Ceramah Master Cheng Yen: Menyelami Dharma untuk Menyatu dengan Hati Buddha

“Papahlah dia,” petikan percakapan Huang Cai-yun, Relawan daur ulang

“Tidak perlu, saya bisa berjalan pelan-pelan. Rahim, ovarium, dan limpa saya diangkat karena kanker. Saat menjalani operasi, saya sudah berusia 73 tahun,” petikan percakapan Zhong Ling-ling, relawan Tzu Chi.

“Dia membimbing kami dengan memberi teladan nyata. Dahulu, saat saya mengantarnya untuk mendoakan orang yang meninggal, dia selalu menunggu di depan rumahnya. Dia tidak pernah terlambat,” petikan wawancara Huang Cai-yun, relawan daur ulang.

“Pada musim panas, saat pulang dari mengumpulkan barang daur ulang, wajah saya merah karena terik matahari. Suami saya berkata, “Apa kamu perlu begitu bekerja keras?” Saya berkata, “Tidak masalah.” “Apa yang Master ajarkan, itulah yang harus kita lakukan,” petikan wawancara Zhou Fu-xing, relawan daur ulang.


Setiap orang hendaknya tulus mendalami Dharma dan bersungguh hati menapaki jalan kebenaran. Orang yang memiliki ketulusan dan kesungguhan akan memahami Jalan Agung. Untuk memahami Jalan Agung, kita harus bertekad mencapai kebuddhaan. Ini semua berawal dari sebersit niat.

“Saat mereka sibuk, saya datang membantu. Lama-kelamaan, saya terbiasa. Karena itulah saya di sini sekarang,” petikan wawancara Huang Zhi-qing, relawan Tzu Chi.

“Dia cukup mengagumkan. Dia memiliki bisnis sendiri, tetapi bersedia melakukan daur ulang. Ini tidak mudah,” petikan wawancara Zhang Xiu-ye, relawan Tzu Chi.

“Terkadang, saya merasa sangat lelah dan berpikir untuk berhenti. Namun, melihatnya, saya berpikir, “Dia bisa bersumbangsih seperti ini.” “Mengapa saya harus begitu perhitungan?” Melakukan daur ulang bersamanya, kami pun terpengaruh dan merasa gembira,” petikan wawancara Zhou Fu-xing, relawan daur ulang.


“Lebih baik bekerja mati-matian daripada tidak berbuat apa-apa. Saya beri tahu, saya tidak akan berhenti. Saya rela melakukannya hingga napas terakhir. Sungguh, inilah ikrar saya,” petikan wawancara Zhong Ling-ling, relawan Tzu Chi.

Kita harus senantiasa berpikir untuk menapaki jalan kebenaran. Kita harus melangkah maju di jalan yang benar ini dengan tekun dan sungguh-sungguh. Kita harus memfokuskan pikiran untuk menyatu dengan hati Buddha. Untuk memahami kebenaran, kita harus terlebih dahulu menyatu dengan hati Buddha. Bagaimana hati makhluk awam menyatu dengan hati Buddha?

Ini sangatlah penting. Jika kita bisa menyatu dengan hati Buddha, maka secara alami, kita akan memahami tujuan dan pandangan Buddha serta prinsip kebenaran. Menyatu dengan hati Buddha tidak sulit, tetapi juga tidak mudah. Semua bergantung pada kita memiliki keyakinan dan pemahaman mendalam atau tidak. Buddha berterus terang menyampaikan tujuan-Nya datang ke dunia ini.


Buddha berharap semua makhluk dapat memahami hati dan pandangan-Nya. Untuk itu, kita harus bersungguh hati. Karena itulah, kita membangun tekad dan ikrar. Ikrar sangatlah penting. Perlu kalian ketahui bahwa selama ini, Dharma yang saya babarkan tidak terlepas dari ikrar. Setiap hari, saya mengulas tentang ikrar. Kita harus membangun ikrar agung.

Selama mengulas isi Sutra, saya membahas tentang sebuah jalan. Sutra Bunga Teratai menunjukkan jalan yang sangat indah dan menakjubkan. Jika kita bisa senantiasa berada di jalan ini, pikiran kita tidak akan menyimpang dari arah yang benar. Saat menapaki jalan ini, bagaimana kondisi batin kita? Sudahkah kita mengingat kondisi batin ini?

Kita harus senantiasa mendalami prinsip kebenaran. Kita harus bersungguh hati mendalami Dharma dan menapaki jalan kebenaran. Kita telah memasuki jalan kebenaran. Untuk mendalami Dharma, kita harus bersungguh hati menapaki jalan ini. Kita harus mengetahui arah yang benar dan jangan membiarkan pikiran kita menyimpang. Tujuan kita melangkah maju adalah menyatu dengan kebenaran. Dengan sepenuh hati dan tekad, kita berusaha memahami pandangan Buddha. Kita harus tulus memahami hati dan tujuan Buddha.

“Saya datang ke sini dua kali dalam sebulan pada minggu kedua dan keempat. Putri saya berkata, “Ibu sudah lanjut usia.” Saya berkata, “Justru karena itu, saya harus bergerak agar bertenaga.” “Jika hanya duduk sepanjang hari, saya tidak akan tahan.” Master bisa menyelamatkan dunia, saya bisa menyelamatkan orang-orang di sekitar saya,” petikan wawancara Zhang Yu-ying, relawan Tzu Chi.


Kita harus meneladani hati Buddha dengan memperhatikan hal-hal yang terjadi di seluruh dunia dan mengasihi semua makhluk. Apakah ini sulit? Sesungguhnya, ini tidak sulit. Namun, bisakah kita mempertahankan tekad untuk selamanya? Setelah kita membangun tekad, apakah tekad kita pernah goyah? Awalnya, kita mendengar Dharma dengan antusias dan gembira. Lama-kelamaan, apakah kita merasa lelah atau berpikir untuk berhenti?

Kita harus mengintrospeksi diri. Apakah kita masih berpegang pada ikrar agung kita? Apakah kita bermalas-malasan dan tekad pelatihan kita mundur? Kita harus sering mengingatkan diri sendiri untuk selamanya mempertahankan ikrar. Begitu membangkitkan sebersit niat baik, kita harus menggenggam niat baik itu dan mempertahankannya untuk selamanya.

Dengan sebersit niat baik, kita bisa bersumbangsih sebagai Bodhisatwa selama berkalpa-kalpa. Semua itu bergantung pada pikiran. Sebersit niat bisa dipertahankan sangat lama, juga bisa hilang dalam sekejap. Jadi, sebersit niat bisa bertahan lama atau tidak bergantung pada pikiran. Buddha bisa mempertahankan tekad selama berkalpa-kalpa yang tak terhingga juga berkat niat yang timbul dalam sekejap. Setelah membangun tekad dan menuju arah yang benar, kita harus mempertahankan tekad. Dengan demikian, jiwa kebijaksanaan kita akan bertumbuh selama berkalpa-kalpa yang tak terhingga.

Bodhisatwa sekalian, kita harus bersungguh hati. Dharma terdapat di sekeliling kita. Jangan mudah menyerah pada Dharma. Kita bisa menapaki Jalan Bodhisatwa meski jalan ini penuh rintangan. Kita harus terus menapaki dan membentangkan Jalan Bodhisatwa. Kita harus mendalami Dharma dan menapaki jalan kebenaran untuk memahami kebenaran. Kita harus menyatu dengan hati Buddha, baru bisa memahami kebenaran. Jadi, yang terpenting, kita harus memahami pandangan Buddha.

Bodhisatwa sekalian, sudahkah kita menyerap ajaran Buddha ke dalam hati? Apakah kalian masih ingat dengan kondisi batin kalian saat menapaki Jalan Bodhisatwa dan menjalankan misi demi misi? Apakah kalian mengingatnya di dalam hati? Apakah kalian masih ingat kondisi batin saat kalian mengemban misi? Jika kalian masih mengingatnya, berarti Dharma ada di dalam hati kalian. Dengan Dharma di dalam hati, jiwa kebijaksanaan akan terus bertumbuh. Jadi, mari kita lebih bersungguh hati.

Tulus mendalami Dharma dan tekun melatih diri

Dengan keyakinan mendalam mempertahankan ikrar untuk selamanya

Membangkitkan tekad dalam sekejap dan mempertahankannya untuk selamanya

Dengan Dharma di dalam hati, jiwa kebijaksanaan terus bertumbuh

Ceramah Master Cheng Yen tanggal: 27 Mei 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal: 29 Mei 2018

Editor: Arimami Suryo A
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -