Ceramah Master Cheng Yen: Menyerap Dharma ke Dalam Hati dan Mewariskannya
“Karena saya lahir prematur, maka sejak kecil penglihatan saya sudah kabur. Selama 30 tahun bergabung dengan Tzu Chi, saya berpartisipasi dalam tim konsumsi, pelayanan, mendoakan orang yang telah meninggal, kebersihan, kebaktian, dan bedah buku. Semua itu tak pernah saya lewatkan,” kata Zheng Yue-xing.
“Setiap hari saya pasti akan mendengar Master membabarkan Sutra Bunga Teratai. Di Tzu Chi, setiap hari saya dipenuhi sukacita. Saya berharap ketika saya tak dapat melihat, saya masih tetap bisa menceritakan Tzu Chi dan menjalankan Tzu Chi hingga tangan dan kaki saya tak dapat bergerak. Terima kasih,” lanjut Zheng Yue-xing.
Lihatlah Yue-xing, dia sangat senior. Dia melakukan hal yang harus dilakukan anggota komite, baik membantu orang yang kurang mampu, memberi bantuan bencana, maupun menggalang dana saat saya ingin membangun RS, dan lainnya. Dia juga menjadi relawan RS dan Ibu Yide. Dia berpartisipasi dalam kegiatan apa pun. Sekarang dia melakukan daur ulang, tak peduli kondisi tubuhnya sedang sakit atau tidak, dia selalu tekun dan bersemangat. Dia selalu tak menyerah pada usia lanjut karena jiwa kebijaksanaannya tumbuh selamanya.
Dalam mempelajari ajaran Buddha, kita sudah menerima ajaran-Nya. Sekarang kita juga memiliki jalinan jodoh untuk bersama-sama melatih diri. Jadi, kita harus menghargai masa lalu dan masa kini. Dari masa lalu, baik puluhan tahun yang lalu maupun beberapa kehidupan yang lalu, maupun beberapa kehidupan yang lalu, hingga masa kini, kita memiliki hati dan tekad yang sama, yaitu hati Buddha dan tekad Guru. Kita harus menghormati dan mengasihi satu sama lain. Kita harus menghargai jalinan jodoh kita dan jangan melupakan setiap momen yang ada. Dari masa lalu hingga kini, ikrar kita tak terbatas seperti ruang dan waktu.
Kita sering melafalkan ini saat kebaktian. Dari tayangan, kita bisa melihat berapa luas tempat Buddha membabarkan Sutra Bunga Teratai di Puncak Burung Nasar. Tempat itu sudah seperti itu sejak zaman Buddha. Jadi, yang kita tekankan adalah kelapangan hati tanpa batas.
Di dalam Sutra, kita membaca bahwa orang yang menghadiri persamuhan jumlahnya tak terbatas. Pada kenyataannya, jumlah orang yang dapat ditampung di Puncak Burung Nasar terbatas dan dapat dihitung, bukan tak terbatas seperti yang dijelaskan dalam Sutra. Namun, kita harus membuat hati kita luas dan tak terbatas. Kita harus memiliki hati yang luas untuk merangkul alam semesta. Inilah hati Buddha yang luas.
Tempat Buddha membabarkan Sutra Bunga Teratai mungkin tak seluas tempat kita ini, tetapi Buddha mengajarkan kepada kita untuk memperluas hati kita. Kita harus tahu bahwa ada banyak makhluk hidup di alam semesta. Di dunia ini, ada pendengar Dharma yang tak terbatas. Kita harus merenungkan apakah kita telah menyerap Dharma ke dalam hati. Sebenarnya, di dalam tubuh kita ada makhluk hidup yang tak terhitung jumlahnya. Sel-sel kita semuanya aktif. Jadi, tubuh kita mengandung makhluk hidup yang tak terhitung jumlahnya. Jika seseorang terselamatkan, seluruh tubuhnya terselamatkan. Kita harus mentransformasi sel noda batin menjadi sel kebajikan atau sel Tzu Chi. Tak peduli apa pun yang kita temui, yang kita pikirkan ialah cinta kasih. Sel cinta kasih ini menjadi terwujud dalam tindakan menjalankan Tzu Chi. Inilah pelatihan diri.
Semua insan Tzu Chi memiliki hati Buddha dan tekad Guru. Yang kita pedulikan ialah orang-orang di dunia. Kita harus menggenggam waktu. Saya berharap semua orang menghargai setiap detik dengan sungguh-sungguh. Ketika Dharma yang abadi meresap ke dalam batin kita, jiwa kebijaksanaan kita akan bertumbuh selamanya. Saya berharap semua orang lebih bersungguh hati.
Saya telah membabarkan Sutra selama puluhan tahun dan membentangkan jalan sesuai Sutra. Saya membabarkannya selangkah demi selangkah, mulai dari membuka pintu stupa hingga memberi tahu kalian bahwa Buddha ada di dalam hati kita. Setiap tahap pembabaran ini bagaikan perumpamaan Kota Gaib. Harta karun sudah sangat dekat dengan kita. Bukankah kalian mengikuti ceramah pagi saya?
Harta karun sangat dekat dengan kita karena ia ada di dalam hati kita. Saya berharap apa yang saya katakan hari ini, semua orang dapat merenungkannya dengan sepenuh hati. Itu sangatlah dalam. Prinsip-prinsipnya mencakup kehidupan dan hukum alam. Saya berharap semua orang lebih bersungguh hati. Semoga semua orang dapat menyalakan pelita batin agar hati kita terang selamanya dan dapat menerangi dunia. Pelita batin ini terus diwariskan hingga tak terhitung jumlahnya.
Kita harus berdoa dengan tulus semoga dunia bebas dari bencana dan membangun ikrar untuk masa depan kita. Jangan memikirkan bahwa usia kita sudah lanjut dan harus pensiun. Saya tak pernah melihat ada Sutra yang menjelaskan bahwa Bodhisatwa pensiun. Tidak pernah. Jadi, Bodhisatwa tak pernah pensiun dan akan terus mendampingi satu sama lain. Namun, kita harus membimbing kaum muda. Kita harus segera membimbing mereka untuk bergabung dengan kita.
Ketika menggalang Bodhisatwa baru, kalian harus mengingat kembali tekad awal kalian saat pertama kali bertemu dengan saya. Jangan melupakan tekad awal kalian dan bangunlah ikrar untuk masa depan kita.
“Master yang terhormat dan terkasih, kami sadar bahwa tubuh tidak bersih; perasaan membawa derita; pikiran tidak kekal; semua fenomena adalah tanpa inti. Kami akan mempraktikkan Empat Landasan Perenungan dan Jalan Mulia Beruas Delapan. Murid-murid Jing Si di Pingtung berikrar untuk mengemban misi Tzu Chi dengan hati Buddha; harmonis tanpa pertikaian dalam mengemban tekad Guru; terjun ke tengah masyarakat untuk menyebarkan Dharma; menebarkan cinta kasih di dunia dan menciptakan berkah bersama. Terima kasih, Master.”
Baik, semoga semua makhluk terbebas dari penderitaan dan semua orang dapat merangkul dunia dengan cinta kasih. Melihat kalian semua sudah menyerap Dharma ke dalam hati, saya sudah bisa tenang. Semangat persamuhan Dharma di Puncak Burung Nasar ada di dalam pikiran kalian.
Bodhisatwa, menggenggam waktu untuk setiap saat berjalan di Jalan Bodhisatwa berarti setiap saat bersama Buddha. Pada tahun baru ini, saya dan kalian berkumpul bersama dan membangun ikrar yang sama. Jangan melupakan hari ini. Saya mendoakan kalian. Terima kasih. Marilah kita merangkul dunia dengan cinta kasih. Terima kasih.
Bodhisatwa senior giat mempraktikkan Jalan Bodhisatwa
Membangun ikrar tanpa batas dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Menyerap Dharma ke dalam hati dan semakin dekat dengan Buddha
Mengasihi semua makhluk hidup
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 4 Januari 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 6 Januari 2019
Editor: Metta Wulandari