Ceramah Master Cheng Yen: Menyelami dan Mempraktikkan Kebenaran Sejati melalui Sutra Teratai


“Pada tahun 2015, gempa bumi dahsyat melanda Nepal. Kemudian, relawan Tzu Chi datang untuk membagikan makanan dan melakukan kunjungan kasih. Kita juga pergi ke beberapa sekolah dan banyak sekolah yang atapnya telah runtuh. Tzu Chi membantu untuk membangun ruang kelas rakitan dan saya turut membantu proses pembangunannya,”
kata kata Tulsi Narayan Matang relawan Nepal.

“Tim Dokter Chen dari Malaysia datang dan membawa kami untuk melakukan survei. Beliau mengatakan bahwa Tzu Chi masih memiliki banyak rencana misi bantuan di Nepal. Dia bertanya, ‘Tulsi, apakah kamu mau menjadi relawan?’ Saat itu, saya sangat senang. Saya berkata, ‘Baik, saya akan melakukannya.’ Setiap orang dapat merespons semangat celengan bambu. Saat saya bekerja di Penang, atasan saya memberi saya celengan ini. Setiap hari, saya memasukkan koin ke dalamnya dan memberikannya kepada atasan saya untuk dibawa ke Tzu Chi. Saat ini, saya juga mengajarkannya kepada anak saya,” kata Tulsi Narayan Matang relawan Nepal.

“Apakah uang ini akan digunakan untuk membeli makanan?” tanya relawan Tzu Chi.

“Tidak. Ini akan diberikan untuk orang yang kurang mampu,” jawab Anushka Matang Putri dari Tulsi.

“Mengapa?” tanya relawan Tzu Chi.

“Karena mereka tidak punya uang untuk makan dan tidak dapat bertahan hidup,” jawab Anushka Matang Putri dari Tulsi.

Lihatlah, Bodhisatwa terjun ke tengah orang-orang yang menderita. Bagaimana cara kalian menggalang Bodhisatwa? Buddha datang ke dunia dengan satu tujuan utama, yaitu mengajarkan Jalan Bodhisatwa. Ketika saya merenungi diri sendiri, saya merasa bahwa hidup saya dipenuhi berkah. Saya telah menjalin jodoh baik dengan semua orang dari kehidupan ke kehidupan. Jalinan jodoh membuat kalian memiliki keluarga. Saya tidak memiliki itu sehingga saya tidak perlu merisaukan atau menghidupi keluarga. Namun, saya memiliki misi. Misi saya membutuhkan himpunan banyak orang. Semuanya telah memiliki tekad yang sama dengan saya.


Hendaklah kita mengubah semangat dan prinsip kebenaran menjadi sebuah tindakan nyata. Kita telah membuka dan membentangkan jalan. Saya merasa beruntung karena kalian percaya kepada saya. Jika kita menginginkan kedamaian dan berkah, kita harus menciptakannya sendiri. Jika seseorang ingin makan, ia harus menyiapkannya sendiri. Janganlah kita hanya tahu memberi diri sendiri makan, tetapi juga harus menyediakan beras, barang bantuan, dan kebutuhan hidup sehari-hari bagi orang-orang yang membutuhkan. Inilah cinta kasih dalam misi amal.

Sesungguhnya, kekuatan cinta kasih dan sumbangsih tanpa pamrih akan membuat kita merasa bahagia, tenang, dan damai. Kita tidak akan bahagia hanya karena memiliki uang. Ketika kita bersumbangsih, nilai dalam kehidupan kita akan meningkat. Oleh karena itu, saya sering mengatakan bahwa hendaklah kita menginventarisasi nilai kehidupan kita.

Belakangan ini, kalian sering mendengarkan saya berbicara tentang menginventarisasi kehidupan. Dengan kata lain, kita berintrospeksi ke dalam diri sendiri. Orang tua dan alam telah merawat dan membesarkan kita. Orang tua telah memberikan tubuh ini kepada kita dan kita tidak dapat bertahan tanpa Bumi dan alam. Hendaklah kita membalas budi orang tua. Bagaimana cara kita membalas budi orang tua? Tubuh ini diberikan oleh orang tua kita. Jadi, kita harus menggunakan tubuh ini untuk bersumbangsih bagi dunia. Inilah cara kita membalas budi orang tua, membalas budi semua makhluk, serta membalas budi para Buddha dan Bodhisatwa.


Hendaklah kita selalu bersyukur dan tahu membalas budi. Saya sering memberi tahu kalian untuk bersyukur setiap hari. Banyak hal yang tak habis dikatakan tentang kehidupan. Prinsip kebenaran sejati ialah bersyukur.

“Alasan utama saya kembali ke sini ialah seperti yang Master katakan, ‘Ada dua hal di dunia yang tidak dapat ditunda, yaitu mempraktikkan kebajikan dan berbakti,’” kata Li Zhen-hao relawan.

“Saya sungguh senang dan bersyukur karena anak saya bersedia mengikuti jejak kami. Apa yang kami lakukan sungguh telah memengaruhinya. Saya dan suami saya bersumbangsih secara diam-diam, tetapi anak saya melihat semua yang kami lakukan,” kata Li Shu-qing relawan.

“Saat saya masih kecil, ayah saya menjadi ketua daur ulang. Jadi, saat kecil, saya sering bermain di depo daur ulang. Saya paling sering berhubungan dengan daur ulang dan saya memiliki ketertarikan dengan daur ulang. Saya mengenal Tzu Chi karena jalinan jodoh orang tua saya. Begitu pun dengan daur ulang. Tidak banyak kesempatan untuk sebuah keluarga dapat berkumpul bersama melakukan hal yang sama. Kita memiliki tujuan dan tekad yang sama. Ini adalah hal yang baik. Selain itu, kita juga memiliki topik yang sama saat berbicara,” kata Li Zhen-hao relawan.


Sutra Teratai berbicara tentang orang-orang yang setelah mendengarkan Dharma, lalu menyebarkannya hingga ke 50 orang. Apakah kalian ingat? Arti dari mendengarkan Dharma dan menyebarkannya hingga ke 50 orang ialah kita harus terus menyebarkan Dharma. Setelah mendengarkan Dharma, satu orang menyebarkannya kepada orang lain hingga ke 50 orang. Inilah cara mewariskan Dharma dari generasi ke generasi hingga 50 generasi.

Hendaklah kita mewariskan Dharma. Makin banyak Bodhisatwa, makin banyak pula orang yang akan merasa aman. Intinya, kita semua memiliki tanggung jawab untuk mewariskan Dharma. Ingatlah apa yang saya katakan hari ini, sebarkanlah ajaran Buddha hingga ke 50 orang. Kalian dapat menghitung sendiri berapa banyak donatur yang dilantik menjadi relawan. Hendaklah kita mewariskan Dharma hingga ke 50 orang.

Jika kita adalah generasi pertama, anak-anak kita adalah generasi kedua, cucu-cucu kita adalah generasi ketiga. Begitu pula dengan donatur kita yang telah bersumbangsih, mengikuti pelatihan, dan akhirnya menjadi anggota komite Tzu Chi. Begitulah kita mewariskan Dharma ke generasi kedua dan generasi ketiga. Intinya, hendaklah kita bersumbangsih sebagai Bodhisatwa di dunia.


Ajaran Buddha harus kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus menjadikan ajaran Buddha sebagai arahan dalam hidup kita untuk merangkul dunia dan membimbing semua makhluk. Saya berharap semua orang dapat melakukannya. Selama kita memiliki tekad, kita pasti dapat melakukannya. Hendaklah kita menapaki Jalan Bodhisatwa. Tidak hanya berjalan, kita juga harus membentangkan jalan. Tidak hanya membentangkan jalan, kita juga harus mengajak orang-orang untuk turut menapakinya, dari satu orang hingga 50 orang, dari generasi ke generasi. Hendaklah kita menggenggam waktu dengan baik dan jangan pernah berhenti. Inilah saatnya untuk kita membangun semangat.

Belakangan ini, saya merasa bahwa saya harus lebih meningkatkan energi dan semangat saya. Meskipun sulit, saya mencoba memaksimalkan energi kehidupan saya. Sesungguhnya, sangat sulit untuk meningkatkan energi saya. Saya berharap semuanya dapat mengerahkan kekuatan kalian untuk mengambil semangat Sutra Teratai dan menapaki Jalan Bodhisatwa. Inilah tujuan utama Buddha datang ke dunia ini, yaitu mengajarkan Jalan Bodhisatwa dan menyebarkan semangat Sutra Teratai.

Hendaklah kita membangun tekad kita. Kita bukan tidak dapat melakukannya, hanya saja kita enggan melakukannya. Dengan mengambil langkah, semut kecil bisa mendaki Gunung Sumeru. Semua orang harus bertanggung jawab atas nilai dalam kehidupan diri sendiri. Hendaklah kita bersumbangsih selagi kita masih memiliki sumber daya dan energi dalam hidup. Setiap himpunan tetes demi tetes air dapat membentuk lautan besar yang dapat membasahi seluruh makhluk hidup ketika mereka membutuhkannya. 

Membimbing makhluk yang menderita dan menyelami kebijaksanaan Buddha
Membentangkan Jalan Bodhisatwa dan menciptakan berkah bagi dunia
Menginventarisasi kehidupan dan senantiasa bersyukur
Mewariskan Dharma dari generasi ke generasi 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 September 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 18 September 2022     
Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -