Ceramah Master Cheng Yen: Menyerap Dharma dan Mewujudkan Keagungan
Bodhisatwa sekalian, kita harus bersungguh hati. Kehidupan berjalan seiring waktu. Ada orang yang dapat menggunakan waktu dan kehidupannya dengan amat bernilai.
Orang yang memiliki arah yang jelas tahu bahwa arah mereka sudah benar dan mereka tidak boleh salah jalan. Pikiran mereka harus terfokus, tindakan mereka harus patut. Jika pikiran bisa terfokus dan tindakan patut, arah kehidupan kita tidak akan salah. Ini disebut nilai kehidupan.
Mengenai nilai kehidupan ini, saat tiba pada masa kehidupan yang stabil dan usia yang cukup lanjut, arah kehidupan kita juga stabil dan tidak ada keinginan untuk berubah lagi. Kita hendaknya menghormati diri sendiri dan orang lain. Setelah menetapkan arah, kita harus memanfaatkan kehidupan kita ini dan tidak menyia-nyiakannya.
Setelah arah kehidupan ditetapkan, kita hendaknya segera melatih diri dengan tekun dan bersemangat. Tekun berarti pikiran tidak buyar. Bersemangat berarti maju pantang mundur. Setelah arah ditetapkan, kita tidak lagi memikirkan berbagai hal yang tidak berguna. Kita sepenuh hati dan tekad berjalan sesuai arah ini. Kita berjalan maju selangkah demi selangkah.
Saat merasa arah sudah benar, sebagian orang merasa tenang, tetapi lengah dan santai sehingga tidak lagi tekun dan bersemangat. Kita tidak boleh seperti itu. Saat arah sudah benar, kita justru harus lebih tekun dan bersemangat. Manusia harus memiliki arah serta harus lebih tekun dan bersemangat. Dengan begitu, saat berjalan di jalan yang benar, kondisi batin kita akan sangat baik dan kita akan merasa semua yang kita jalani sangatlah bernilai dan bermakna.
Saat arah dan jalan sudah benar, tak akan ada penyesalan. Kita akan merasa ini sangat bermakna. Jika kita merasa arah kita sudah benar, tetapi malah berhenti di tempat, pada saat itu kita akan mulai malas.
Banyak orang yang bertekad untuk mencari arah dan sandaran hidup. Saat sudah menemukannya dengan tidak mudah dan mulai menjalani arah kehidupan itu, mereka mulai lengah. Mereka hanya berjalan di tempat. Siapa yang dapat menggantikan kita melewati hari-hari? Siapa yang dapat menggantikan kita berjalan? Jalan harus kita tapaki sendiri. Hari-hari harus kita lalui sendiri. Tiada orang yang dapat menggantikan kita menapaki jalan kehidupan ini. Jadi, Bodhisatwa sekalian, harap jangan membiarkan waktu berlalu sia-sia.
Kita berharap seiring berlalunya waktu, kita harus membuat batin kita bertumbuh. Tubuh dan batin kita harus kita latih dengan memanfaatkan waktu yang ada demi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Kita sungguh-sungguh berlatih demi diri sendiri dan bersumbangsih bagi orang lain. Kita hendaknya menggunakan setiap detik untuk meningkatkan pelatihan diri kita.
Kita harus menghormati diri sendiri dan dapat memanfaatkan waktu untuk melatih diri tanpa menyia-nyiakannya. Seberapa banyak kita berlatih, sebanyak itu pula pengalaman kita. Inilah cara mengembangkan diri kita.
Kita hendaknya bersyukur atas jalinan jodoh untuk membantu orang lain. Jadi, kita harus menghormati orang lain dan bersyukur.
Tubuh kita harus menghormati dan bertata krama terhadap orang lain. Saat berbicara, kita juga harus punya sopan santun. Kita harus menghormati orang lain dan bertutur kata baik. Setelah mendengar Dharma, kita juga menyebarkan Dharma. Suara Dharma yang baik ini dapat membawa manfaat bagi semua makhluk dan meresap ke dalam hati orang sehingga mereka dapat menemukan arah hidup. Inilah perbuatan dan ucapan yang benar.
Jika perbuatan tubuh kita tidak patut, orang lain tak akan mendengar perkataan kita. Saat berbicara, jika kita terbiasa mengucapkan hal yang tak bermakna, orang lain hanya akan mendengarnya sambil lalu. Jika ucapan kita bermanfaat bagi orang lain, mereka akan mendengarkan dengan saksama. Mereka mendengarnya dengan indra telinga, lalu meresap ke dalam hati. Karena itu, kita harus hati-hati dalam berbicara. Kita harus bertutur kata baik dan bermanfaat bagi kehidupan.
Pikiran kita juga harus senantiasa dipenuhi Dharma. Jika pikiran dan ucapan dipenuhi Dharma, barulah tindakan oleh tubuh juga bisa memiliki Dharma. Jadi, tubuh, ucapan, dan pikiran harus dilatih agar sesuai dengan Dharma. Mulut harus mengatakan kata-kata yang berisi Dharma yang bisa diserap ke dalam hati.
Pikiran kita harus senantiasa mengingat Dharma. Jadi, kita harus bersungguh hati mendengar Dharma dan memperagung diri kita.
Dalam berbicara, kita harus menimbang kata-kata kita dan hanya mengucapkan hal-hal yang bermanfaat. Inilah memperagung diri dengan Dharma Mahayana. Kita harus membabarkan Dharma Mahayana untuk membawa manfaat bagi orang lain.
Kita bersungguh hati dalam berbicara untuk membimbing orang lain. Orang yang menerima bimbingan ini akan dapat sepenuh hati menyebarkannya kembali. Inilah yang disebut mewariskan Dharma. Inilah yang disebut bisa dibimbing dengan Dharma. Jadi, kita memperagung diri dengan Dharma Mahayana.
Dharma Mahayana ini hendaknya dipraktikkan di dunia ini dan dibagikan kepada semua makhluk. Inilah yang disebut membimbing dengan Dharma. Kita harus bersungguh hati.
Bersemangat memberi manfaat bagi orang
lain di jalan yang benar
Melatih diri untuk memurnikan tiga
pintu karma
Berbagai pengalaman menunjang
pelatihan diri
Saling mewariskan Dharma mewujudkan
keagungan
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 31 Mei 2020