Ceramah Master Cheng Yen: Menyerap Dharma dan Membina Keluhuran dengan Tekun dan Bersemangat


Saat ini, saatnya saya melakukan perjalanan untuk Pemberkahan Akhir Tahun pertama di tahun ini. Saya akan menggenggam waktu untuk berbicara sebanyak mungkin dan berjalan sejauh mungkin. Saya akan mengerahkan segenap hati dan tenaga. Inilah yang selalu saya katakan, yaitu menggenggam waktu.

Bodhisatwa sekalian, saya berharap semuanya dapat menggenggam waktu serta selalu memikirkan Buddha dan Dharma setiap menit dan detik. Ketika ajaran Buddha selalu hadir dalam pikiran, secara alami kita akan tekun dan bersemangat. Ketekunan dan semangat ini tecermin dari sikap sopan kita terhadap orang lain. Kesopanan atau tata krama adalah prinsip kebenaran yang membentuk citra pelatihan diri kita.

Menit dan detik terus berlalu. Bersikap sopan terhadap orang lain adalah cara kita menjalin jodoh baik. Begitulah cara kita menjalani hari demi hari. Menjalin jodoh baik adalah bagian dari pelatihan diri. Dalam melatih diri, hendaknya kita membina keluhuran dengan baik. Dengan melatih diri dan membina keluhuran, barulah seseorang dapat dikatakan berbudi luhur.

Melatih diri harus terus dilakukan karena waktu terus berlalu. Saat menyadari bahwa usia kehidupan kita terus berkurang detik demi detik, kita harus waspada dan memiliki rasa takut. Hidup di dunia ini, bagaimana kita bersikap terhadap orang lain dan bagaimana kita menjalin jodoh baik? Kita harus menggenggam waktu untuk bekerja dengan giat.


Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga harus bermawas diri setiap menit dan detik. Jangan biarkan diri sendiri lalai. Orang yang melatih diri hendaknya senantiasa menjaga sila dan waspada. Inilah yang disebut praktisi pelatihan diri. Sebagai praktisi, kita harus mengingatkan diri bahwa seiring berjalannya waktu, usia kehidupan kita pun terus berkurang. Kita harus senantiasa memiliki kewaspadaan seperti ini dan bersungguh-sungguh menginventarisasi nilai kehidupan.

Sebagai kaum monastik yang meninggalkan rumah dan keluarga untuk masuk ke dalam pintu Buddha, kita berfokus untuk membawa manfaat bagi semua makhluk di dunia. Kita meninggalkan keluarga kecil untuk bergabung dalam keluarga besar dan membuka hati untuk membawa manfaat bagi semua makhluk. Menjaga semua makhluk di dunia tidak dapat dilakukan oleh satu orang saja. Ini hanya dapat dilakukan saat banyak orang bersatu. Setelah memasuki pintu Buddha, para anggota Sangha akan melindungi ladang pelatihan. Kita juga harus melindungi Dharma.

Lihatlah bagaimana insan Tzu Chi terus mendukung dan melindungi Griya Jing Si dan Tzu Chi. Tzu Chi terus bersumbangsih bagi dunia. Para insan Tzu Chi bersumbangsih di negara dan wilayah yang berbeda-beda dan semuanya bekerja sama dengan kesatuan hati. Semua orang bekerja sama dengan harmonis untuk melindungi ladang pelatihan kita.

Kaum monastik Tzu Chi menjadikan dunia sebagai ladang pelatihan dan relawan Tzu Chi di seluruh dunia menjaga ladang pelatihan ini sebagai pelindung Dharma. Ini memerlukan kesatuan hati. Baik para monastik maupun umat perumah tangga, hendaklah semuanya memperkokoh jalan pelatihan yang lapang.


Kita mengenal tekad, pikiran, dan praktik pelatihan diri. Bukankah saya sering berkata bahwa kita harus menjaga tekad pelatihan dengan baik, mempertahankan pikiran atau niat untuk melatih diri, dan menapaki jalan kebenaran tanpa menyimpang selangkah pun? Artinya, kita harus menjaga jalan ini dengan baik. Jika menapaki jalan ini dengan baik, kita dapat membina keluhuran. Dengan keluhuran yang kokoh, kita bisa menjadi teladan bagi dunia.

Bodhisatwa sekalian, umat perumah tangga juga mempelajari Dharma serta dapat menjaga keluarga, komunitas, dan ladang pelatihan dengan baik. Mereka juga dapat bersumbangsih bagi dunia dan menginspirasi orang-orang untuk melakukan hal yang sama. Jika semua orang memiliki hati yang sama, mereka akan menjaga dunia yang merupakan ladang pelatihan yang luas ini.

Saya ingin menyampaikan kepada semuanya untuk menjalankan kewajiban masing-masing, mengasihi semua orang, dan saling menghargai. Inilah kewajiban kita. Selain melatih diri, kita juga harus memperhatikan setiap orang dan segala hal. Seperti halnya Topan Kong-rey. Kita harus percaya pada laporan Biro Cuaca Pusat serta bermawas diri dan berhati tulus.

Kita harus melatih diri sendiri dengan baik, baik dari dalam maupun luar. Selain itu, kita juga harus menjaga lingkungan dan benda-benda di sekitar kita. Kita hendaknya memasang pengaman untuk pohon-pohon, merapikan barang-barang, mengencangkan segala sesuatu yang longgar, serta memastikan bahwa pintu dan jendela bisa tertutup rapat. Hendaknya kita meningkatkan kewaspadaan.


Sebelum memulai perjalanan kali ini, saya ingin mengingatkan semua orang untuk merapikan barang-barang dan melatih diri dengan baik. Saya akan menjaga diri dengan baik dan kalian juga harus menjaga diri dengan baik. Selain menjaga diri sendiri, saya juga mengingatkan semua orang untuk menjaga diri dengan baik. Inilah yang disebut saling menjaga dan menghibur. Jangan hanya berkata, "Tenanglah." Ketika kita telah melakukan antisipasi dengan baik, barulah orang lain bisa benar-benar merasa tenang. Apakah kalian mengerti? (Mengerti) Baik.

Waktu terus berlalu. Saya terus mengingatkan kalian untuk merawat dan menghormati orang yang lebih tua, saling mendengarkan, saling menghormati, dan memperlakukan orang-orang dengan sopan. Inilah hal yang benar untuk dilakukan.

Mengingat dan menjunjung Dharma dengan tekun dan bersemangat
Bersikap sopan dalam setiap langkah untuk menjalin jodoh baik
Bermawas diri, membina keluhuran, dan saling menghormati
Bersatu hati untuk membawa manfaat bagi semua makhluk

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 29 Oktober 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 31 Oktober 2024
Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -