Ceramah Master Cheng Yen: Menyelami Sutra Teratai Tanpa Rasa Jemu

Terima kasih kepada semua relawan di 36 negara, di 169 titik ladang pelatihan komunitas, dengan lebih dari 27 ribu sambungan dalam jaringan yang bersama-sama mendengarkan saya berbicara saat ini. Terima kasih. Bodhisatwa sekalian, saya terus berterima kasih.

Setiap hari saya selalu berada dalam rasa syukur. Belakangan ini, saya tak dapat menyangkal bahwa hukum alam, yakni belenggu usia tua dan penyakit, membuat saya kesulitan untuk berbicara. Sangat sulit untuk mengeluarkan sepatah kata. Meski sudah berusaha keras, suara belum tentu keluar. Suara yang keluar pun tidak seperti biasanya. Karena itu, ceramah pagi beberapa hari ini terpaksa ditiadakan. Namun, saya tidak beristirahat.

Setiap hari saya masih mendengarkan laporan. Saya bahkan lebih giat dan sungguh-sungguh menggenggam nilai kehidupan saya. Saya semakin merasakan bahwa setiap saat dalam kehidupan tidak boleh disia-siakan. Jadi, saya berusaha untuk bersuara lebih keras dan berbicara lebih jelas.

Setiap hari saya selalu mengatakan bahwa saya senantiasa menganggap setiap hari, saat saya berkesempatan untuk berbicara, sebagai kesempatan untuk memberi pesan terakhir yang berisi nasihat dan pesan-pesan lainnya. Setiap kali ada kesempatan untuk berbicara, saya harus berbicara dengan jelas dan menganggapnya sebagai hari terakhir bagi saya untuk berbicara. Ini yang dimaksud pesan terakhir.


Saat masih berada di dunia, Buddha juga memberikan pesan terakhir. Saat Buddha merasa waktu-Nya sudah hampir tiba, setelah membabarkan Sutra Bunga Teratai, Beliau mulai membabarkan Sutra Nirvana dan bersiap memberikan pesan-pesan terakhir agar orang-orang tahu bahwa kehidupan tidak kekal dan kehidupan hanya sebatas tarikan napas.

Saat kita mengembuskan napas dan tidak dapat menarik napas kembali, saat itu napas berhenti dan kehidupan berakhir. Saat itu, kita sudah sampai pada akhir dari kehidupan kita kali ini. Semua orang mengalami hal ini. Saya sering berkata bahwa kita harus belajar tentang kelahiran. Kita harus belajar di saat ini untuk mempersiapkan kehidupan mendatang. Jalinan jodoh seperti apa yang ingin kita bawa? Buah karma seperti apa yang ingin kita terima pada kehidupan selanjutnya? Kita harus mempersiapkan semua ini sekarang.

Berbicara tentang kelahiran, ini bukan merujuk pada kelahiran kita saat ini, melainkan kelahiran pada kehidupan mendatang. melainkan kelahiran pada kehidupan mendatang. Kita harus memahami dengan jelas ke mana kita ingin dilahirkan pada kehidupan selanjutnya. Kini kita harus membentangkan jalan untuk itu. Saya sering mengatakan bahwa kita bagaikan menata huruf demi huruf perlahan-lahan sehingga setiap huruf itu terangkai sehingga setiap huruf itu terangkai menjadi sebuah naskah yang baik agar orang-orang di masa mendatang dapat membaca kisah perjalanan dalam kehidupan ini.


Seperti yang baru-baru ini terus saya katakan, saya melihat sepasang tangan yang paling indah. Pada Majalah Tzu Chi terbitan bulan Agustus, sampulnya menampilkan sepasang tangan yang indah. Tangan itu penuh guratan dan kerutan yang menjadi saksi perjalanan waktu. Tangan itu penuh kerutan tanda perjalanan waktu. Bukankah tangan itu indah? Sangat indah. Saya berkata, “Inilah tangan yang paling indah.” Sungguh berharga.

Sejak muda, mereka terus bersumbangsih bagi keluarga dan masyarakat. Mereka juga bersumbangsih bagi pelestarian lingkungan dan Tzu Chi. Tangan mereka menjadi saksi sumbangsih mereka. Kerutan tanda perjalanan waktu terdapat pada tangan mereka. Kerutan itu dapat menjadi bukti. Kadang, saat menjulurkan tangan sendiri, saya merasa malu.

Tangan mereka begitu berdaya guna seumur hidup ini. Mereka sungguh telah banyak bersumbangsih bagi dunia. Mereka benar-benar telah membentangkan jalan pada kehidupan ini. Mereka bersumbangsih sambil membungkukkan badan demi membentangkan jalan dan bagai tengah meratakannya dengan sepotong demi sepotong batu bata. Saya hanya menjadi pembuat rencana dan menyerukan komando, sedangkan mereka sungguh-sungguh menjalankannya secara nyata dengan tangan dan kaki mereka. Beban yang berat mereka pikul di tangan mereka. Mereka bagai memindahkan batu untuk meratakan jalan.

Bodhisatwa sekalian, di manakah tangan itu berada? Tangan-tangan itu ada pada diri kalian sendiri. Kalianlah yang telah mengulurkan tangan. Jadi, harap kalian semua senantiasa menyatukan hati satu sama lain serta mengulurkan tangan untuk mewujudkan Bodhisatwa Avalokitesvara Bertangan Seribu yang indah.


Saat mendengar Dharma, kita menggunakan hati. Saat bersumbangsih, kita menggunakan hati dan tangan. Untuk menjaga agar Dharma selamanya ada di dunia, hati, otak, dan tangan kita harus selaras. Singkat kata, kita harus bersungguh hati. Kita harus berpikir dengan otak dan mengulurkan tangan untuk bersumbangsih. Tangan bisa melakukan berbagai hal. Namun, jika Anda tidak bertekad, Anda tidak mungkin mengulurkan tangan. Tanpa berpikir, segala hal akan sulit diwujudkan. Jadi, untuk menyempurnakan perbuatan baik, tubuh, hati, dan otak harus digunakan bersamaan.

Kekuatan cinta kasih harus selalu kita pertahankan di dalam setiap bersit pikiran kita. Sebersit niat ini bisa mewakili otak. Sebersit niat ini juga mewakili tangan. Sebersit niat ini juga mewakili ketulusan kita. Dengan niat ini, setiap orang bersama-sama bergerak. Dengan demikian, di seluruh dunia terdapat satu, seribu, sepuluh ribu, bahkan jutaan tangan yang bergerak pada saat yang sama.

Singkat kata, insan Tzu Chi bersumbangsih bagi masyarakat dan dunia. Selain itu, banyak orang yang menderita juga tertolong berkat adanya insan Tzu Chi. Selangkah demi selangkah, insan Tzu Chi menyusun sepotong demi sepotong batu bata. Untuk itu, dibutuhkan sepasang tangan dan kaki untuk melangkah dan bertindak nyata.

Semuanya tentu berpulang pada hati dan otak. Semua orang menyatukan niat di hati dan otak ini. Inilah bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. Dengan demikian, semua orang dapat bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih. 

Memberi nasihat mendalam untuk mempertahankan tekad
Memahami kebenaran dan menyadari hukum sebab akibat
Bersatu hati dan bergandengan tangan dalam satu tujuan
Terus maju dalam membentangkan jalan Sutra Teratai

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 September 2020     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 15 September 2020
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -