Ceramah Master Cheng Yen: Menyelami Dharma dengan Cinta Kasih Berkesadaran
Di berbagai negara, insan Tzu Chi mengadakan pemandian rupang Buddha dengan khidmat. Upacara pemandian rupang Buddha berlangsung dengan agung dan setiap orang sangat khidmat. Sesungguhnya, tubuh Buddha pada hakikatnya murni dan tidak berwujud. Lalu, mengapa manusia mengadakan upacara pemandian rupang Buddha?
Sesungguhnya, pada hakikatnya, tubuh Buddha tidaklah berwujud. Buddha wafat pada lebih dari 2.500 tahun yang lalu. Tubuh yang berwujud sudah tiada, tetapi tubuh Dharma selalu ada. Tubuh Dharma terdapat di seluruh alam semesta. Semua prinsip kebenaran di alam semesta telah menyatu dengan kesadaran Buddha.
Buddha
terdapat di mana-mana dan mengetahui segalanya. Buddha menyatu dengan semua
kebenaran di seluruh alam semesta saat mencapai pencerahan sehingga menjadi Yang
Mahasadar Di Alam Semesta dan sepenuhnya memahami semua prinsip kebenaran. Baik
yang berwujud maupun tanpa wujud, baik hal maupun prinsip kebenaran, baik yang
berupa maupun tanpa rupa, semuanya tersimpan dalam pikiran Yang Mahasadar.
Jadi, tubuh, hati, dan pikiran-Nya menyatu dengan alam semesta sehingga mencapai pencerahan dan menjadi Yang Mahasadar Di Alam Semesta. Pada momen mencapai pencerahan, Buddha tahu bahwa Beliau harus kembali terjun ke tengah masyarakat. Buddha mulai menghapus kegelapan batin karena semua makhluk masih hidup di tengah kegelapan batin, ketidaktahuan, kebodohan, dan delusi.
Jadi, Buddha kembali terjun ke tengah masyarakat untuk membabarkan Dharma guna menghapus kegelapan batin dan membimbing semua makhluk menuju pencerahan. Buddha berusaha menghapus kebodohan dan kegelapan batin orang-orang serta membimbing mereka ke jalan yang cerah dan benar. Jika tidak, batin mereka akan diselimuti kegelapan sehingga tidak bisa membedakan benar dan salah.
Buddha
sering mengajari kita tentang yang benar dan salah. Adakalanya, benar dan salah
terlihat hampir sama, tetapi jika kita bersungguh-sungguh, kita bisa melihat
perbedaannya. Menyimpang sedikit saja, kita akan jauh tersesat. Buddha telah
mencapai pencerahan dan memahami kebenaran dengan jelas. Saat seseorang diselimuti
delusi, pandangannya bagai tertutup kabut sehingga bisa tersesat sangat jauh dan
tidak bisa memahami kebenaran seperti Buddha.
Yang memiliki kesadaran akan tersadarkan dan yang diselimuti delusi akan tersesat. Setelah mencapai pencerahan, Buddha berusaha menyadarkan orang lain untuk menyempurnakan pelatihan diri-Nya. Karena itulah, Buddha bersungguh hati terjun ke tengah masyarakat. Setelah mencapai pencerahan, Buddha memahami prinsip kebenaran secara menyeluruh.
Hati Buddha murni bagaikan kristal. Karena itu, semua makhluk bersukacita saat melihat Buddha. Buddha memiliki keluhuran sehingga saat melihat Buddha, semua makhluk dipenuhi sukacita. Inilah keluhuran tubuh Buddha. Kita harus bersungguh hati mempelajari tentang tubuh Buddha.
Dalam
melatih diri sebagai makhluk awam, kita harus meneladani Buddha. Sesungguhnya, kita
tidak perlu pergi jauh-jauh untuk mencari Buddha di Puncak Burung Nasar. Puncak
Burung Nasar terdapat di dalam hati kita. Bagaimana kita mencari Buddha di
dalam hati kita? Waktu terus berlalu tanpa henti dan Buddha sudah wafat lebih
dari 2.500 tahun. Setelah lebih dari 2.500 tahun, bagaimana orang-orang zaman
sekarang mencari Buddha di Puncak Burung Nasar yang terdapat di dalam hati?
Dengan melodi dan lirik lagu “Buddha di Puncak Burung Nasar”, tak butuh kata-kata untuk menjelaskannya. Setiap kalimat dalam lagu tersebut merupakan Dharma yang meresap ke dalam hati kita. Dharma sangat murni bagaikan kristal. Buddha ingin memberi tahu kita, para makhluk awam, bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak kekal, penuh penderitaan, dan kosong.
Bagaimana
hendaknya kita bersikap saat hidup di dunia ini? Bagaimana kita terjun ke tengah
masyarakat untuk membimbing semua makhluk? Kita harus melatih diri. Terhadap
orang yang tidak kita kenal, kita harus mengembangkan welas asih agung. Meski
mereka tidak memiliki hubungan apa pun dengan kita, tetapi terhadap orang yang tengah
dilanda penderitaan, kita harus mengembangkan welas asih agung dan rasa empati untuk
menolong dan memperhatikan mereka. Inilah cinta kasih berkesadaran.
Cinta kasih berkesadaran dimulai dari kesadaran. Artinya, hati kita harus murni. Inilah awal Buddha mengajarkan praktik Bodhisattva. Jadi, kita harus bersungguh hati. Dharma akan selamanya ada di dunia. Memandang ke seluruh alam semesta, segala sesuatu penuh dengan prinsip kebenaran yang telah menyatu dengan Buddha.
Sebagai makhluk awam, bagaimana kita memahami prinsip kebenaran yang agung ini? Kita harus bersungguh hati mendalami kebenaran di dalam Sutra. Tanpa Sutra-Sutra ini, saya tidak bisa berbagi begitu banyak hal dengan kalian. Namun, saya merasa bahwa hal-hal yang saya bagikan masih memiliki jarak yang jauh dengan Dharma. Puluhan ribu kalimat pun tidak bisa sepenuhnya menjelaskan sepenggal dari prinsip kebenaran.
Sungguh, tidak ada cara lain lagi. Dharma tidak terbayangkan dan tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Satu-satunya cara ialah setelah mendengar Dharma, kita memahaminya sendiri. Jadi, kita harus senantiasa bersungguh hati.
Memahami kebenaran secara menyeluruh dan terjun ke tengah masyarakat
Tubuh Dharma yang murni terdapat di seluruh alam semesta
Mengembangkan welas asih agung dan cinta kasih berkesadaran
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Mei 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 28 Mei 2019