Ceramah Master Cheng Yen: Menyelami dan Mewariskan Sutra Bunga Teratai


“Ayah saya adalah Ke Guo-shou dan ibu saya adalah Li Ding-e. Saya sangat beruntung karena saat saya masih kecil, mereka telah bersumbangsih sebagai komisaris kehormatan atas nama saya. Saya sangat bersyukur kepada mereka. Saya berpartisipasi dalam pementasan sesi pertama dan ketiga. Dalam sesi pertama, ada satu bagian yang gerakannya melambangkan ‘membawa manfaat bagi semua makhluk’. Kami membentangkan tangan dan melihat satu sama lain. Saat melihat ayah saya, saya meneteskan air mata karena melihat jejak-jejak penuaan pada dirinya,”
kata Ke Ren-cheng relawan muda.

“Ada banyak paman dan bibi di Tzu Chi yang seumur dengan ayah saya. Saya menyadari bahwa mereka telah menapaki Jalan Tzu Chi dengan semangat cinta kasih agung dan menyusun sepotong demi sepotong konblok di jalan ini lewat kerja sama yang harmonis sehingga Tzu Chi bisa seperti sekarang. Saya sungguh sangat bersyukur. Saya juga berkata pada diri sendiri bahwa saya harus memikul tanggung jawab dengan semangat misi,” pungkas Ke Ren-cheng.

Kaum muda membawa harapan. Saya berharap semangat Tzu Chi dapat diwariskan dari generasi ke generasi. Saya bisa melihat bahwa para relawan yang bergabung sejak 50-an tahun lalu telah beruban. Kini, hati saya dipenuhi rasa syukur. Tanpa para relawan ini, bagaimana mungkin Tzu Chi bisa seperti sekarang?

Saya juga berkunjung ke Changhua untuk menyaksikan Pementasan Adaptasi Musikal Himne Inti Sari Dharma Sutra Makna Tanpa Batas. Saya mengamati seluruh lokasi pementasan dan melihat kekompakan yang sangat indah. Bagaimana mereka melatih kekompakan yang indah ini? Jawabannya adalah waktu. Sejak 50-an, 40-an, atau 30-an tahun yang lalu, para relawan kita mengikuti saya menapaki Jalan Tzu Chi. Setiap orang mengikuti langkah saya dengan erat dan tidak menyerah di tengah jalan. Selama masih hidup, mereka maju selangkah demi selangkah dengan giat. Namun, saya tahu bahwa kehidupan tidaklah kekal.


Di dalam hati, saya juga menginventarisasi orang-orang yang sudah tidak ada dalam barisan Tzu Chi. Mereka bukan menyerah di tengah jalan, melainkan telah meninggal dunia karena ketidakkekalan. Namun, saya merasa bahwa mereka pasti telah kembali. Dengan hati yang tulus, mereka yang telah meninggal dunia akan kembali. Mereka pasti telah terlahir kembali di keluarga tertentu dengan membawa benih Tzu Chi. Mereka telah kembali dan saya masih berada di sini. Saat saya pergi suatu hari nanti, mereka mungkin telah menabur benih Tzu Chi dalam keluarga mereka. Jadi, jalinan jodoh ini terus berlanjut. Saya merasa bahwa di kehidupan sebelumnya, kalian mungkin adalah relawan Tzu Chi senior yang bergabung lebih dari 50 tahun lalu.

“Saya masih ingat saat saya kecil, nenek saya berkata bahwa Master mengajari kita untuk mengecilkan ego hingga tidak akan menyakiti orang lain ataupun membuat orang merasa tidak nyaman. Bagi saya yang masih berusia dini saat itu, kalimat ini sangat menggugah. Karena itu, saya selalu mengingatnya di dalam hati,” kata Wu Yu-hua relawan Tzu Chi.
Di mana nenekmu sekarang?

“Nenek saya telah meninggal dunia tahun lalu,” jawab Wu Yu-hua.

Saya mendoakannya.

“Nenek saya adalah Lai Yang Su-mei. Dua belas tahun lalu, saya mengikuti pementasan adaptasi Syair Pertobatan Air Samadhi bersama nenek dan ibu saya. Pementasan inti sari Dharma tahun ini mengandung banyak prinsip kebenaran yang pernah dibagikan oleh Nenek dahulu. Jadi, saat saya berpartisipasi dalam pementasan, mata saya berkaca-kaca. Saya merasa Nenek seakan-akan mengikuti pementasan bersama kami. Master, kini kami telah tiba di satu kota bayangan dan akan terus menjangkau kota bayangan lain yang tak terhitung jumlahnya. Saya akan mendampingi kaum muda seperti nenek saya mendampingi saya dahulu,” pungkas Wu Yu-hua.


Pementasan kali ini membuat saya sangat tersentuh. Sejak lebih dari 50 tahun yang lalu, relawan yang bergabung dari masa-masa awal terus mengikuti langkah saya hingga kini. Seumur hidup ini, saya menapaki jalan yang dibentangkan dengan Sutra Bunga Teratai. Sutra Bunga Teratai mengajarkan praktik Bodhisatwa. Berhubung praktik Bodhisatwa mencakup semua prinsip kebenaran di dunia, maka isi Sutra Bunga Teratai sangatlah panjang. Jadi, tidaklah mudah untuk mempelajari ketujuh jilid Sutra Bunga Teratai.

Sutra ini mencakup semua prinsip kebenaran di dunia, tetapi isinya sangatlah panjang. Karena itu, saya pun memikirkan cara agar inti sari dari Sutra yang panjang ini dapat dipraktikkan oleh setiap orang. Setelah melakukan praktik nyata, barulah kita bisa melakukan inventarisasi. Dengan melakukan hal yang bermanfaat bagi dunia, barulah kehidupan kita bernilai. Saat segala sesuatu yang kita lakukan selalu membawa manfaat bagi dunia, maka kehidupan kita bisa disebut bernilai. Inilah tujuan kita. Jika tidak, kehidupan kita akan sia-sia.


Setelah berlatih begitu lama untuk pementasan adaptasi Sutra Makna Tanpa Batas yang merupakan inti sari Sutra Bunga Teratai ini, penggalan manakah yang akan kalian praktikkan dalam kehidupan sehari-hari? Isi Sutra ditampilkan di atas panggung dan setiap orang diajak untuk berpartisipasi dalam pementasan. Sesungguhnya, pementasan itu bagaikan kota bayangan yang menunjukkan bahwa tempat tujuan kita sudah dekat. Yang ditampilkan di atas panggung hanyalah sandiwara. Yang terpenting ialah praktik dalam keseharian.

Pementasan di atas panggung hanya untuk mengingatkan kita tentang prinsip kebenaran. Bodhisatwa bisa datang dari segala penjuru, bahkan turun dari langit dan bermunculan dari dalam tanah. Bodhisatwa muncul dari hati yang tulus. Sutra Bunga Teratai membimbing orang-orang untuk menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia. Kalian telah mempersembahkan pementasan adaptasi dari inti sari Sutra Bunga Teratai. Jadi, Sutra Makna Tanpa Batas adalah inti sari Sutra Bunga Teratai. Apakah kalian mengerti? (Mengerti) Baik.

Saya berharap kalian dapat mewariskan Dharma dan menjadi penyelamat bagi sesama manusia. Saya berharap kalian dapat mewujudkan dunia yang penuh harapan bagi generasi mendatang.    

Mendedikasikan masa muda di Tzu Chi
Terus melangkah maju seiring waktu dengan hati yang tulus
Sutra Makna Tanpa Batas adalah inti sari Sutra Bunga Teratai
Menyelami Dharma dan terus mewariskannya

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 08 Agustus 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 10 Agustus 2023
The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -