Ceramah Master Cheng Yen: Menyelamatkan Semua Makhluk dengan Pintu Dharma Tak Terhingga
“Tzu Chi menerima kasus pertama pada tahun 1966. Kasus pertama Tzu Chi bernama Lin Zeng. Sejak saat itu, relawan senantiasa mencurahkan perhatian bagi Lansia yang hidup sebatang kara. Selama puluhan tahun, kita tidak pernah berhenti untuk merawat dan mencurahkan perhatian bagi Lansia,” tutur Xie Shuang-yu, relawan Tzu Chi.
“Selama puluhan tahun, kita tidak pernah berhenti untuk merawat dan mencurahkan perhatian bagi Lansia. Pemerintah Kota Taipei memiliki rencana untuk mendorong layanan perawatan Lansia yang hidup sebatang kara dan mengimbau banyak institusi untuk membantu,” lanjut Xie Shuang-yu.
Xie Shuang-yu menambahkan saat itu, Tzu Chi memiliki peran paling banyak dalam memikul tanggung jawab ini. Selama lebih dari 20 tahun terakhir, Tzu Chi telah melayani lebih dari 400 ribu Lansia dan relawan yang mendedikasikan diri berjumlah 1,63 juta orang. Selama periode waktu ini, relawan telah mengajak Lansia sebatang kara di komunitas untuk melakukan kegiatan daur ulang dan bergabung dalam kelompok bedah buku. Terkadang, mereka juga mengajak Lansia yang masih sehat untuk turut mencurahkan perhatian bagi Lansia yang membutuhkan.
“Kami berharap bahwa mereka dapat menggunakan dan mengubah hidup mereka dengan nilai yang berbeda. Selain itu, kami juga mencurahkan perhatian di komunitas dengan mengajak para tetangga, lurah, dan kepala desa dengan harapan dapat memperkuat kepedulian masyarakat. Di saat yang bersamaan, kami juga mengundang dokter, perawat, apoteker, dan fisioterapis dari TIMA,” papar Xie Shuang-yu, “selama ada Lansia yang membutuhkan, kami semua akan bersatu. Kami juga mengajak Tzu Ching, Tzu Shao, generasi kedua Tzu Chi, dan generasi ketiga Tzu Chi untuk turut melindungi komunitas dan bersama-sama menyadari berkah dengan melihat penderitaan.”
“Pendampingan Lansia sebatang kara di Keelung telah berjalan selama 20 tahun. Setiap bulan, kami memiliki penerima bantuan yang baru. Saat pergi berkunjung, kami menganggap para Lansia sebagai ibu kami. Ketika seorang Lansia tengah memilah sayuran, kami akan segera berjongkok dan membantunya. Saat mereka tengah makan, kami akan membawa nasi kotak kami dan makan siang bersama mereka,” cerita Huang Xiu-yan.
“Lihatlah, betapa bahagianya mereka dapat bercanda tawa dengan kami. Sesungguhnya, ketika kita meminta mereka menceritakan masa lalu, mereka akan mengulangi hal yang sama. Namun, kami semua akan dengan sabar mendengarkan mereka yang bercerita dengan gembira. Ketika mereka merasa kesal, kami akan segera mengambil Kata Renungan Jing Si dan membagikannya kepada mereka untuk membuka hati dan pikiran mereka,” ungkap Huang Xiu-yan bergembira.
Saya sungguh senang dan bersyukur. Saya merasa bahwa dunia ini sungguh-sungguh memiliki Bodhisatwa. Setiap Bodhisatwa ada di depan saya dan kalian. Setiap Bodhisatwa ada di depan saya dan kalian. Siapa di antara kalian yang bukan Bodhisatwa? Kalian semua memiliki cinta kasih tanpa pamrih dan bersumbangsih dengan sukacita. Ini sungguh berharga. Terlebih lagi, saya melihat Zhu-ying hari ini.
“Saat pandemi Covid-19 merebak, kami melakukan survei kunjungan melalui telepon. Saya meneleponnya dan berkata, ‘Zhu-ying, apakah kamu baik-baik saja?’ Dia menjawab saya tanpa semangat dan berkata, ‘Saya merasa kesepian saat ini.’ Saya berpikir mengapa orang yang ceria seperti dia bisa berubah menjadi seperti ini,” cerita Li Su-zhen.
“Dia mengatakan bahwa dia tidak dapat bekerja di hotel untuk bermain piano dan tidak dapat mengajar tunanetra sehingga dia tidak memiliki pendapatan. Jadi, saya dan tim segera mengantarkan sayuran, makanan, dan barang-barang kebutuhan untuk dia melewati masa pandemi yang membuatnya tidak memiliki pendapatan dan kesulitan menjalani kesehariannya. Secara perlahan, kami telah menjadi teman baik,” lengkap Li Su-zhen.
“Hari ini, saya sungguh bersyukur. Berkat kepemimpinan dan ajaran Master Cheng Yen yang sangat baik, seluruh relawan memiliki hati yang penuh cinta kasih dan welas asih kepada semua makhluk. Karena inilah, saya telah menerima bantuan dari relawan sekalian. Ini semua berkat welas asih Master yang luar biasa. Saya tidak tahu bagaimana cara berterima kasih kepada Master. Saya hanya dapat memainkan sebuah lagu untuk mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada Master dan seluruh relawan di tempat ini,” ungkap Ibu Lin Zhu-ying, seorang Lansia.
Ya, berkat pendampingan dari kalian, saya yakin dia tidak akan kesepian. Terlebih lagi, dia memiliki jari yang sangat indah untuk memainkan piano untuk orang lain. Lihatlah, dia memiliki salib di di rumahnya. Apa pun agama mereka, kita harus beradaptasi dengan semua makhluk. Asalkan semua makhluk bisa mendapatkan ketenangan, kebahagiaan, serta kedamaian dan kehidupan mereka dapat terbantu, kita akan merespons segala kebutuhan mereka.
Ajaran Buddha mengatakan bahwa pintu Dharma yang tak terhingga akan terpapar di hadapan kita. Kita menggunakan berbagai metode untuk membuat orang-orang menerima ajaran agar hati mereka mendapatkan ketenangan. Inilah yang kita lakukan.
Sungguh bersyukur dengan adanya Sutra Makna Tanpa Batas yang senantiasa membimbing kita. Apa pun keyakinan orang, tidak peduli apakah mereka kaya atau miskin, berpengetahuan atau tidak, dan bijaksana atau tidak, kita harus menemukan metode untuk menginspirasi mereka. Sungguh banyak hal yang patut disyukuri.
Seluruh relawan telah bersumbangsih dengan cinta kasih untuk merawat para Lansia dan membuat mereka dapat hidup dengan baik serta menyerap Dharma ke dalam hati. Ini sungguh penting. Menghimpun cinta kasih juga adalah hal yang sungguh penting. Hendaklah kita senantiasa menghimpun tetes demi tetes cinta kasih untuk bersumbangsih dan bersungguh hati setiap saat.
Buddha selalu mengajarkan kepada kita untuk bersumbangsih tanpa pamrih. Saya sungguh bersyukur. Sesungguhnya, relawan kita di seluruh dunia telah mengerahkan banyak kekuatan. Lihatlah, kekuatan agama sungguh besar. Selama kita memiliki tekad untuk bersumbangsih, jika satu hingga dua orang tidak dapat melakukannya, kita harus menghimpun tiga hingga lima orang.
Lihatlah penerima bantuan ini. Ketika kita ingin merangkul untuk membantunya mandi, satu hingga dua orang tidak akan dapat melakukannya. Dibutuhkan lebih dari tiga orang agar kekuatannya cukup. Kita membutuhkan tenaga, sumber daya, dan cinta kasih yang tulus untuk bersumbangsih. Oleh karena itu, kita perlu terjun ke tengah masyarakat untuk dapat menginspirasi semua orang. Saya berharap bahwa semua orang dapat menghimpun jalinan jodoh untuk bersumbangsih tanpa membeda-bedakan agama.
Dalam mengasihi semua makhluk, semua agama memiliki satu tujuan yang sama, yaitu cinta kasih. Sama halnya dengan Bapak Faisal Hu yang bukan Buddhis. Kita semua yang ada di sini juga memiliki agama yang berbeda-beda. Insan Tzu Chi ada yang beragama lain, tetapi kita semua memiliki satu tujuan yang sama, yaitu cinta kasih agung.
Cinta kasih tidak memiliki warna dan bentuk. Kita menggunakan cinta kasih untuk mempraktikkan kebajikan. Selama orang-orang memiliki keyakinan yang benar, apa pun agamanya, mereka semua pasti memiliki cinta kasih di dalam hati, apa pun istilahnya, entah itu kemurahan hati, belas kasih, atau welas asih. Dalam ajaran Buddha, kita diajarkan untuk berwelas asih. Ini sama halnya dengan cinta kasih.
Selama manusia memiliki arah yang benar dalam hidup, mereka dapat hidup dengan tenang dan damai.
Hendaklah kita menghormati semua agama dan keyakinan. Ini disebut dengan cinta universal, cinta kasih agung, kemurahan hati, dan welas asih. Hendaklah kita berinteraksi satu sama lain dengan ketulusan hati. Apa pun agamanya, selama kita berinteraksi dengan dilandasi keyakinan yang benar dan penuh cinta kasih, saya yakin masyarakat akan damai dan tenteram.
Terima kasih, semuanya. Tiada yang lebih berharga daripada kekuatan cinta kasih. Saya mendoakan kalian semua. Ketika sesuatu itu benar, lakukan saja. Ingatlah bahwa saat ini pandemi Covid-19 masih ada. Hendaklah semuanya melindungi diri sendiri. Mengerti?
Bodhisatwa melenyapkan penderitaan dan memberikan kebahagiaan
Pintu Dharma yang tak terhingga terpapar di hadapan kita
Mempraktikkan cinta kasih tanpa membeda-bedakan agama
Memiliki tekad yang sama untuk menyelamatkan dunia dengan welas asih
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 04 Januari 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 06 Januari 2023