Ceramah Master Cheng Yen: Menyerap Dharma dan Mengubah Pola Pikir
“Apa kabar, Master?”
Apa kabar? Kalian sudah kembali ke rumah. Silakan
duduk.
“Terima kasih, Master.”
Kita merayakan Tahun Baru Imlek dengan penuh sukacita. Tadi
malam, lebih dari 2.000 relawan dari berbagai negara dan wilayah berkumpul dan
makan bersama dengan meriah dan gembira. Semoga keluarga besar Tzu Chi dapat
harmonis selamanya. Kita berharap bisa menyelimuti seluruh dunia dengan cinta
kasih.
Hidup di dunia ini, kita harus menggenggam setiap waktu dan
pikiran. Selain harus menghargai setiap hari, kita juga harus menghargai setiap
detik. Selain harus menghargai momen bersama orang lain, kita juga menghargai
setiap momen saat kita sendirian. saat kita sendirian. Kita semua harus
menghargai waktu dan ruang di mana kita berada. Momen sesingkat apa pun dan
ruang sekecil apa pun adalah momen dan ruang yang baik.
Saat hati kita dipenuhi sukacita dan rasa syukur, kita akan
merasakan kebahagiaan. Doa sebanyak apa pun tidak bisa menyaingi momen yang
baik. Tidak peduli betapa cepatnya waktu berlalu dan betapa kecilnya ruang kita
berada, kita tetap harus menghargainya. Inilah yang paling bermanfaat dan
bermakna dalam hidup kita.
Tadi malam adalah malam Tahun Baru Imlek. Kita melihat
seorang pelukis yang sangat terampil. Dia pernah berjalan menyimpang dan
mendekam di penjara dalam jangka panjang. Insan Tzu Chi menjangkau lembaga
pemasyarakatan dan berbagi Dharma di sana hingga meresap ke dalam ladang batin
para narapidana. Ladang batin yang tadinya bagai gurun pasir, kini berubah
menjadi oasis. Kehidupan mereka telah berubah. Pelukis itu juga menyumbangkan beberapa
lukisan untuk menggalang dana bagi para korban gempa di Hualien.
Saya juga bersyukur kepada Kepala RS Lin yang membeli
lukisannya. Ini juga dapat menyemangati pelukis itu. Sungguh, ini berkat cinta
kasih. Berkat adanya orang yang menyemangati dan membimbingnya, dia bisa
kembali ke jalan yang benar. Dengan menyelaraskan pikirannya, dia bisa
mengerahkan potensi yang tak terhingga untuk bersumbangsih.
Selain lukisan yang kita lihat tadi, dia juga menyumbangkan beberapa
lukisan kecil. Selain itu, teman-temannya di lembaga pemasyarakatan juga ingin
turut bersumbangsih bagi korban gempa di Hualien. Berhubung tidak bisa
menyumbangkan uang, mereka pun menyumbangkan prangko.
Kita juga melihat Bapak Liang yang terperangkap 15 jam di Hotel Marshal. Tadi malam, dia juga
menghadiri acara malam Tahun Baru Imlek. Dia dan ayahnya naik ke atas panggung untuk
berbagi pengalaman. Ayahnya berkata bahwa saat itu, dia bukan hanya mengkhawatirkan
putranya, tetapi juga keselamatan para anggota tim penyelamat yang masih muda. Dia
sangat panik. Lima belas jam kemudian, putranya terselamatkan. Berkat sebuah
ruang kecil, anak muda itu tidak terluka. Hidup manusia sangat menakjubkan. Mendengar
mereka berbagi kisah, saya sungguh merasa bahwa jalinan jodoh sangat
menakjubkan.
Kita juga melihat kepala RS serta para dokter dan wakil
kepala RS membawakan lagu “Indah” di atas panggung. Keindahan insan Tzu Chi adalah
menjalankan Enam Paramita dan puluhan ribu praktik. Setiap relawan
mengembangkan potensi kebajikan untuk menjalankan berbagai fungsi. Kapan dan di
mana pun berada, insan Tzu Chi selalu bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih
dan menggenggam kehidupan untuk menjalankan Enam Paramita. Sungguh, kisah yang
menyentuh sangat banyak.
Kemudian, kita melihat sekelompok Qingxiushi yang mewariskan ajaran Jing Si dan menyebarluaskan mazhab Tzu Chi. Dengan sepenuh hati dan tekad, mereka memikul bakul beras bagi dunia. Demi tujuan mulia inilah, mereka mendalami ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi. Mereka berkata, “Master, kami tidak bisa
kehilangan Master.” Mereka masih membutuhkan saya, tetapi di
dunia ini, penuaan tidak bisa dihindari. Saya berharap bisa melihat kekuatan
cinta kasih orang-orang terbangkitkan agar Bodhisatwa bisa terus bermunculan.
Bodhisatwa berdatangan dari segala penjuru, inilah yang
diulas dalam bab Panjang Usia Tathagata dan bab Bodhisatwa dari Dalam Bumi dari
Sutra Bunga Teratai. Semangat Sutra Bunga Teratai akan bertahan selamanya.
Bodhisatwa sekalian, di tahun yang baru ini, saya berharap
setiap orang dapat senantiasa menerapkan semangat Sutra Bunga Teratai. Semua
itu berawal dari sebersit niat yang timbul dalam sekejap. Kita memulainya dari
ruang yang kecil, lalu terus memperluasnya. Kita memulainya dari momen yang
singkat, lalu terus mempertahankannya. Hingga kini, Tzu Chi telah berdiri
setengah abad dan kita telah bersumbangsih 50 tahun lebih.
Untuk meneruskan semangat Tzu Chi, kita bergantung pada para
Qingxiushi. Kita bisa melihat para Bodhisatwa yang bertekad untuk bergabung
dengan Tzu Chi. Para bhiksuni dan umat perumah tangga yang bersumbangsih di
tengah masyarakat hendaknya bekerja sama untuk membimbing orang-orang di
seluruh dunia menuju arah yang benar. Inilah pesan yang ingin saya sampaikan
pada kalian hari ini.
Merayakan
Tahun Baru Imlek dengan berkumpul dan makan bersama
Menyerap
Dharma dan mengubah pola pikir
Menjalankan
ikrar bersama untuk memikul bakul beras bagi dunia
Mewariskan
ajaran Jing Si hingga selamanya
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Februari 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina