Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan dan Mencerahkan Dunia dengan Kebijaksanaan
Selama dua hari ini, saya merasakan bahwa insan Tzu Chi di seluruh Malaysia bersatu hati dan menyebarkan cinta kasih ke seluruh Malaysia. Dengan hati tertulus, mereka memberi penghormatan dan persembahan bagi saya. Saya sungguh merasa sangat puas. Inilah harapan saya selama ini. Di Malaysia, para relawan kita berpegang pada ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi. Jika semua orang bisa bersatu hati, mereka bisa menjadi teladan. Kita bisa mendengar bagaimana mereka menjalankan Empat Misi Tzu Chi di Malaysia.
Di Pusat Cuci Darah Tzu Chi Penang, pelayanan cuci darah gratis telah diberikan selama 20 tahun. Selain itu, yang lebih menyentuh adalah mereka bukan hanya mencuci darah, tetapi juga menyucikan hati pasien. Demikianlah mereka menyelamatkan makhluk yang menderita. Setelah melenyapkan penderitaan, mereka juga berbagi Dharma. Mereka sungguh telah melakukannya. Tanpa memandang perbedaan agama, mereka memberi bantuan dengan tulus.
Mereka bukan hanya memberikan pelayanan cuci darah gratis. Bagi keluarga yang kekurangan, relawan kita juga memberikan bantuan agar kondisi kehidupan mereka membaik dan anak-anak dapat menerima pendidikan. Bantuan yang diberikan sangat menyeluruh. Selama bertahun-tahun, saya sangat memuji para relawan di Penang. Mereka sepenuh hati mewariskan semangat ajaran Jing Si.
Begitu pula dengan relawan di Kuala Lumpur dan Selangor. Mereka menyebarluaskan mazhab Tzu Chi dan menginspirasi banyak pengusaha. Para pengusaha itu juga mengikuti pelatihan relawan. Saya juga mendengar bahwa relawan kita menjadikan pasar sebagai ladang pelatihan. Di Penang, Kuala Lumpur, dan Selangor, para relawan bergerak untuk merekrut “Sejuta Bodhisatwa”.
Para relawan lansia dan muda mengunjungi setiap pedagang di pasar. Mereka sungguh mengagumkan. Saya berkata pada mereka bahwa itu bukan demi menggalang dana, melainkan demi menyucikan hati manusia. Karena itu, mereka membagikan celengan bambu di berbagai tempat untuk menghimpun tetes demi tetes cinta kasih. Sungguh, saya sangat tersentuh dan bersyukur. Inilah yang disebut menyatukan ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi. Mereka benar-benar menjalankan apa yang mereka ucapkan.
Kali ini, saya juga mendengar tentang pemandian rupang Buddha. Warga setempat sangat memuji relawan kita. Saya merasa sangat puas dan tidak ada penyesalan. Ini merupakan persembahan terbaik bagi saya. Saya telah menerima penghormatan dan persembahan mereka. Untuk menyelamatkan orang-orang, hati kita harus sangat tulus dan sungguh-sungguh.
Lihatlah para relawan perempuan yang sudah lanjut usia. Mereka ingin mengubah sebuah “kawasan hitam” menjadi kawasan yang cemerlang. Kawasan itu penuh dengan bangunan liar sehingga mudah terjadi kebakaran. Setiap kali terjadi kebakaran, api terus merambat. Insan Tzu Chi sudah berkali-kali pergi ke sana untuk memberikan bantuan. Mereka telah menabur benih cinta kasih di sana dan masih terus melakukannya.
Benih-benih cinta kasih mulai ditabur sejak belasan tahun lalu. Tanpa disadari, benih cinta kasih tertanam di dalam hati orang-orang. Meski tempat itu penuh kekeruhan, tetapi dengan hati yang tulus, para relawan, terlebih relawan lansia, dapat menginspirasi cinta kasih. Dengan kebajikan di dalam hati, mereka menjadi kuat dan berani. Para relawan lansia hanya memiliki satu harapan yang murni dan tulus.
“Saat pertama kali pergi ke sana, saya merasa agak takut. Setelah beberapa kali, saya tidak merasa takut lagi karena kita harus terjun ke masyarakat,” petikan wawancara Mei Bao-lian, relawan Tzu Chi.
“Master Cheng Yen berkata bahwa tempat tergelap dan terdingin adalah tempat yang harus dijangkau insan Tzu Chi. Kami tidak takut. Sungguh, saya merasa bahwa kami memiliki semangat misi yang tinggi,” petikan wawancara Guan Bao-jian, relawan Tzu Chi.
Saat menjangkau kawasan itu, mereka juga pernah diancam dengan pisau untuk meninggalkan tempat itu. Namun, mereka tetap maju selangkah demi selangkah. Di sana, mereka melihat bahwa anak-anak membutuhkan pendidikan. Jika tidak, ada yang berkelahi, ada pula yang belajar berjudi. Pada tahun 2016, insan Tzu Chi mulai melakukan perencanaan agar anak-anak bisa menerima pendidikan. Mereka membuka dua kelas untuk memberi pendidikan pada anak-anak.
“Pada dasarnya, untuk menulis huruf A sampai Z saja, anak-anak tidak bisa. Jadi, mereka bersusah payah menulisnya. Tingkat konsentrasi mereka sangat rendah. Setelah duduk lima menit, mereka mulai mondar-mandir di dalam kelas,” petikan wawancara Liang Yan-e, relawan Tzu Chi.
“Pada dua bulan pertama, saya kehilangan suara,” petikan wawancara Guru Pusat Pendidikan Tzu Chi.
“Kami meminta para guru agar tidak memukul atau memarahi murid. Kami mengingatkan mereka akan hal ini,” petikan wawancara Chen Wen-zhong, relawan Tzu Chi.
“Setelah berinteraksi dengan kita, mereka akan merasakan ketulusan kita. Mereka juga akan tergugah oleh cinta kasih kita. Jadi, kita bisa melihat mereka perlahan-lahan berubah dan memperbaiki temperamen mereka,” petikan wawancara Chen Wen-zhong, relawan Tzu Chi.
Lihatlah, anak-anak telah berubah. Anak-anak sudah bisa menyanyikan lagu Tzu Chi, “Tiga Tiada”. Para guru mengajari anak-anak untuk berinteraksi dengan cinta kasih, memaafkan orang lain, dan lain-lain.
“Dalam bahasa Mandarin, kita menyebutnya “bersih dari sumbernya”. Bersih dari sumbernya. Artinya, saat kita memungut barang daur ulang yang kotor, kita harus membersihkannya dengan air,” petikan wawancara Chen Wen-zhong, relawan Tzu Chi.
Lihatlah, satu bertumbuh menjadi tak terhingga. Satu lentera dapat menyalakan lentera-lentera lainnya. Satu lilin yang menyala dapat digunakan untuk menyalakan lilin-lilin lain tanpa merugikan lilin tersebut. Sebaliknya, sekelilingnya semakin terang. Jadi, kawasan hitam tersebut diubah menjadi kawasan yang cemerlang.
“Saya ingin menggapai cita-cita saya. Cita-cita saya adalah membantu orang yang tidak bisa membaca,” petikan wawancara Murid Pusat Pendidikan Tzu Chi.
“Sebelumnya, mereka tak punya masa depan. Namun, setelah organisasi ini muncul, mereka mulai berubah, termasuk kondisi batin mereka. Mereka bisa membayangkan masa depan mereka. Mereka punya masa depan yang lebih cerah dan tidak akan patah semangat untuk menggapai cita-cita,” petikan wawancara Guru Pusat Pendidikan Tzu Chi.
Lihatlah, pahala mereka tak terhingga. Mereka bukan hanya menjalankan misi pendidikan. Kita juga mendengar tentang misi kesehatan. Anggota TIMA sungguh sangat berdedikasi di sana. Singkat kata, detik demi detik terus berlalu. Kita harus menggenggam setiap momen dalam hidup kita untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.
Insan Tzu Chi Malaysia memberi persembahan dengan kesatuan hati dan ketulusan
Merekrut Bodhisatwa dengan membangkitkan kekayaan batin warga kurang mampu
Mencerahkan dunia dengan kebijaksanaan
Menabur benih cinta kasih yang tak terhingga untuk menciptakan Tanah Suci di dunia
Ceramah Master Cheng Yen tanggal: 21 Mei 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal: 23 Mei 2018
Editor: Arimami Suryo A