Ceramah Master Cheng Yen: Menyebarluaskan Benih Kebajikan guna Menjalin Jodoh Baik


“Kami mengalami banyak krisis. Kami tidak punya uang, hidup menderita, dan kekurangan makanan. Kami tidak punya apa pun. Kami juga tidak ada gas elpiji untuk memasak dan tidak ada uang untuk memenuhi pangan. Masalah ini perlu segera diatasi,”
kata Monalu Demonstran.

Melihat masyarakat Sri Lanka hidup kekurangan, hati saya merasa sangat tidak tenang. Dapat dirasakan bahwa sumber daya yang dinikmati dalam keseharian mulai menipis.

Melihat video tentang Sri Lanka, saya teringat pada kejadian tahun 2004. Saat itu, Sri Lanka diterjang Tsunami Samudra Hindia. Tsunaminya menyusul setelah terjadinya gempa bumi. Korban jiwa saat itu sangat banyak dan kondisi bencana sangat parah. Pada saat itu, kita segera mengimbau untuk menyalurkan bantuan. Dalam waktu 4 hari, insan Tzu Chi dari Singapura, Malaysia, dan Taiwan tiba di lokasi dan mulai menyalurkan bantuan. Ini adalah bagian dari sejarah Tzu Chi.

Tzu Chi telah mencurahkan kekuatan cinta kasih. Semua orang menghimpun cinta kasih untuk membantu orang lain. Bantuan tersebut bukan hanya bersifat sementara. Kita tidak hanya memberikan beras, pakaian, dan selimut. Tak hanya itu. Kita juga membangun perumahan untuk mereka. Di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, luas setiap unit rumah sekitar 60 meter persegi. Kita merancangnya sesuai jumlah orang yang membutuhkan. Ini adalah salah satu bantuan yang pernah insan Tzu Chi berikan.


Saya sering berkata bahwa ketika satu kaki melangkah, kaki yang lain harus ikut melangkah. Terus melangkah maju, ini disebut tekun. Hati kita terbebas dari kemelekatan. Jadi, setelah bersumbangsih, kita tidak melekat padanya. Sekarang saya terus mengimbau untuk menginventarisasi kehidupan masing-masing dan hal-hal yang pernah dilakukan.

Insan Tzu Chi tersebar luas di dunia dan bersumbangsih layaknya Bodhisatwa. Di peta dunia ini, ada berapa banyak negara yang memiliki insan Tzu Chi? Saat suatu negara dilanda bencana, asalkan dapat menjangkau negara tersebut, insan Tzu Chi akan menabur benih kebajikan di sana serta merangkul warga setempat dengan tulus.

Kita menjalin hubungan dengan mereka dan memberi pendampingan untuk menenangkan kehidupan mereka dan membawa harapan bagi negara tersebut. "Proyek Harapan" kita adalah proyek untuk membangun sekolah agar mereka bisa terus bertahan hidup di sana. Di sana, kita menstabilkan kehidupan mereka serta membantu mereka mengenyam pendidikan. Baik dalam perihal tempat tinggal, sektor usaha, sektor pertanian, maupun sektor industri, kita membantu dan mendampingi mereka satu per satu. Jadi, apa yang dilakukan Tzu Chi layak disebut menolong dunia.


Kita tidak hanya membantu satu komunitas, tetapi juga membantu satu negara agar sektor usaha dan industri negara itu dapat berkembang. Jika tidak menabur benih pada saat itu, tidak akan ada pohon yang besar saat ini. Saya sangat menantikan setiap orang berbagi sejarah Tzu Chi agar ingatan tentang sumbangsih kita bagi dunia tidak memudar seiring berlalunya waktu.

Waktu terus berlalu. Di antara relawan kita yang pergi ke sana saat itu untuk bersumbangsih dengan sepasang tangan mereka, ada yang sudah tiada. Mereka sedang membantu saya membentangkan jalan untuk kehidupan selanjutnya. Mereka sudah meninggal dunia puluhan tahun. Mereka mungkin telah kembali ke dunia dan merupakan insan Tzu Chi yang muda saat ini.

Beberapa hari ini, saya melihat Tim Genderang Jing Si yang mahir mengekspresikan bahasa Tzu Chi dengan isyarat tangan. Baik lewat suara, isyarat tangan, maupun sejarah, saya berharap Tzu Chi dapat mewariskan Dharma sesuai zaman. Namun, sejarah nyata bukan sekadar menceritakan kisah hidup seseorang, melainkan hal-hal yang benar-benar dilakukan.


Bodhisatwa sekalian, di dalam kehidupan ini, kita harus menghargai kesempatan untuk bergabung dengan Tzu Chi. Dahulu kita mungkin belum bergabung. Selagi sekarang Tzu Chi masih ada, cepatlah bergabung. Sekarang di dunia, ada banyak orang yang membutuhkan bantuan. Kalian memiliki teman dan kerabat. Untuk merespons seruan saya, kalian juga bisa berkata, "Master, saya punya saudara di kota tersebut. Mungkin saya bisa menghubunginya untuk membantu." Itu juga termasuk menabur benih. Berkat kalian, benih pun bisa bertumbuh di tempat yang jauh. Pohon-pohon di sebuah hutan mungkin berasal dari benih yang dibawa oleh burung atau angin.

Di Bumi ini, ada begitu banyak hutan. Rumput, bunga, dan pohon di atas bumi bertumbuh dari benih. Begitu pula dengan pikiran yang merupakan pelopor dari segala sesuatu. Cinta kasih bagaikan benih. Asalkan membangkitkan tekad, kita bisa menyebarkan kekuatan cinta kasih. Dengan demikian, barulah Bumi ini bisa tertolong. Saya terus menyerukan hal ini hingga tenaga saya hampir terkuras habis. Jadi, mohon semuanya membantu memperluas jangkauan suara saya dari satu orang ke orang lainnya.   

Berikrar untuk menjangkau tempat yang jauh
Membangun kembali kampung halaman dan memulihkan sendi kehidupan
Meneruskan inti sari Dharma sesuai zaman
Menyebarluaskan benih kebajikan guna menjalin jodoh baik

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 Juli 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 13 Juli 2022
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -