Ceramah Master Cheng Yen: Menyirami Ladang Batin dengan Dharma
Kita melihat insan Tzu Chi dari berbagai negara berbagi pengalaman. Kekuatan cinta kasih mereka membuktikan bahwa semua orang memiliki cinta kasih universal yang sama. Sungguh, cinta kasih universal merupakan bahasa bersama di dunia ini. Cinta kasih yang bisa merangkul segalanya dibutuhkan dalam menapaki Jalan Bodhisatwa. Bodhisatwa harus memiliki kelapangan hati untuk memperhatikan orang-orang yang menderita di seluruh dunia.
Di sebagian negara, relawan kita juga tidak kaya materi, tetapi dengan membangkitkan cinta kasih, mereka menjadi orang yang kaya batin. Dengan batin yang kaya, mereka bisa menolong sesama. Ini berkat cinta kasih universal yang tak terbatas.
Kita bisa mendengar relawan dari Vietnam dan Kamboja berbagi pengalaman. Kedua negara ini telah menjalin jodoh dengan Tzu Chi sejak lebih dari 20 tahun lalu. Namun, karena ulah manusia, jalinan jodoh ini pernah terputus. Selama beberapa tahun ini, Relawan Chen di Vietnam dan Relawan Xie di Kamboja sangat bersungguh hati untuk menyambung kembali jalinan jodoh yang sempat terputus ini. Mereka menginspirasi cinta kasih orang-orang sehingga bisa menciptakan berkah bagi orang yang membutuhkan di negara masing-masing. Saya sangat tersentuh dan menyemangati mereka untuk lebih bekerja keras.
Menjalankan Tzu Chi di Jepang juga tidak mudah. Namun, asalkan ada tekad maka tidak ada hal yang sulit. Saya sangat bersyukur. Jalinan jodoh Tzu Chi di Sri Lanka pun telah terjalin belasan tahun. Kita melihat sekelompok relawan muda dari Sri Lanka. Mereka bergabung dari usia belasan tahun dan kini telah dewasa. Benih kebajikan telah tertanam di dalam ladang batin mereka. Ada yang berikrar untuk menuntut ilmu di Taiwan. Ada pula yang berikrar untuk meninggalkan keduniawian dan melatih diri di Griya Jing Si kelak. Keduanya membangun ikrar yang baik.
Semoga relawan dari Sri Lanka yang berikrar untuk menjadi bhiksuni di Griya Jing Si dapat mewariskan cinta kasih dan silsilah Dharma Jing Si di Sri Lanka. Dengan membangkitkan sebersit niat, dia bisa berikrar dengan tulus. Saya berharap dia dapat mewariskan ajaran Jing Si dan menyebarluaskan mazhab Tzu Chi di Sri Lanka agar di Sri Lanka terhimpun kekuatan yang lebih besar. Ini merupakan harapan saya.
Ada pula insan Tzu Chi dari 3 negara Brazil, Paraguay, dan Argentina di Amerika Selatan yang wilayahnya sangat luas. Akan tetapi, di tiga negara ini, jumlah insan Tzu Chi agak sedikit. Kita harus lebih bekerja keras dan tekun untuk menginspirasi relawan baru. Satu benih bertumbuh menjadi tak terhingga dan yang tak terhingga bertumbuh dari satu. Inilah harapan saya.
Kita bisa melihat insan Tzu Chi Malaysia yang barisannya sangat panjang dan penuh energi. Mereka juga bertekad untuk menginspirasi jutaan Bodhisatwa. Saya berkata pada mereka, “Bukan jutaan, melainkan tak terhingga.”
“Kami akan bersyukur, menghormati, dan mengasihi kehidupan; harmonis tanpa pertikaian, menciptakan berkah bersama; membentangkan Jalan Tzu Chi secara luas dengan cinta kasih; menghimpun niat baik dari jutaan Bodhisatwa.” (ikrar insan Tzu Chi Malaysia).
Saya mendoakan kalian, semoga setiap orang bisa menginspirasi Bodhisatwa yang tak terhingga. Sebersit niat bagaikan sebutir benih. Kita meneladani hati Bodhisatwa. Sebagai insan Tzu Chi, kita meneladani hati Bodhisatwa. Kita harus menginspirasi Bodhisatwa yang tak terhingga.
“Nama saya Lin Qi-zhi. Saya sudah berusia 81 tahun. Saya menggalang hati dan dana. Saat masih berseragam abu-abu putih, saya harus merekrut 40 donatur. Kemana saya harus merekrut donatur? Awalnya, saya merekrut kerabat dan teman saya. Setelah mereka bersedia menjadi donatur saya dan akan menyerahkan donasi, saya membungkukkan badan dan bersyukur pada mereka. Saat menyerahkan tanda terima donasi, saya juga membungkukkan badan dan bersyukur pada mereka. Jadi, saya membungkukkan badan dua kali. Saat saya berbuat begitu, orang lain berkata, ‘Saya juga mau berdonasi’. Sekarang saya sudah memiliki lebih dari 200 donatur. Saya harus terus bekerja keras,” kata Lin Qi-zhi, relawan Myanmar.
“Kami berikrar di hadapan Master untuk bekerja sama dengan harmonis, tekun menggarap ladang berkah, dan menginspirasi lebih banyak Bodhisatwa. Master tidak perlu khawatir,” kata insan Tzu Chi Myanmar lainnya.
Tadi insan Tzu Chi Myanmar berkata, “Master tidak perlu khawatir.” Sungguh, banyak yang saya khawatirkan. Namun, di sini saya ingin berkata pada kalian bahwa insan Tzu Chi di negara mana pun merupakan murid saya. Saya membimbing kalian ke Tzu Chi, tetapi kalian harus melatih diri sendiri. Ini bergantung pada kalian bisa menerima Dharma atau tidak. Meski dahulu pernah tersesat, kini kalian telah kembali ke jalan yang benar. Sebersit niat menyimpang yang timbul dalam sekejap dapat membuat kita jauh tersesat. Karena itu, kita harus sangat waspada terhadap niat yang timbul.
Bodhisatwa sekalian, kita harus memasang sebuah filter di dalam hati. Berhubung kita mempelajari Dharma di tengah makhluk awam, kita juga harus memasang sebuah filter di telinga kita untuk menyaring suara yang dapat menimbulkan kegelapan dan noda batin. Saat mendengar ajaran yang baik, kita harus menyerapnya untuk membasahi ladang batin kita agar benih kebajikan kita dapat bertunas dan terus bertumbuh dari pohon kecil menjadi pohon besar. Sebatang pohon besar dapat menghasilkan benih yang tak terhingga dan setiap butir benih dapat menghasilkan benih yang tak terhingga lagi. Satu benih bisa bertumbuh menjadi tak terhingga. Apakah kalian paham? (Paham)
Jadi, saya membimbing kalian ke Tzu Chi, tetapi kalian harus...? (“Melatih diri sendiri,” jawab para relawan)
Benar. Mari kita senantiasa bersungguh hati. Semoga kalian yang kembali kali ini dapat menyerap apa yang saya katakan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari serta membimbing orang lain. Apakah kalian paham? (“Paham,” jawab para relawan)
Jika hati manusia tersucikan, barulah dunia bisa tenteram.
Menjadi orang yang kaya batin dengan
membangkitkan cinta kasih
Menjalin jodoh baik hingga tempat yang jauh
dan mewariskan ajaran Jing Si
Menyaring kegelapan batin dan selalu
tekun melatih diri
Senantiasa menyelaraskan pikiran dan
bersungguh-sungguh melatih diri
Ceramah Master
Cheng Yen tanggal 20 Juni 2019
Sumber: Lentera
Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry,
Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal
22 Juni 2019