Ceramah Master Cheng Yen: Menyebarkan Dharma untuk Memberi Manfaat bagi Semua Makhluk
“Orang pada umumnya bersembahyang di vihara demi memohon keselamatan atau kekayaan. Setelah bergabung di Tzu Chi, pemikiran saya mulai berubah. Saya berharap seluruh dunia aman, tenteram, dan bebas dari bencana. Saat melantunkan Sutra, saya berharap dunia tenteram dan bebas dari bencana,” petikan wawancara Yang Chen-li, relawan Tzu Chi.
“Para Buddha dan Bodhisatwa memberi tahu kita bahwa waktu berlalu dengan cepat. Kita harus sungguh-sungguh menghargai setiap hari. Setiap saat harus sungguh-sungguh kita genggam untuk berjalan di Jalan Bodhisatwa,” petikan wawancara Zhuang Jin-luan, relawan Tzu Chi.
Saudara sekalian, kita harus bersungguh hati. Waktu kita dalam kehidupan ini tidak panjang. Berhubung ingin melatih diri, maka kita harus memahami kesadaran Buddha. Kita disebut sedang melatih diri. Tujuan utamanya adalah meneladani Buddha. Kita meneladani segala yang dijalankan Buddha. Dengan demikian, barulah kita bisa mencapai pencerahan.
Jadi, berhubung ingin meneladani Buddha, maka kita harus mempelajari bagaimana Buddha mencapai pencerahan, jalan apa yang Beliau tempuh, dan bagaimana Beliau membuka jalan itu yang akhirnya dicatat sebagai Sutra. Kita bersandar pada Sutra untuk mengenali jalan yang akan ditempuh. Mempraktikkan Jalan Bodhisatwa berarti mempraktikkan Enam Paramita di tengah masyarakat untuk membimbing semua makhluk.
Bodhisatwa juga bermula dari makhluk awam. Kita adalah makhluk awam. Asalkan memiliki tekad, kita juga dapat menjadi Bodhisatwa. Jadi, setelah menerima Dharma, kita belajar untuk mengubah noda batin menjadi Bodhi di tengah masyarakat. Masyarakat adalah sarana pelatihan diri yang mendorong pencapaian Bodhisatwa. Jadi, di dunia ini, kita membuka jalan dengan mempraktikkan Dharma di tengah masyarakat. Jalan ini adalah jalan yang lapang dan lurus. Semua makhluk mendukung pencapaian Bodhisatwa. Karena itu, kita tidak meninggalkan masyarakat.
Untuk berlatih ajaran Buddha, kita harus bersungguh hati. Setelah menerima ajaran Buddha, kita harus menyebarkan Dharma untuk membawa manfaat bagi masyarakat. Artinya, kita membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain Di tengah masyarakatlah Jalan Bodhi yang lapang dan lurus berada. Buddha membimbing kita untuk terjun ke tengah masyarakat. Inilah praktik Jalan Bodhisatwa. Akhir dari perjalanan di Jalan Bodhisatwa adalah kebuddhaan.
Kita sering membahas hal ini. Jadi, harap semua bersungguh hati dalam menerima Dharma. Dharma ini dapat mentransformasi diri sendiri dan orang lain. Kita menyucikan diri sendiri, menyucikan pandangan dan pemikiran kita, membersihkan kegelapan dan noda batin, serta membuang kerisauan kita.
“Mau ke mana pagi-pagi sekali? Mau mengikuti kebaktian pagi. Mengapa bersiteguh untuk ikut kebaktian? Saya tidak berani bilang saya teguh. Saya hanya ingin datang kemari untuk menenangkan hati,” petikan wawancara Cai Yin-long, relawan Tzu Chi.
“Saya sudah pernah salah jalan dan pernah memupuk berbagai tabiat buruk di masyarakat dalam waktu yang lama. Saya mendengar suara lantunan Sutra dan melihat semangat semua orang yang berkumpul pagi-pagi di sini. Mendengar lantunan suara mereka, hati saya merasa sangat tenang,” petikan wawancara Cai Yin-long, relawan Tzu Chi.
“Kalian bisa memperbaiki ini semua? Bisa.”
“Biasanya sering mengerjakan ini? Tidak, hanya saja dahulu pernah.”
“Sering melihat orang lain melakukannya, lama-lama diri sendiri menjadi bisa,” kutipan percakapan Cai Yin-long dan Xu Fu-che, relawan Tzu Chi.
“Dengan melihat penderitaan orang lain, mereka bisa menyadari berkah. Tujuannya adalah agar mereka bisa merasakan ternyata asalkan kehidupan ini dijalankan dengan sederhana, tidak rumit, dan tidak mengumbar banyak keinginan, maka kerisauan kita juga tidak akan besar. Dengan pemikiran yang sederhana, bahkan kehidupan kita akan terasa lebih baik,” petikan wawancara Gao Wei-ying, relawan Tzu Chi.
“Sebelumnya saya tidak pernah percaya ada orang yang bersumbangsih tanpa pamrih. Namun, selama satu tahun lebih saya di sini, saya benar-benar merasakan ada orang yang bersumbangsih bagi masyarakat tanpa mengharapkan balasan,” petikan wawancara Cai Yin-long, relawan Tzu Chi.
Jadi, kita harus menerima Dharma untuk mentransformasi diri sendiri dan orang lain. Batin sendiri harus terlebih dahulu disucikan, barulah kita bisa menginspirasi orang lain. Buddha mengatakan bahwa dunia ini penuh kekeruhan. Gambaran ini semakin mendekati kenyataan. Pada zaman Buddha dahulu, tidak ada pencemaran udara. Namun, di masa kini, polusi udara menjadi isu harian. Inilah kekeruhan.
Dari mana kekeruhan ini bermula? Kekeruhan yang ada pada masa kini sesungguhnya adalah hasil perbuatan manusia. Ini adalah kekeruhan makhluk hidup. Semua makhluk diliputi kekeruhan pandangan, kekeruhan noda batin, dan sebagainya sehingga menyebabkan dunia ini dipenuhi pencemaran yang berat. Ini sudah dikatakan oleh Buddha lebih dari 2.500 tahun yang lalu.
Kita juga melihat permukaan laut yang tadinya indah dan luas serta udara yang sebelumnya bersih dan segar, setelah beberapa puluh tahun ini bidang pariwisata semakin berkembang dan jejak manusia semakin banyak,
kini menjadi dipenuhi sampah. Lihatlah, bukankah ini disebabkan oleh manusia? Benar, batin manusia penuh ketamakan sehingga mencemari tanah dan udara.
Kini orang-orang sudah tahu untuk melakukan pelestarian lingkungan. Namun, saat melestarikan lingkungan, kita melestarikan lingkungan di luar, tetapi lupa menjaga kelestarian batin kita. Jadi, kita harus terjun ke masyarakat. Semua orang harus menerima bimbingan. Dalam melatih diri, kita memahami Dharma. Kita harus menerima Dharma dan memahami kebenaran.
Pelestarian lingkungan harus dimulai dari dalam batin. Kita harus membimbing diri sendiri, baru bisa membimbing orang lain. Jika batin tidak dibersihkan dan kita hanya membersihkan lingkungan luar, maka selamanya akan sia-sia. Jadi, kita harus bersungguh hati. Kita harus menjadi penabur benih. Kita harus menyebarkan benih kebajikan. Tanah perlu digarap dan dijaga dari pencemaran. Bukan hanya melestarikan lingkungan, yang terpenting adalah segera menyebarkan benih kebajikan.
Silsilah Dharma dan mazhab kita juga dimulai dari benih yang kita sebarkan hingga tumbuh menjadi bagaikan pohon, batang, dan berdaun lebat. Pohon ini tidak takut terpaan topan. Namun, jika kita memotong akarnya, maka terpaan topan akan menjadi ancaman. Meski dahan dan daunnya sangat lebat, tetapi tanpa akarnya tidak tertanam kuat. Kebijaksanaan bagaikan akar. Jadi, kita harus menyebarkan benih kebajikan.
Saudara sekalian, kita harus bersungguh hati. Hati Buddha harus kita pahami dan selami. Kita harus meneladani Buddha. Untuk itu, kita harus menyelami hati Buddha dan menjalankan Dharma yang Buddha jalankan. Ini barulah yang disebut praktisi Buddhis. Jadi, kita harus bersungguh hati.
Mentransformasi diri sendiri dan orang lain di Jalan Bodhisatwa
Menyucikan kekeruhan batin
Giat menyebarkan benih kebajikan
Memperkuat akar kebijaksanaan dan mewariskan ajaran Jing Si
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 April 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina