Ceramah Master Cheng Yen: Menyebarkan Pola Hidup Vegetaris di Dunia
“Beri kamu bakso ikan, mau?”
“Jangan
beri saya bakso ikan lagi. Kalau saya menganggapnya harum, maka saya akan ingin
makan. Jadi, saya menganggapnya bau. Dengan begini, saya tidak ingin makan
lagi. Saya cukup makan telur, tahu, sup, dan nasi,” jawab Lim Jia You.
Kita melihat anak-anak di
Malaysia begitu menggemaskan. Di TK Tzu Chi di Malaysia, para guru membimbing
anak-anak untuk menghargai sumber daya alam dan mengajak mereka untuk
bervegetaris sebanyak 108 kali makan. Anak-anak pun menurutinya demi menyayangi
hewan. Dengan hati mereka yang murni dan polos, anak-anak menerima ajakan ini dan
menjalankannya dengan teguh di rumah.
Contohnya, anak ini. Dia
sangat suka makan daging dan tak suka sayuran. Namun, saat gurunya mengajarkan untuk
bervegetaris, dia sangat bertekad untuk berubah. Dia bahkan bisa memengaruhi
orang tuanya. Dia menolak untuk makan daging. Bagaimana pun digoda, dia tetap
menolak. Dia tetap teguh untuk bervegetaris.
Bervegetaris sangat mudah. Jika
kita membunuh hewan untuk dimakan, maka hewan-hewan itu sangat kasihan. Perubahannya
yang paling besar adalah dalam setahun ini dia sangat jarang sakit. Dahulu dia
sering terserang flu, batuk, atau demam. Dua atau tiga bulan sekali, pasti
harus pergi ke dokter.
Bu, jangan lupa katakan ini,
"Kemampuan belajar anak kecil lebih baik."
Lihatlah, demikianlah proses
pertumbuhan anak. Jika kita mengajarkan hal yang benar, maka seperti itulah dia
melakukannya. Anak-anak seperti ini di Malaysia sangat banyak. Di Taiwan
seharusnya juga tidak sedikit. Sungguh, jika kita memahami mereka dengan sepenuh
hati, maka mereka akan menerima bimbingan kita. Jadi, kita harus berketetapan
hati.
Di Portugal ditetapkan
sebuah peraturan bahwa di tempat umum, seperti sekolah, rumah sakit, dll. Menu
makanan vegetaris harus tersedia. Kementerian Lingkungan Jerman juga
mengumumkan pelarangan konsumsi daging dalam kegiatan resmi mereka.
Di Inggris juga merebak tren
vegetarian. Ada sebuah tim sepakbola yang seluruh anggotanya adalah vegan. Seluruh
anggota tim harus mengikuti pedoman ini. Seluruh personel mereka memiliki
kondisi fisik yang sangat baik.
Jadi, tidak ada lagi alasan
bahwa tidak makan daging akan kekurangan gizi atau kurang bertenaga. Jadi,
tidak ada lagi alasan. Alasan ini hanyalah pembenaran untuk nafsu makan
manusia, bukan benar-benar demi kesehatan tubuh. Yang benar-benar dibutuhkan
oleh tubuh adalah makanan dan minuman yang alami. Tanaman pangan yang alami mampu
memenuhi kebutuhan gizi manusia. Jadi, asalkan kita dapat mengubah cara
pandang, maka tiada yang tak dapat dilakukan.
Kita juga melihat sebuah
ritual dilakukan di Nantou. Sudah lima hari penyembelihan dilarang di sana. Artinya,
semua orang harus bervegetaris. Kini ritual ini sudah memasuki hari kelima. Jika
pola makan vegetaris ini bisa dilanjutkan menjadi setiap hari, maka alangkah
baiknya. Itu adalah wujud doa yang paling tulus demi ketenteraman dunia. Ini
harus dijalankan dalam jangka panjang, bukan hanya dalam beberapa hari.
Bodhisatwa sekalian, ini
bisa dilakukan asal kita mengubah pola pikir. Ini bermanfaat bagi dunia dan
dapat meredam pencemaran serta menjaga kelestarian alam. Ini juga menyehatkan
tubuh serta dapat mengurangi pembunuhan hewan. Dengan manfaat yang begitu
banyak, mengapa kita enggan menjalankannya?
Insan Tzu Chi selalu
mengerahkan berbagai cara untuk membuat makanan yang lezat dan beragam agar
orang-orang merasa bervegetaris tidaklah sulit. Kuncinya hanya terletak pada
mengendalikan nafsu. Jadi, kita juga sangat gembira melihat orang-orang yang
telah membangkitkan cinta kasih. Dengan begitu, tiada hal yang tak dapat
dilakukan.
Kita juga melihat tim medis
Tzu Chi di Filipina memberi pelayanan di lembaga pemasyarakatan. Bukan hanya
pengobatan gigi, ada juga pengukuran kacamata
bagi mereka yang membutuhkan.
“Meski kami para narapidana tidak
memiliki kebebasan di sini, tetapi yang membuat kami terhibur adalah adanya
organisasi amal seperti Tzu Chi yang peduli pada kesehatan kami. Kami sering
menahan sakit gigi karena di sini tidak ada dokter gigi. Kami berterima kasih
atas pelayanan kesehatan gigi oleh Tzu Chi,” kata salah seorang narapidana.
Sebagian besar narapidana di
sini tidak percaya bahwa relawan Tzu Chi akan kembali untuk mengadakan baksos kesehatan. Mereka
berkata para relawan dan tenaga medis tidak menganggap mereka sebagai
narapidana. Semua bersikap baik pada mereka. Setelah keluar dari sini, mereka
bertekad untuk menjadi orang baik dan membalas budi masyarakat.
Di dalam lembaga
pemasyarakatan, tentu banyak ketidakleluasaan. Mereka bahkan sulit untuk
berobat ketika sakit. Insan Tzu Chi bukan hanya mengobati penyakit mereka, melainkan
juga membuka pintu hati mereka serta membawa masuk kekuatan cinta kasih. Insan
Tzu Chi juga memperkenalkan semangat celengan bambu di sana. Mereka berbagi
bahwa selama puluhan tahun ini, Tzu Chi menghimpun cinta kasih tetes demi
tetes.
Setiap orang dapat
berpartisipasi. Para narapidana pun merasa mereka juga dapat berpartisipasi. Dahulu,
akibat sebersit pikiran menyimpang, mereka kehilangan kebebasan. Kini, mereka
ingin memulai lembaran baru dengan memupuk sedikit demi sedikit kebajikan. Mereka
memulainya dengan tulus dari dalam hati.
Benar, asalkan ada
kesempatan, kita dapat membimbing dan menginspirasi. Ajaran Buddha yang
didengar harus dipraktikkan, barulah Dharma ini dapat meresap ke dalam hati, membawa
perubahan dalam diri, memberi arah yang benar, serta mengubah kesadaran menjadi
kebijaksanaan.
Dharma ini bagaikan obat. Kita bagai diberi tahu, "Obat ini sangat baik." Saat kita sakit, kita minum obat untuk meringankan atau menghilangkan rasa sakit kita. Demikianlah, setelah berobat.
kita harus minum obat yang
diberikan. Sama halnya, setelah mendengar Dharma, kita harus menyerapnya ke
dalam hati, dan menerapkannya secara nyata. Dengan begitu, baru kita bisa
benar-benar merasakan manfaatnya.
Ini adalah prinsip yang
sama. Saya bersyukur di dunia ini ada
begitu banyak Dharma yang membuat kita mampu mengubah noda batin menjadi Bodhi.
Inilah ladang pelatihan Bodhisatwa.
Menghormati semua makhluk yang memiliki hakikat kebuddhaan
Menolak godaan untuk memakan daging hasil pembunuhan hewan
Tren vegetarianisme berkembang di berbagai belahan dunia
Mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 Oktober 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina