Ceramah Master Cheng Yen: Menyinari Dunia dengan Cahaya Hati

“Tiga, dua, satu, angkat! Perlahan. Sepuluh orang relawan laki-laki harus menariknya secara bersamaan. Sisi kanan dan kiri harus seimbang, barulah kain itu bisa naik dengan rata. Inilah kesatuan hati dan kerja sama kita di Tzu Chi. Semua orang harus saling menyesuaikan diri, baru bisa mewujudkan keindahan,” kata Huang Jun-ming, relawan Tzu Chi.

“Tim penarik kain tahun ini terdiri dari 35 orang  relawan laki-laki dari Zhongzheng serta 25 orang relawan tanggap darurat wilayah utara. Jumlahnya ada  60 orang relawan. Kami sangat gembira. Setiap kali melihat gambar Buddha tersebut terpampang dengan agung, itulah saat yang paling menggembirakan bagi kami,”  kata Lin Zhi-yue, relawan Tzu Chi lainnya.

Terima kasih kepada para relawan senior. Semua orang membentuk bola dunia di tengah hamparan bintang untuk menyambut Yang Maha Sadar di Alam Semesta. Lihatlah, dengan ketulusan hati, semua orang bagai mengundang  Yang Maha Sadar untuk datang ke dunia dalam upacara Pemandian Rupang Buddha itu. Pemandangannya penuh keharmonisan. Puluhan ribu orang berkumpul bersama untuk menyaksikan kemurnian ajaran Buddha. Kemurnian ini bagaikan kristal. Semangat ajaran Buddha demikian murni. Para relawan telah bekerja keras. Namun, pada akhirnya semua orang tentu dipenuhi rasa sukacita dalam Dharma. Orang-orang di dalam kelompok besar ini sangat penuh inisiatif. Berkat kesatuan tekad dari semua orang, kita dapat melihat kekuatan dan keagungan. Ini sungguh tidak mudah.


“Sesungguhnya, hari ini saya datang untuk sedikit berbagi kisah. Setengah tahun ini, saya banyak berubah. Terus terang, dahulu saya tidak suka Tzu Chi. Kadang saya juga melihat berita-berita miring tentang Tzu Chi di internet. Kemudian, karena saya mengenal Jing-yao, saya baru tahu jika dia tengah mengikuti pelatihan relawan. Suatu hari, saat pergi makan, dia bercerita kepada saya tentang pengalamannya saat melakukan survei dan berbagai hal lain tentang keluarga besar Tzu Chi. Perlahan-lahan saya menerima penjelasannya ,”  kata Lin Can-cheng, relawan Tzu Chi.

“Kira-kira pada akhir tahun lalu, suatu hari dia datang mengajak saya untuk membantu dekorasi acara Pemberkahan Akhir Tahun di Aula Jing Si Xindian. Anak-anak tim penabuh genderang juga mengajak saya mengikuti kegiatan. Dahulu, saya bersama teman-teman hanya bersenang-senang dan bermain-main. Di Tzu Chi, meski saya hanya melakukan hal yang biasa, tetapi setelah bergaul dengan semua orang, sesungguhnya saya bisa banyak belajar berbagai hal positif dari para senior. Dibandingkan dengan yang dahulu, temperamen saya sudah jauh lebih baik. Dalam mengerjakan sesuatu, juga lebih luwes daripada dahulu. Sesungguhnya, sejak saat itu, saya sendiri perlahan-lahan mulai bersedia untuk lebih memahami Tzu Chi. Tahun ini saya juga mulai mengikuti pelatihan dan kelak akan semakin aktif di dalam keluarga besar ini,” imbuhnya.


Para anggota tim penabuh genderang saling mengenal lewat kegiatan Tzu Chi. Dengan cara ini, kalian juga mendapat teman yang memiliki tekad sama. Kalian sungguh beruntung dan penuh berkah. Di tengah berkah ini, kalian menumbuhkan kebijaksanaan. Kalian berada di lingkungan yang penuh kebijaksanaan dengan adanya para senior yang membimbing lewat tindakan nyata. Beberapa relawan senior Tzu Chi di sini bersumbangsih bersama orang tua kalian. Dengan mengikuti kegiatan Tzu Chi, kalian tahu apa yang orang tua kalian lakukan. Orang tua kalian bersumbangsih demi dunia. Tanpa para relawan senior dan orang tua kalian, di dunia ini tidak akan ada Tzu Chi yang begitu tersebar luas hingga ke 99 negara. Mereka membuka jalan di dunia.

Saya sangat berterima kasih atas adanya insan Tzu Chi yang berjalan di Jalan Bodhisatwa. Saya berharap kalian semua menggunakan peran kalian sebagai anak muda untuk menginspirasi lebih banyak orang agar bisa mengikuti kalian dan berjalan di arah yang sama. Anak muda hendaknya membimbing anak muda. Anak muda harus membimbing anak-anak yang lebih muda. Saya harap kalian yang belum mengenal Tzu Chi dapat lebih banyak mengikuti kegiatan agar lebih memahami Tzu Chi. Di dalam Tzu Chi ada banyak hal yang tak habis untuk kalian pelajari, banyak sekali.


Dunia masa depan adalah dunia anak muda. Untuk membuat dunia damai, kalian harus menyucikan hati manusia. Menyucikan hati manusia berarti menginspirasi orang lain. Ini sungguh indah. Ini bukanlah hal yang tak mungkin untuk dilakukan asalkan kita memiliki niat. Tadi pagi kita mendengar relawan dari Filipina berbagi. Saya sangat terharu. Para relawan di sana membimbing kaum muda sehingga para Tzu Ching (muda-mudi Tzu Chi –red) di sana dapat kembali membimbing anak-anak yang lebih muda. Ini sungguh tidak mudah. Para relawan berusaha mewariskan semangat Tzu Chi kepada yang lebih muda. Kaum muda pun menerima kekuatan cinta kasih dari relawan senior yang telah membimbing mereka dengan keteladanan yang baik.

Para Tzu Ching ini telah menghimpun cinta kasih sehingga membuat lingkungan di sana menjadi bersih dan penuh harapan. Inilah keharmonisan bagi masyarakat. Sumbangsih seperti ini adalah wujud balas budi kepada orang tua. Saya juga ingin berpesan kepada kaum muda bahwa berbuat kebajikan dan menyelami kebenaran adalah wujud berbakti pada orang tua. Orang tua memberi kita tubuh ini dan membesarkan kita dengan sepenuh hati. Singkat kata, tidak semua orang begitu beruntung. Begitu dilahirkan, kalian merasakan kehangatan di dunia ini, sedangkan orang lain berada dalam kekurangan dan tak menemukan penolong seumur hidup. Jadi, kita sangat beruntung.

 

Kini kalian harus bertekad dan berikrar untuk menjadi penyelamat bagi orang lain. Inilah cara membalas budi luhur orang tua. Orang tua telah melahirkan kalian. Kalian hendaknya dapat menciptakan berkah bagi masyarakat agar orang tua dapat berbagi kepada orang lain tentang apa yang telah kalian lakukan. Orang lain pun akan memberi pujian kepada mereka, ‘Anda sangat beruntung. Bagaimana mendidiknya hingga begitu berbakti dan bisa berbuat banyak kebaikan bagi dunia?’.

Kehidupan kita harus bermanfaat bagi dunia. Kita harus memiliki kehidupan yang bernilai. Perbuatan baik juga memiliki pahala, bukan tidak ada. Untuk memupuk pahala, kita harus melatih diri dan bersumbangsih. Manfaatnya dapat kalian rasakan sendiri. Setiap orang hendaknya menghimpun jalinan jodoh untuk bersumbangsih bagi masyarakat.

Semoga kehidupan kalian dapat membawa cahaya yang jernih bagi masyarakat. Ini berarti menciptakan harapan bagi masyarakat. Inilah wujud dari berbakti. Masyarakat menjadi penuh harapan berkat adanya kalian. Kekuatan satu orang tidaklah cukup. Dibutuhkan sekelompok orang yang memiliki tekad dan arah yang sama untuk menghimpun cahaya hati. Dengan cahaya hati yang terhimpun ini, kalian dapat membuka jalan bagi dunia.

Membalas budi luhur orang tua lewat sumbangsih nyata
Membimbing kaum muda untuk berbuat kebajikan
Membuat bangga orang tua sebagai wujud bakti
Membawa cahaya harapan bagi masyarakat

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 Juni 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 24 Juni 2019

Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -