Ceramah Master Cheng Yen: Menyerap Dharma ke Dalam Hatidan Giat Mempraktikkan Dharma

Kita bisa melihat sebuah tambang batu giok di Myanmar. Berhubung orang-orang terus menambang di sana dalam jangka panjang, maka seluruh gunung penuh dengan luka. Guyuran hujan deras kali ini telah mengakibatkan tanah longsor di sana. Inilah yang dilakukan umat manusia. Sebuah gunung yang tadinya merupakan pemandangan alam yang indah dirusak oleh manusia yang kekuatannya begitu kecil. Apa yang mereka peroleh? Batu giok. Sepotong giok bisa bernilai jutaan hingga puluhan juta dolar. Orang kaya menggunakannya untuk menunjukkan kekayaan mereka. Namun, mereka tidak tahu bahwa bumi telah mengalami kerusakan parah. Bayangkanlah, saat mengejar kenikmatan hidup, kita tidak menyadari bahwa kita telah kehilangan sesuatu. Pandangan yang salah, ketamakan, dan nafsu keinginan terus terakumulasi menjadi kegelapan dan noda batin sehingga menimbulkan bencana besar di dunia ini. Namun, kita tidak menyadari bahwa semua bencana yang terjadi memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan sehari-hari kita. Kita tidak tahu.

Singkat kata, melihat hal-hal yang terjadi di seluruh dunia setiap hari, saya sungguh sangat sedih. Apa yang harus kita lakukan? Kita hanya bisa berusaha sebaik mungkin. Kita harus menerima dan menyerap ajaran Buddha hingga ke lubuk hati terdalam. Kita harus menumbuhkan akar keyakinan dan bersungguh-sungguh menerima ajaran Buddha. Selain mendengar Dharma, kita juga harus membabarkan dan mewariskannya agar kebenaran dapat terus dipertahankan di dalam hati setiap orang dan tidak hilang. Dengan demikian, benih-benih Dharma dapat tertanam di dalam hati semakin banyak orang di seluruh dunia. Meski hanya sebuah kalimat, tetapi jika benar-benar yakin, maka orang-orang akan mempraktikkannya dengan menjangkau orang-orang yang menderita. Di mana pun bencana terjadi, insan Tzu Chi akan menjangkaunya dan menggunakan Dharma untuk menolong orang-orang yang menderita. Banyak orang yang memperoleh manfaat. Karena itu, kita seharusnya berbagi Dharma dengan orang lain agar orang-orang bisa memahaminya.

“Para relawan Tzu Chi sungguh merupakan Bodhisatwa dunia. Mereka jauh-jauh datang dari Taiwan dan selalu berpikir di posisi kami. Mereka benar-benar menyelesaikan masalah kami. Ini membuat saya sangat tersentuh,” ucap Yessenia Rivadeneira, Partisipan program bantuan.

“Saya mendapati bahwa kami tidak sendirian. Mereka membantu kami memulihkan lingkungan, memberi harapan baru bagi kami, dan menerangi jalan bagi kami sehingga warga Ekuador bisa bersatu,” kata Yoselin Sanchez, Partisipan program bantuan.

Di sini tertulis, “Hidup Canoa!”

“Kami berterima kasih kepada Tzu Chi yang telah datang ke Canoa. Kami bisa mengerahkan segenap hati dan tenaga karena kalian datang untuk membantu kami dan memberikan pekerjaan untuk kami. Terima kasih, Tzu Chi,”ujar Wendy, Partisipan program bantuan.

Berkat sekelompok relawan kita yang menjangkau lokasi bencana di Ekuador, semangat warga setempat kembali terbangkitkan sehingga bisa bersumbangsih bagi kampung halaman mereka sendiri. Kini, kita tengah menjalankan program bantuan lewat pemberian upah di kota keempat.

“Biasanya, kami membersihkan jalan dengan 60 orang dalam tim kami. Namun, hari ini, ada lebih dari 1.130 orang yang membersihkan Pedernales. Itu sungguh jumlah yang sangat besar dan membuat orang sulit melupakannya. Tadi saya tersentuh hingga menangis. Melihat begitu banyak orang membawa sapu untuk membersihkan kota sendiri, saya sungguh sangat tersentuh. Warga bukan hanya berpartisipasi demi uang. Mereka bersatu demi memulihkan kehormatan mereka. Ini juga merupakan kesempatan untuk membersihkan kampung halaman kami,” ucap Jose Ibarra, Ketua tim kebersihan Pedernales.

Semakin lama, semakin banyak relawan lokal yang turut bersumbangsih ke wilayah lain demi menolong sesama. Lihat, inilah benih kebajikan yang bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih. Kini para relawan lokal masih terus bersumbangsih dan telah menyadari bahwa menolong sesama adalah hal yang menyenangkan. Dengan bersumbangsih bagi sesama, mereka dapat menjalani hidup dengan bahagia dan memulihkan kampung halaman mereka. Kekuatan cinta kasih merupakan kekuatan yang penuh kehangatan dan dapat mencerahkan dunia. Karena itu, dalam keseharian, kita harus menginspirasi cinta kasih.

Kita juga bisa melihat di Malaysia, sejak tahun 2007, insan Tzu Chi setiap tahun memanfaatkan momen Hari Waisak untuk mensosialisasikan konsep daur ulang. Dedikasi mereka selama bertahun-tahun ini telah meningkatkan kesadaran lingkungan warga. Kini sampah di sana telah berkurang karena semua orang telah sepaham, sepakat, dan benar-benar menerapkan konsep daur ulang. Kita juga melihat sebuah keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita gangguan mental. Setelah membantu membersihkan rumah mereka, insan Tzu Chi dengan sabar mendampingi anggota keluarga yang bisa bekerja, tetapi enggan bekerja. Kini dia bisa melakukan daur ulang dan bersumbangsih bagi keluarganya. Inilah kekuatan cinta kasih.

Di Taiwan, insan Tzu Chi juga terjun ke masyarakat. Di Taipei, insan Tzu Chi membantu sebuah keluarga dan mendampingi seorang bapak dalam keluarga tersebut dalam jangka panjang. Singkat kata, ajaran Buddha dapat mengobati penyakit batin. Dengan memiliki pandangan yang salah, kita bisa membangkitkan ketamakan, nafsu keinginan, kemalasan, dan lain sebagainya. Noda dan kegelapan batin dapat membuat orang yang semula sangat kuat terserang penyakit batin. Setelah insan Tzu Chi menerima kasus ini dan memberikan bantuan padanya, kehidupannya telah berubah.

“Apakah kamu menghubungi nomor telepon yang saya berikan? Pekerjaan sebagai petugas keamanan, “ tanya relawan Tzu Chi.

“Tidak. Saya sudah mendapatkan pekerjaan,” kata Bapak Cai.

“Menyapu lantai? Kamu yakin mau menyapu lantai”?

“Yakin.”

“Berapa jam sehari?”

“Enam jam”.

“Jam kerjanya lebih fleksibel. Saya lebih mudah mengaturnya. Bibi mengajak saya keluar dan berkenalan dengan orang lain. Ini membuat saya merasa lebih nyaman”.

“Semua orang di sini sangat ramah padamu”.

“Benar”.

“Mereka bagai keluargamu sendiri”.

Para Bodhisatwa dunia dengan penuh cinta kasih memberikan bantuan bagi setiap keluarga yang membutuhkan. Inilah yang terjadi di Taiwan. Selama bertahun-tahun, relawan kita bersumbangsih sebagai Bodhisatwa. Singkat kata, ajaran Buddha setara untuk setiap orang, tetapi juga bergantung pada ketekunan setiap orang. Kita harus percaya akan hal ini. Hidup di dunia ini, kita harus meningkatkan kewaspadaan dan segera mengambil tindakan. Jangan hanya berdiam diri. Bumi sedang terserang demam. Karena itu, kita harus melindunginya.

Menyerap Dharma ke dalam hati dan giat mempraktikkan Dharma

Memulihkan kampung halaman dan membawa harapan bagi korban bencana

Sepakat dan bertindak bersama untuk melindungi Bumi

Memberikan pendampingan dengan sabar dan melenyapkan kegelapan batin

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Mei 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal  28 Mei 2016
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -