Ceramah Master Cheng Yen: Menyerap Dharma ke Dalam Hati dan Menggarap Ladang Berkah

Saya terus mengatakan kepada semua orang bahwa kehidupan yang didayagunakan akan bernilai. Jadi, saya sering memikirkan insan Tzu Chi yang berusaha menjadi Bodhisatwa dari tataran makhluk awam.

Bodhisatwa terjun ke tengah-tengah dunia demi menjangkau semua makhluk yang menderita. Asalkan makhluk yang menderita dapat bertemu dengan Bodhisatwa yang telah bertekad, kehidupan mereka pasti berkesempatan untuk berubah. Jadi, saya sering mengatakan bahwa insan Tzu Chi adalah penyelamat kehidupan orang. Kehadiran mereka amat membantu bagi orang-orang yang menderita. Asalkan berjodoh, para relawan dapat membantu mereka sehingga kehidupan mereka berubah.

Saya bersyukur selama beberapa puluh tahun ini barisan Bodhisatwa Tzu Chi semakin panjang. Saya sering mengatakan bahwa insan Tzu Chi bagaikan Bodhisatwa yang bertangan dan bermata seribu atau bahkan sepuluh ribu. Dengan bertambahnya satu orang, bertambah pula sepasang mata dan tangan. Dengan bertambahnya sepuluh, seratus, seribu, atau sepuluh ribu orang, tangan yang terulur dapat menopang begitu banyak warga lanjut usia.

Jadi, Bodhisatwa sekalian, kita harus berbagi tentang Tzu Chi setiap kali bertemu orang dan mengajak mereka untuk bergabung karena dengan bertambahnya satu orang, bertambah pula sepasang tangan. Dengan demikian, di dunia ini akan ada lebih banyak tangan yang dapat menjangkau lebih banyak lansia.


Tangan-tangan yang berjodoh meski asing ini hendaknya kita gandeng untuk bergabung sehingga kelak lebih banyak lansia bisa dijangkau. Kelak warga lansia akan semakin banyak, di dalamnya termasuk kita semua. Namun, lansia seperti kita ini dapat menjaga para lansia lain. Para lansia seperti kita ini masih dapat mengulurkan tangan untuk menopang para lansia di luar. Namun, generasi yang lebih muda, yang kelak dapat menjadi seperti kita, kini tengah menanti untuk kita bombing agar kelak juga bisa membantu para lansia seusia mereka, sama seperti kita saat ini. Jadi, bimbingan ini harus kita teruskan dari generasi ke generasi. Inilah yang saat ini dapat kita lakukan dan harus kita lakukan. Contohnya saya.

Saya juga amat menghargai kekuatan yang saya punya. Saya tidak dapat mengajak orang secara langsung, tetapi selama saya masih bisa bersuara, meski harus mengerahkan banyak tenaga untuk berbicara, asalkan suara ini masih bisa keluar, saya bersedia untuk menggenggam jalinan jodoh dan waktu yang ada untuk terus berbicara dan mengajar. Meski suara saya hampir tidak keluar seperti saat ini, saya tetap ingin menyemangati semua orang. Saya sungguh ingin memanfaatkan waktu yang ada.

Saya bersyukur beberapa puluh tahun lalu, tepatnya 30-an tahun lalu, saat ingin membangun RS, saya menyerukan sebuah slogan. "Mengajak insan mulia di seluruh dunia untuk menggarap ladang berkah; puluhan ribu kuntum teratai hati membangun dunia Tzu Chi."


Kini, saat saya mengulang kalimat ini, pasti ada sekelompok orang yang menyambut dan mengikuti suara saya untuk membacanya. Mereka pasti adalah relawan senior. Ini berarti mereka selalu ada serta senantiasa mendengar dan meneruskan seruan saya ini. Ini berarti ingatan mereka masih bagus. Mereka juga menyimpan seruan ini di dalam hati sehingga dapat merespons kata-kata saya. Ini berarti mereka masih mampu untuk bersumbangsih.

Ada pula orang yang meski pernah mendengar dan mengingat seruan ini, tetapi tidak bersuara. Mereka merasa, "Saya sudah tahu, saya juga selalu melihat sumbangsih kalian, tetapi saat saya yang diminta untuk bersumbangsih, ini tentu lebih sulit." Orang-orang seperti ini masih banyak.

Saya berharap setelah mendengar dan tahu, orang yang belum merespons dapat merespons seruan ini; orang yang belum mengulurkan tangan dapat mengulurkan tangan. Jadi, kita harus berbagi dan berbuat lebih banyak.

Kita telah melihat kantong plastik banyak dibuang orang karena dianggap tak bernilai. Orang yang tahu nilainya akan memungutnya. Lihatlah, mereka amat bersungguh hati. Mereka bertekad untuk sepenuh hati mengulurkan tangan untuk melestarikan lingkungan.

Tahun ini misi pelestarian lingkungan Tzu Chi genap berusia 30 tahun. Kita hendaknya memuji para relawan daur ulang yang telah bertekad. Mereka telah mendengar dan menerima seruan saya. Ucapan saya menjadi amat bernilai karena mereka mendengar dan menerimanya. Mereka mendengar dan mempraktikkannya. Dengan demikian, saya merasa kehidupan saya kali ini tidak ada penyesalan.


Di sisi lain, dengan bersungguh hati, mengulurkan tangan, dan bersumbangsih, kehidupan mereka juga menjadi lebih bernilai. Jadi, Bodhisatwa sekalian, kita harus mengerti apa yang disebut nilai kehidupan. Kita harus mengetahuinya karena nilai kehidupan ini akan membentuk jalinan jodoh kita. Kelak, kita akan membawa jalinan jodoh yang telah terwujud ini.

Segala sesuatu tak dapat dibawa serta, hanya karma yang terus mengikuti. Karma baik atau berkah yang telah kita ciptakan akan kita tuai sendiri hasilnya. Siapa yang berlatih, dialah yang mendapat hasilnya. Siapa yang makan, dialah yang akan kenyang. Jadi, yang didapat dari mengulurkan tangan untuk bersumbangsih ialah nilai kehidupan.

Bodhisatwa sekalian, saya terus berjuang untuk berbicara agar semua orang memahami nilai kehidupan. Karena itu, Dharma harus meresap ke dalam hati. Kita harus bersungguh hati dan mengulurkan kedua tangan kita untuk melakukan hal yang benar. Inilah yang akan menyempurnakan nilai kehidupan kita.

Mengubah kehidupan dan menciptakan karma baik
Menggenggam jalinan jodoh untuk menggarap ladang berkah
Mendapat manfaat dari mendengar dan mempraktikkan Dharma
Teratai hati bermekaran dan meneruskan semangat cinta kasih

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 04 September 2020     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 06 September 2020
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -