Ceramah Master Cheng Yen: Menyebarkan Dharma dan Membawa Manfaat dengan Keyakinan, Ikrar, dan Praktik


“Pasien ini berkata bahwa dia tidak bisa berjalan dan temperamennya memburuk. Dalam proses ini, keluarganya bertanya-tanya mengapa kondisinya memburuk begitu cepat. Pengobatan Barat dapat membantu sedikit lewat tindakan operasi, sementara pengobatan Tiongkok dengan ramuan herbal cukup efektif. Misalnya, ramuan herbal untuk otak yang kami gunakan ini telah terbukti dapat merangsang semua jalur saraf,”
kata Huang Xiang-ling Perawat spesialis Pusat Medis Tzu Chi Hualien.

“Dengan akupunktur, kami akan memberinya beberapa perawatan untuk merangsang otak, membuka saluran energi, dan mengurangi kelembapan dalam tubuh. Kami juga akan menambahkan beberapa obat untuk memperlancar aliran energi dalam tubuh,” kata Lin Xin-rong Kepala Pusat Medis Tzu Chi Hualien.

Awalnya, dia hanya bisa duduk di kursi roda. Namun, secara perlahan, keluarganya mencoba membantunya turun dari tempat tidur. Dia pun mulai mencoba berjalan sendiri dengan langkah-langkah kecil,” kata He Zong-rong Wakil Kepala Pusat Medis Tzu Chi Hualien.

Dahulu, ketika ingin membangun rumah sakit, saya melihat banyak lokasi. Diperlukan lahan yang luas untuk membangun fasilitas kesehatan yang ideal. Terlebih lagi, saya memikirkan bahwa di sana harus bisa menampilkan ajaran Buddha dan semangat ajaran Buddha. Pada saat itu, dengan sepenuh hati dan tekad, saya ingin bekerja demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk.

Membangun rumah sakit bukanlah hal yang mudah, tetapi saya bertekad untuk mengatasi semua kesulitan itu. Harapan saya hanyalah untuk membawa ajaran Buddha ke tengah masyarakat serta mengasihi, melindungi, dan menyelamatkan kehidupan manusia. Inilah yang paling saya harapkan sepanjang hidup ini. Bukankah Buddha datang ke dunia untuk menyelamatkan semua makhluk? Oleh karena itu, ajaran Buddha hadir untuk menyelamatkan semua makhluk. Inilah ikrar dan harapan saya.


Sumbangan yang kita terima saat itu dapat ditelusuri dari buletin Tzu Chi edisi pertama. Semua dimulai dari 30, 50, 100, hingga lebih dari 1.000 dolar NT.  Sedikit demi sedikit dana terkumpul untuk membangun rumah sakit. Betapa sulitnya kala itu. Namun, saya berani karena selalu percaya terhadap diri sendiri dan orang lain. Saya percaya bahwa diri saya memiliki cinta kasih dan dunia ini memiliki niat baik. Meski hanya setetes demi setetes sumbangsih, ketika dikumpulkan akan menjadi banyak. Bukankah celengan bambu hanya berisi uang logam? Namun, dengan itulah kita dapat menjalankan misi amal.

Pada saat itu, kita telah mempraktikkan ini selama hampir 10 tahun. Ini karena saya melihat bahwa Taiwan Timur kekurangan rumah sakit. Oleh karena itu, muncullah niat saya pada tahun ke-20 Tzu Chi untuk mengumumkan pembangunan rumah sakit. Langkah demi langkah terus kita jalani meski sulit. Saat ini, setiap minggu, saya selalu melihat Kepala RS Tzu Chi kembali ke Griya Jing Si.

Sekelompok Bodhisatwa muda ini telah menjadi senior dan memasuki usia paruh baya. Mereka selalu mempraktikkan semangat saya dan prinsip-prinsip Tzu Chi untuk menggabungkan ajaran Buddha dan semangat Tzu Chi demi menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk. Saya telah menginventarisasi kehidupan saya. Kalian semua masih memiliki waktu untuk membantu saya mencatat langkah-langkah kecil ini dan menandai setiap jejak langkah yang telah kita buat serta membentangkan jalan yang rata.


Saat ini, banyak negara mengalami kemiskinan. Dahulu, kita selalu berusaha membantu mereka yang kurang mampu di Taiwan. Saat ini, kehidupan di Taiwan telah membaik. Kita dapat menggunakan fondasi ini untuk menyebarkan ajaran Buddha ke seluruh dunia. Dengan akar kebajikan yang kita miliki lewat praktik ajaran Buddha, kita dapat memberi tahu semua orang di dunia bahwa ajaran Buddha berkaitan erat dengan kehidupan di dunia.

“Sangat berterima kasih dengan Tzu Chi, karena dapat bantu saya hari ini, kasih bersih rumah saya, angkat barang semua yang berat. Kalau tidak, saya tidak ambil masa yang panjang lagi untuk saya bersih-bersih. Sebab saya tidak cukup orang untuk bantu saya,” kata Phillisca korban bencana.

“Ini yang kami terima dari Tzu Chi, sangat-sangat membatu. Kami boleh ganti barang-barang kerusakan yang kami perlu macam rice cooker, kipas angin, sangat meringankan beban kami,” kata Nesurey korban bencana.

“Saya sebagai ibu tunggal terus terang saya sangat susah, saya sendiri membesarkan anak-anak empat orang dengan ada bantuan ini ya bersyukur sangat,” kata Martha korban bencana.  

Saat ini, relawan Tzu Chi telah membawa bantuan di banyak negara.  Di mana pun ada bencana, insan Tzu Chi di sana akan bergerak membawa bantuan. Baik pada bencana alam maupun bencana akibat ketidakselarasan hati manusia yang menyebabkan gelombang pengungsi, insan Tzu Chi selalu hadir. Selama kita melihat dan mendengarnya serta memiliki jalinan jodoh untuk menjangkaunya, kita akan mengerahkan semua kekuatan untuk bersumbangsih.

Sumbangsih yang kecil pun bagaikan tetesan air yang mengalir ke lautan, lalu menyatu dalam lautan pahala. Setiap tetes sumbangsih yang diberikan dapat terhimpun dan menjadi sumber bantuan yang besar. Jadi, hendaknya kita menghargai setiap tetes sumbangsih.

Belakangan ini, saya selalu berbicara tentang kekuatan kecil, jumlah kecil, dan cahaya kecil. Jangan pernah meremehkan cahaya seekor kunang-kunang.


“Setelah lulus dari universitas, kalian akan menemukan pekerjaan yang stabil. Tidak hanya akan membantu diri sendiri dan keluarga untuk memperbaiki kondisi ekonomi, saya juga berharap kalian
dapat berkontribusi bagi masyarakat. Sama seperti harapan pendiri Tzu Chi, hendaknya kita mewujudkan keharmonisan masyarakat dan dunia yang bebas dari bencana,” kata Pham Tan Ha Wakil rektor Universitas Ilmu Sosial dan Humaniora.

“Setiap hari, saya menabung 2 ribu dong (Rp1.200). Uang yang ditabung ini dapat digunakan untuk berbuat baik. Kita seharusnya memiliki niat baik seperti ini,” kata salah seorang relawan dalam drama singkat untuk menyampaikan konsep mempraktikkan kebajikan dengan uang kecil.

“Saya berharap suatu hari nanti, saya dapat menjadi sama seperti relawan Tzu Chi yang membantu siswa kurang mampu dan membantu mereka yang membutuhkan dalam masyarakat,” kata Dinh Thi Kieau Hoa Mahasiswa Universitas Ilmu Sosial dan Humaniora.

Intinya, kita telah menginspirasi banyak orang. Saya sudah lama membabarkan ajaran Buddha. Sutra Teratai mungkin tidak akan selesai saya babarkan. Namun, saya telah menjelaskan Sutra Makna Tanpa Batas secara lengkap, mencakup garis besar dan inti sarinya. Beruntung, saya sudah menyampaikan Sutra Makna Tanpa Batas kepada kalian. Hendaknya kita semua menghargainya dan mempraktikkannya di tengah masyarakat.

Saya berharap kalian semua terus berada di jalan yang benar dan bajik. Hendaknya kita membuka jalan yang lebih luas dan membentangkan jalan lebih jauh. Ketika jalan telah dibuka, kita harus terus memperluas jalan ini.  Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, Buddha telah membukakan jalan bagi kita. Saat ini, sebagai murid Buddha, hendaknya kita memperluas jalan ini agar lebih banyak orang dapat berjalan di atasnya.

Pada zaman Buddha, jumlah penduduk dunia tidak sebanyak sekarang. Saat ini, jumlah penduduk sangat banyak sehingga kita tidak boleh membiarkan jalan ini sempit, melainkan harus membuatnya menjadi lebih luas.

Mengumpulkan cahaya kecil dengan keyakinan bahwa setiap orang memiliki cinta kasih
Melangkah dengan teguh di jalan yang sulit  
Mewujudkan ikrar agung untuk menyelamatkan dan membimbing semua makhluk  
Terjun ke tengah masyarakat untuk membentangkan jalan dan mewariskan Dharma

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 17 Agustus 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 19 Agustus 2024
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -