Ceramah Master Cheng Yen: Menyerap Dharma ke Dalam Hati dan Mempraktikkannya
“Kami terus mengatakan padanya bahwa Kami terus mengatakan padanya bahwa kami ingin membantunya membersihkan rumah, tetapi dia selalu menolak. Setelah beberapa waktu, kami mengatakan padanya lagi, akhirnya dia menyetujuinya dan membiarkan kami membersihkan rumahnya,” ucap Ke Chun-he, Relawan Tzu Chi.
“Mungkin karena Kakek sudah berusia lanjut, akan lebih sulit untuk membersihkan rumah sendiri. Jadi, kami datang untuk membantu Kakek membersihkan rumahnya agar kebersihan lingkungannya menjadi lebih baik. Dengan demikian, kualitas hidup Kakek akan lebih baik dan Kakek akan lebih senang,” kata Wu Jie-ni, Relawan.
“Dia hidup sebatang kara dan tak ada yang merawatnya. Rumah seperti ini sangatlah panas. Jadi, kami membantunya memasang kipas pembuangan udara untuk menurunkan suhu di dalam kamar. Kalian yang telah merenovasi kamar itu dan membawa papan untuk memperbaiki langit-langit. Kalian telah banyak merenovasi sehingga saya tak dapat mengingat semuanya. Terima kasih, Kakak,” ujar Huang Lin-xian, Relawan Tzu Chi.
Ketika tua, kondisi tubuh akan mengalami penurunan. Kita bisa melihat penerima bantuan yang sudah lanjut usia dan hidup sebatang kara. Karena kondisi tubuhnya mengalami penurunan, dia hampir tak dapat mengurus diri sendiri. Insan Tzu Chi sering mengunjungi keluarga seperti ini dan memberikan bantuan. Relawan Tzu Chi membantu mereka untuk membuang sampah, membersihkan rumah, membersihkan badan, dan membimbing mereka.
Semua orang lahir di dunia mengikuti karma. Kita harus memanfaatkan kesempatan untuk melakukan kebajikan. Buddha membimbing semua makhluk agar menggenggam kesempatan untuk melakukan kebajikan dan menciptakan berkah serta menjalin jodoh baik untuk kehidupan mendatang. Di dalam Sutra dikatakan bahwa kita menuai apa yang kita tabur, baik karma baik maupun buruk. Jika kita menciptakan karma buruk, tentu saja akan menerima buah karma buruk.
Dikisahkan pada zaman Buddha, masa Varsa dimulai pada bulan 4 dan berakhir pada bulan 7 penanggalan bulan. Buddha menetapkan aturan bahwa semua murid-Nya harus menetap di satu tempat untuk melatih diri. Para umat dapat memberi persembahan sehingga para anggota Sangha dapat melatih diri dengan tenang. Ini juga merupakan pahala bagi para umat perumah tangga. Ketika para praktisi bermeditasi selama periode itu, ada yang memikirkan orang tua mereka. Contohnya, Maudgalyayana. Ketika bermeditasi, dia akan teringat tentang perbuatan ibunya yang tak baik saat ibunya masih hidup. Dia datang ke alam neraka. Di sana dia melihat setan kelaparan yang lehernya sangat kecil, tetapi perutnya sangat besar. Kelihatannya seperti ibunya. Jadi, dia bertanya kepada setan itu, "Apakah Anda adalah ibu saya?" Mengetahui bahwa setan itu adalah ibunya, dia pun bertanya, "Apa yang paling Anda butuhkan?" Setan itu menjawab, "Yang paling saya butuhkan adalah semangkuk nasi."
Melalui kekuatan gaibnya, Maudgalyayana dengan cepat membawakan semangkuk nasi ke hadapan ibunya. Namun, ketika ibunya yang kelaparan membuka mulutnya, api yang keluar dari mulutnya menghanguskan nasi itu menjadi arang. Dia tak bisa menyelamatkan ibunya. Buddha memberi tahunya bahwa satu-satunya cara untuk menyelamatkan ibunya adalah dengan kekuatan Sangha yang memiliki kualitas pelatihan diri. Yang perlu dia lakukan adalah memberi persembahan kepada mereka dan meminta mereka berdoa bagi ibunya. Maudgalyayana dengan sangat tulus memberi persembahan kepada Sangha dan meminta mereka untuk melimpahkan jasa guna mengikis karma buruk ibunya.
Kita harus memahami arti sebenarnya dari ajaran Buddha. Karma apa pun yang kita ciptakan, kita harus menerima buahnya. Bagaimana kita membebaskan semua makhluk di dunia dari penderitaan? Seperti yang Buddha katakan pada Maudgalyayana, tak mungkin menyelamatkan ibunya hanya dengan kekuatannya satu orang. Dibutuhkan kekuatan cinta kasih semua orang untuk menolongnya. Jadi, kita harus meneladani semangat ini. Kita terus berkata bahwa kita harus menyucikan hati manusia. Dengan demikian, barulah masyarakat bisa harmonis. Jika tidak, dengan kondisi iklim yang ekstrem saat ini, setiap hari kita melihat banyak penderitaan di dunia, seperti banjir di wilayah selatan Taiwan.
Relawan kita yang tinggal di sana juga terkena dampak bencana. Meski rumah relawan dokumentasi kita juga terendam banjir setinggi pinggang, tetapi dia tetap keluar mengemban tanggung jawab dokumentasi. Dia tak ingin kehilangan momen yang menyentuh. Dia tetap menjalankan tugasnya dengan penuh senyuman dan tak menunjukkan kesedihannya. Ada beberapa kisah yang menyentuh seperti ini. Jadi, saya ingin mengingatkan kepada kalian untuk menginspirasi lebih banyak orang untuk menjadi Bodhisatwa dunia. Kita harus berbagi tentang Tzu Chi dengan setiap orang yang kita temui agar mereka memahami Tzu Chi dan cinta kasih mereka terbangkitkan. Tidak masalah berapa banyak yang mereka sumbangkan. Asalkan mereka merasa hal itu bermakna, walaupun hanya mampu menyumbangkan sedikit uang, menyumbangkan sedikit uang, itu sama dengan menciptakan pahala. Jika mereka berkeinginan untuk membantu orang yang membutuhkan dengan berhemat setiap hari, pahala yang diciptakan akan lebih besar. Selain bertekad dan berikrar untuk menyumbangkan uang, mereka juga bergabung dengan insan Tzu Chi.
Bayangkan, bagaimana jadinya jika tak ada sekelompok insan Tzu Chi ini yang menjangkau orang-orang yang menderita. Jika sampah di komunitas tak ditangani, Jika sampah di komunitas tak ditangani, akan timbul bau tidak sedap dan menjadi tempat serangga berkembang biak. Nyamuk juga bisa menyebarkan penyakit lewat gigitan dan membuat kita tidak tenang. Karena itu, kita harus segera bergerak untuk melakukan pembersihan. Kita harus sering terjun ke komunitas atau masyarakat untuk membimbing dan berinteraksi dengan banyak orang agar mereka memahami Tzu Chi. Dengan demikian, ketika di suatu tempat membutuhkan bantuan, kita dapat mendorong mereka untuk bersama-sama menjadi relawan. Dengan demikian, kekuatan akan menjadi lebih besar.
Karma baik atau buruk akan dituai oleh diri sendiri
Menggenggam jalinan jodoh untuk menghimpun berkah
Menyucikan hati manusia dengan kekuatan banyak orang
Membangun ikrar untuk terjun ke masyarakat dengan berani
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 5 September 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 7 September 2018