Ceramah Master Cheng Yen: Menyelami Sutra dengan Tulus untuk Membimbing Semua Makhluk
Waktu berlalu dengan sangat cepat. Tahun 2016 akan segera berakhir. Karena itu, kita harus menghargai waktu. Seiring bergulirnya waktu, hidup kita menjadi lebih berwarna, tetapi juga penuh dengan penderitaan. Pikirkanlah, bukankah semua terjadi karena bergulirnya waktu?
Seiring bergulirnya waktu, ada “aku” yang tak terhitung. Menggenggam setiap momen untuk mempertahankan tekad agar tidak menyimpang, itulah yang terpenting. Dalam setiap momen, ada “aku”. Saat satu momen berlalu, maka “aku” pada momen itu juga ikut berlalu. Namun, di setiap momen tetap ada “aku”. Tanpa “aku”, maka kita tidak akan bisa meneguhkan tekad dan menentukan arah. Jadi, “aku” ada atau tidak? Yang sudah berlalu adalah kosong, yakni tidak ada, sedangkan yang ada pada saat ini, itulah yang benar-benar ada.
Kekuatan sebersit niat sungguh menakjubkan. Pada 51 tahun yang lalu, saya membangkitkan sebersit niat dan mengambil pilihan yang benar sehingga bisa menginspirasi begitu banyak orang untuk bergabung dengan Tzu Chi. Untuk menginspirasi orang lain, kita membutuhkan banyak orang yang bersungguh hati menggenggam setiap momen. Dalam pementasan adaptasi Sutra Bhaisajyaguru, kita bisa melihat setiap orang menghafal dan mengukir isi Sutra di dalam hati.
Lebih dari 2.000 partisipan melantunkan Sutra dan bergerak secara serentak. Mereka memiliki kesatuan hati dan kekompakan. Hati mereka dipenuhi ketulusan. Setiap kali berdoa, semua orang harus menyatukan hati. Dengan hati yang tulus, barulah gema doa kita bisa menjangkau para Buddha, Bodhisatwa, dan Makhluk Pelindung Dharma. Ini bukanlah hal yang mustahil jika kita memiliki ketulusan hati.
Saya berharap setiap orang dapat mengukir Sutra di dalam hati. Inilah yang terpenting bagi saya. Niat untuk melatih diri harus tulus berasal dari lubuk hati sendiri. Jangan melatih diri karena dipaksa oleh orang lain. Sebaliknya, melatih diri harus tulus berdasarkan keinginan diri sendiri. Dahulu, di vihara, saat mendengar Gatha Pendupaan hingga bagian “berkat ketulusan yang mendalam”, di dalam hati saya muncul suatu perasaan yang tidak bisa saya jelaskan. Saya merasa bahwa kita harus sangat tulus. Jadi, saya memandang penting ketulusan.
Saudara sekalian, tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh sangat penting bagi insan Tzu Chi. Dalam melatih diri, kalian harus melenyapkan noda dan kegelapan batin. Setelah melenyapkan noda dan kegelapan batin, kalian juga harus melenyapkan keraguan. Tidak boleh ada sedikit pun keraguan. Karena itu, kita harus menggunakan banyak waktu untuk melenyapkannya selapis demi selapis agar bisa kembali pada sifat hakiki yang murni. Sifat hakiki manusia sangat murni dan suci.
Hanya saja, sifat hakiki kita terus terpengaruh oleh tabiat buruk kita dari kehidupan ke kehidupan sehingga batin kita menjadi keruh. Lihatlah dapur kalian. Setelah digunakan dalam jangka waktu tertentu, keramik seputih apa pun akan berubah warna karena asap. Begitu pula dengan batin manusia. Semakin lama terpengaruh tabiat buruk, batin manusia akan semakin keruh. Untuk membersihkannya, dibutuhkan waktu yang lebih lama lagi. Seperti inilah manusia.
Kita bisa melihat beberapa relawan yang bertemu penyelamat dalam hidup mereka. Semakin banyak relawan Tzu Chi, maka semakin luas pandangan kita. Satu mata mewakili ribuan mata. Jika pandangan kita luas, barulah kita bisa melihat orang-orang yang membutuhkan bantuan dan bisa segera menjangkau mereka.
Ada seorang relawan yang dahulu pernah berbuat salah, tetapi telah memperbaiki diri dan memulai hidup baru. Setelah memulai hidup baru, dia menginspirasi banyak orang yang dahulu juga pernah berbuat salah seperti dirinya. Dalam bab Kota Bayangan, pemandu memimpin orang-orang melewati perjalanan yang penuh dengan berbagai bahaya. Berhubung pemandu itu sudah pernah melaluinya dan mengetahui kondisi jalan, maka dia bisa dengan bijaksana menjaga pikiran orang-orang agar tidak menyimpang dari jalan yang benar.
Inilah kebijaksanaan Buddha. Buddha menggunakan metode seperti ini untuk mengajari kita. Kini, kita harus bersungguh-sungguh dan tulus memahami hati Buddha. Menggunakan kebijaksanaan untuk mempelajari ajaran Buddha, inilah yang harus kita lakukan. Kini seluruh dunia penuh dengan penderitaan. Karena itu, kita harus membentangkan jalan cinta kasih universal ke seluruh dunia.
Kita juga harus mempertahankan jalinan kasih sayang untuk selamanya. Sejak berkalpa-kalpa yang lalu, kita telah menjalin jodoh. Di kehidupan ini, jalinan jodoh kita telah matang sehingga kita semua bisa berkumpul bersama dengan kesatuan hati.
Tadi, kita telah menyaksikan bahwa berkat kesatuan hati, para partisipan pementasan adaptasi Sutra di atas dan bawah panggung bisa begitu kompak. Kita juga mendengar kisah tentang anggota komite dan Tzu Cheng yang memperbaiki kehidupan mereka. Ini semua berkat jalinan kasih sayang yang tak berujung dan cinta kasih yang tak terbatas.
Karena itulah, saya sering berkata bahwa kita harus memperpanjang jalinan kasih sayang dan memperluas cinta kasih. Bodhisatwa sekalian, kita harus terus memperpanjang jalinan kasih saying dan mewariskannya dari generasi ke generasi.
Membangkitkan sebersit niat baik dan mempertahankannya untuk selamanya
Dengan tulus melatih diri dan melenyapkan kegelapan batin
Bekerja sama dengan harmonis untuk mempersembahkan pementasan adaptasi Sutra
Menginspirasi lebih banyak relawan untuk menyelamatkan makhluk yang tak terhingga
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 Desember 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina