Ceramah Master Cheng Yen: Menyelamatkan Hati Manusia untuk Mengurangi Bencana
Unsur tanah sungguh tidak selaras. Kemarin, dalam satu hari saja, Taiwan diguncang sekitar 9 kali gempa bumi. Kita sungguh harus meningkatkan kewaspadaan. Inilah ketidakselarasan unsur tanah. Kita juga harus lebih mawas diri dan berhati tulus. Kita juga melihat penderitaan orang akibat bencana alam dan ulah manusia.
Sudan Selatan tengah dilanda kelaparan. Warga setempat awalnya sudah hidup kekurangan. Namun, akibat pergolakan yang terus berlangsung selama dua hingga tahun ini, harga barang kebutuhan dan barang pangan mengalami kenaikan tinggi. Ini membuat penderitaan para warga kurang mampu di sana semakin bertambah. Mereka sungguh menderita.
Saat terjadi bencana, antarmanusia hendaknya saling membantu. Kehidupan di dunia ini pasti tak terhindar dari penderitaan. Ajaran pertama yang Buddha babarkan kepada kita adalah tentang penderitaan. Penderitaan timbul dari berbagai sebab. Akumulasi berbagai perbuatan manusia telah menciptakan karma buruk kolektif sehingga mendatangkan bencana bagi dunia. Inilah yang Buddha ajarkan kepada kita. Kita semua mengetahui dan memahaminya. Akan tetapi, manusia selalu hanya sebatas tahu, tanpa benar-benar membangkitkan kesadaran dan mewujudkannya lewat tindakan.
Manusia sulit untuk mengubah pola hidupnya. Mereka sulit terbuai oleh ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan. Mereka tidak meyakini ajaran kebenaran. Mereka selalu terperangkap oleh pandangan yang salah dan ketamakan yang tiada batas.
Karena itu, terciptalah banyak karma buruk yang mendatangkan berbagai bencana bagi dunia. Buddha terus mengingatkan kepada kita tentang penderitaan di dunia. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan dunia adalah dengan menyelamatkan hati manusia. Kita harus menyucikan hati manusia dan membangkitkan cinta kasih setiap orang. Setelah itu, barulah kita terjun ke tengah umat manusia untuk memahami penderitaan di dunia serta membangkitkan welas asih untuk memberi bantuan. Dengan demikian, barulah bencana di dunia dapat perlahan-lahan dilenyapkan.
Kita dapat melihat di Ekuador. Partisipan program bantuan lewat pemberian upah terus bertambah. Berkat bantuan mereka, kini kondisi kota mulai perlahan-lahan pulih. Terima kasih atas kepercayaan Tzu Chi kepada kami. Mari kita memberikan tepuk tangan kepada kakak-kakak dari luar negeri ini. Mereka datang dari tempat yang jauh untuk mengunjungi dan membantu kita. Terima kasih kepada mereka. Mari kita teruskan bekerja! Menurut saya, program bantuan lewat pemberian upah ini merupakan proyek di mana kita mendapat uang setelah membantu diri sendiri. Orang-orang ikut berpartisipasi dalam program ini karena mereka ingin bekerja. Mereka tidak ingin mendapatkan sesuatu secara cuma-cuma tanpa bekerja. Melihat mereka bekerja dengan sungguh-sungguh, saya turut bangga kepada mereka.
Program ini membawa secercah harapan bagi mereka. Setiap orang bergerak untuk bekerja. Dengan adanya pendampingan, penghiburan, dan dukungan relawan Tzu Chi, para warga setempat dapat melihat secercah harapan, dapat membangkitkan tenaga dan semangat juang. Kini kita dapat melihat kondisi kota sudah kembali pulih. Kita juga melihat walikota dan istrinya terus mengucapkan terima kasih. Relawan Tzu Chi bagaikan malaikat yang datang ke hadapan kami untuk membantu para korban bencana melewati masa-masa sulit serta memberikan kesempatan kerja bagi mereka sehingga mereka memperoleh pendapatan. Ini adalah hari ke-5 dari program ini. Untuk sekarang ini, program ini ditujukan untuk para korban bencana di Manta dan Puerto Viejo. Kelak program ini akan dikembangkan untuk menjangkau para korban bencana di dua kota lain.
Dengan tulus, kami mengundang para organasasi terkait di seluruh dunia untuk bersama-sama dengan kami mengembangkan proyek ini. Barang bantuan kita telah dikirimkan lewat jalur laut dan membutuhkan waktu lebih dari 40 hari untuk tiba di tujuan. Meski waktu pengiriman tergolong lama, tetapi barang bantuan kita tetap akan tiba di tujuan. Saya berharap para warga setempat dapat merasakan ketulusan kita dalam memberikan pendampingan dan membagikan barang bantuan. Baik pengusaha Taiwan setempat, warga Tionghoa, maupun pengusaha lokal, semuanya membangkitkan cinta kasih untuk memberi bantuan.
Singkat kata, kita harus menghimpun cinta kasih setiap orang. Selain barang bantuan dari luar negeri, himpuan kekuatan cinta kasih warga setempat juga sangat penting. Warga setempat harus mengerahkan kekuatan sendiri untuk memulihkan perekonomian di negara mereka sendiri. Ini membutuhkan kerja sama para warga setempat. Untuk memotivasi mereka, kita harus memberi dukungan dengan penuh cinta kasih.
Kita juga melihat di Myanmar. Pascabanjir bulan Juli tahun lalu, kita sudah bergerak untuk menyurvei lokasi bencana dan memberikan bantuan bibit padi kepada petani setempat. Sejak tanggal 3 Desember 2015 hingga tanggal 6 April 2016, relawan kita sudah melakukan perjalanan sejauh 12.000 kilometer. Dalam waktu 4 bulan, mereka sudah menggelar 36 kali kegiatan pembagian bantuan. Sebanyak 16.113 keluarga petani menerima bantuan bibit padi dari Tzu Chi dan sudah dapat bercocok tanam kembali. Kini masih ada lebih dari 5.000 keluarga petani menunggu bantuan bibit dari kita. Karena itu, relawan Tzu Chi terus mempercepat langkah mereka.
Kita juga melihat upacara pemandian rupang Buddha di Thailand. Tahun ini, selain memperingati Hari Ibu, Hari Tzu Chi Sedunia, dan Hari Kelahiran Buddha, relawan Tzu Chi juga memperingati ulang tahun Tzu Chi Thailand yang ke-21. Di hari itu juga, mereka meresmikan Aula Jing Si. Di Thailand, para relawan Tzu Chi juga mengadakan pementasan adaptasi Sutra untuk membangkitkan cinta kasih setiap orang. Mereka juga berbagi dengan orang-orang tentang awal mula Tzu Chi berdiri. Kita juga melihat perjalanan Tzu Chi di Thailand juga penuh dengan kesulitan dan kisah yang menghangatkan hati. 21 tahun sudah berlalu.
Di Kamboja, para relawan Tzu Chi juga mengadakan upacara pemandian rupang Buddha dan kegiatan membasuh kaki orang tua. Ini merupakan metode pendidikan untuk mengadakan rasa bakti dan kebaikan. Pendidikan seperti ini sungguh baik. Untuk membangkitkan niat baik di dalam diri setiap orang, haruslah terlebih dahulu membangkitkan rasa bakti.
Ada ungkapan berbunyi, “Berbakti adalah pangkal dari segala kebajikan. ”Jadi, dengan mengajarkan pentingnya berbakti, kita membimbing mereka untuk berbuat kebaikan dan menyelami ajaran Buddha. Ini semua merupakan cara untuk membimbing semua makhlum menuju kebajikan.
Bekerja sama untuk memulihkan lokasi bencana
Rela menempuh perjalanan jauh demi membagikan bantuan bibit padi
Membangkitkan sukacita dan cinta kasih setiap orang
Menyadari pentingnya berbakti dan berbuat baik serta menyelami ajaran Buddha
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 Mei 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina