, dia selalu meminta saya untuk menyampaikan kepada Master bahwa mereka akan berjalan di Jalan Tzu Chi dengan tekun, bersungguh-sungguh, dan teguh supaya dapat menyebarkan semangat Tzu Chi ke lebih banyak tempat di Mozambik. Sekarang di Sofala, daerah terdampak Siklon Idai, terdapat lebih dari 3.300 relawan lokal. Relawan Tzu Chi telah membimbing mereka selama tiga tahun ini. Saya sangat berterima kasih atas kesungguhan hati Sheila dan relawan lainnya,” kata Gao Jing-yao relawan Tzu Chi.

"Insan Tzu Chi mengikuti langkah Master." Tolong kalian terjemahkan kalimat ini dan beri tahu mereka bahwa saya sangat gembira melihat mereka dapat menjalin jodoh dengan kita dan harapan mulai tumbuh di sana.

“Saya melihat seorang anak kecil menggambar Sekolah Tzu Chi dengan logo Tzu Chi di di atasnya. Dia berharap kelak, dia dapat belajar di sekolah yang didirikan Tzu Chi. Banyak anak di sana yang berharap Banyak anak di sana yang berharap dapat menerima pendidikan di sekolah yang kita bangun kelak. Di lingkungan yang nyaman, mereka dapat menerima pendidikan yang baik. Anak-anak bagaikan selembar kertas putih. Kita perlu mendampingi, membimbing, dan membina mereka agar mereka dapat memperbaiki kehidupan mereka,” kata Lin Jing-ni relawan Tzu Chi.

Pendidikan membawa harapan. Kita membangun sekolah untuk anak-anak di sana dan membutuhkan banyak guru. Jadi, kita semua harus lebih bekerja keras. Saya berharap relawan lokal dapat membimbing anak-anak di sana serta berbagi semangat Tzu Chi dan arah pendidikan dengan para guru. Saya merasa ini sangat penting untuk menciptakan masa depan yang lebih baik di sana. Saya sangat bersyukur bahwa meskipun Taiwan berjarak lebih dari 11.000 kilometer dari Mozambik, tetapi kalian bersedia bekerja keras dan bersumbangsih di sana bertahun-tahun. Melihat lahan yang telantar dan penderitaan warga setempat, kalian bertekad untuk bersumbangsih di sana.


“Pada tahun 2019, saya pergi ke sana sebagai apoteker bersama tim baksos kesehatan. Saat itu, lahan berdirinya Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi masih merupakan lahan telantar dan warga tinggal di dalam rumah yang rangka besinya sudah runtuh. Ini tidak layak disebut sebagai tempat tinggal. Setelah melihat kondisi seperti ini, kami pun maju selangkah lagi dalam proyek pembangunan di Mozambik, yaitu membangun 4 Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi dengan total lebih dari 3.100 rumah. Rancangan rumah-rumah ini telah memenuhi standar tahan bencana yang ditetapkan oleh PBB,”
kata Gao Jing-yao relawan Tzu Chi.

“Saya sangat berterima kasih kepada divisi konstruksi kita yang telah mengoptimalkan rumah dengan menambahkan fungsi pengumpulan air hujan dan toilet yang lebih higienis. Kami mengunjungi setiap Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi dan melihat bagaimana kehidupan warga sekarang. Awalnya mereka tinggal di dalam tenda, lalu tinggal di dalam rumah yang dibangun dari batu bata dan jerami. Saat hujan, rumah mereka akan bocor. Kami sungguh berharap sebelum musim hujan pada bulan Desember, setidaknya sebagian warga sudah bisa pindah ke dalam rumah yang telah dibangun,” lanjut Gao Jing-yao.

“Saya berterima kasih kepada dua anggota dari divisi konstruksi yang telah memanjat ke atas untuk memeriksa apakah atap bocor atau tidak dan memastikan sistem pengumpulan air hujan sudah terpasang sempurna. Setiap bangunan diperiksa sehingga Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi gelombang pertama dapat diserahkan kepada warga,” pungkas Gao Jing-yao.

“Pada bulan Desember tiga tahun lalu, saya datang ke Mozambik dengan membawa cinta kasih dan perhatian Master untuk melihat rumah dan sekolah seperti apa yang mereka butuhkan. Saat itu, Kakak Denise mengajak kami untuk melihat sebuah rumah yang sedang dibangun di Maputo. Kami melihat bahwa rumah itu dibangun dari batu bata dan lumpur. Dinding rumah dibangun dengan lumpur, lalu atap juga dipasang ala kadarnya. Saya sangat sedih ketika melihat hal ini,” kata Chen Xuan-hui Staf divisi konstruksi.

“Di belakang rumah itu, ada sebuah rumah yang bobrok. Dindingnya penuh lubang yang hanya ditutupi dengan batu. Seorang nenek dan cucunya tinggal di rumah tersebut. Di atas tanah, ada api arang dan panci rusak tanpa makanan di dalamnya. Cucunya berbaring dan tidur di atas tanah. Setelah melihat hal ini, saya sungguh tidak tega. Berkat cinta kasih Master, sekarang sudah berbeda,” lanjut Chen Xuan-hui.

“Tiga tahun kemudian, tepat di bulan Desember, saya datang ke Mozambik dan melihat betapa bahagianya mereka setelah pindah ke rumah baru. Anak-anak bernyanyi dan melompat dengan riang. Tidak hanya rumah baru, kita juga memberikan mereka ranjang, kursi, dan meja. Melihat mereka bahagia, saya juga merasa gembira,” pungkas Chen Xuan-hui.


Sekarang, kita telah melihat rumah-rumah yang telah dibangun di sana. Jalan-jalan telah dibangun di atas tanah yang luas dan rumah-rumah yang dibangun juga sangat rapi. Saya tahu bahwa kalian juga telah memasang lampu bertenaga surya. Dengan lampu ini, anak-anak dapat belajar di malam hari. Saya berharap warga setempat dapat menghargai dan menjaga rumah, menerapkan prinsip kebersihan, dan selalu menjaga kebersihan toilet. Kalian harus membimbing dan membantu mereka dalam menjaga kebersihan lingkungan.

“Mereka menampilkan tarian tradisional untuk merayakan kegiatan besar ini. Mereka bahkan membuat sebuah sandiwara dengan cara yang sangat kreatif. Sandiwara itu menyampaikan bahwa seseorang akan jatuh sakit jika tidak mencuci tangan setelah menggunakan kamar kecil dan sebelum makan. Setelah mempelajari Dharma yang diajarkan oleh Master, mereka memberikan pesan cinta kasih dengan cara yang sederhana dan sesuai dengan bahasa dan budaya mereka,” kata Gao Jing-yao relawan Tzu Chi.

Selain membangun sekolah dan rumah untuk mereka, kalian juga harus menanamkan budaya humanis di dalam hati mereka. Inilah cara kita menciptakan nilai terbesar di sana. Kita harus memperbaiki kehidupan mereka dengan meneruskan semangat budaya humanis di sana hingga selamanya. Saya berharap kita dapat memperbaiki kehidupan warga Afrika dari generasi ke generasi.

Saya benar-benar bersukacita melihat insan Tzu Chi dari seluruh dunia membawa cinta kasih ke sana. Saya yakin warga setempat dapat memahami hal ini. Jadi, apa yang telah kita lakukan tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Namun, kita tetap harus menyebarkan Dharma demi membawa manfaat bagi semua makhluk. Ini sangatlah penting.


Saya sangat berterima kasih kepada Jing-yao dan tim divisi konstruksi kita. Kalian telah merasakannya secara lebih mendalam daripada saya. Awalnya, kalian tidak mengenal warga setempat, tetapi sekarang, kalian telah membentuk jalinan kasih sayang dengan mereka dengan bersumbangsih dengan tulus. Selanjutnya, apa yang harus kalian lakukan?

Saya selalu menyemangati kalian untuk bersumbangsih dengan kesungguhan hati dan tanpa rasa khawatir. Banyak hal yang patut disyukuri dan saya sangat berterima kasih kepada kalian semua. Kalian hendaknya memberi tahu para relawan lokal yang tidak memahami bahasa saya tentang apa yang saya katakan. Saya merasa bahwa di hati mereka, saya akan selalu muda karena mereka selalu memajang foto sewaktu muda saya. Ini juga merupakan cara mereka mengungkapkan ketulusan mereka.

Singkat kata, saya berharap kalian dapat bersumbangsih dengan tulus, menghadapi kesulitan dengan rasa syukur, dan membimbing mereka untuk senantiasa bersyukur. Jika seseorang tidak memahami cara bersyukur, berarti dia tidak memiliki semangat budaya humanis. Jadi, kita harus membangkitkan rasa syukur mereka.

Ini adalah lagu baru mereka. "Master yang tiada duanya. Tiada yang bisa seperti Master Cheng Yen. Master kami berada di Taiwan. Master kami juga berada di seluruh dunia. Master Cheng Yen. Tiada yang bisa seperti Master kami. Master menolong orang yang membutuhkan dan membangkitkan kekayaan batin mereka. Master membantu setiap orang yang mengalami penderitaan." 

Membentangkan jalan cinta kasih dan menjalankan misi pendidikan
Membawa harapan bagi kehidupan warga Afrika
Menjalin jodoh dengan ketulusan hati
Menyebarkan Dharma dan budaya humanis    

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 Januari 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 14 Januari 2023
Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -