Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Dunia dengan Mempraktikkan Kebajikan dan Memperluas Cinta Kasih


Bodhisatwa sekalian, tahun 2022 telah tiba. Tahun demi tahun terus berlalu. Tzu Chi telah memasuki tahun ke-56. Beberapa bulan lagi, kita akan memperingati ulang tahun Tzu Chi yang ke-57. Ada sebuah kisah di sebidang lahan ini. Lebih dari 20 tahun yang lalu, ketika saya mengunjungi Pingtung, datanglah seorang relawan kita, Zhuang Shen-si, yang dengan tulus berkata, "Saya sungguh berharap Master dapat melihat sebidang lahan di Tainan." Lalu, dia menunjukkan kepada saya sebuah peta dan berkata, "Master, mari kita pergi lihat lahan ini. Semoga Master menyukai lahan ini."

Sebelum menemui saya, dia meletakkan sertifikat tanah di atas altar dan berdoa dengan tulus selama tiga hari agar saat saya datang ke Tainan dan menyukai lahan ini. Akhirnya saya datang ke sini. Saya melihat sebidang lahan yang sangat indah dan itu terletak di perkotaan. Di samping itu, Bapak Zhuang juga mengelola TK dengan sangat baik di sana. Namun, dia rela menyumbangkan lahannya kepada Tzu Chi agar kita dapat mengembangkan misi Tzu Chi di Tainan untuk membawa manfaat bagi lebih banyak orang dan makin banyak orang memahami Tzu Chi.

“Saya berkata kepada adik ipar saya, ‘Saya tahu Master sedang mencari sebidang lahan di Tainan. Bagaimana pendapatmu jika saya menyumbangkan lahan rumah saya?’ Lalu, dia menggelengkan kepalanya dan berkata, ‘Itu terlalu kecil.’ Saya bertanya lagi, ‘Bagaimana dengan lahan di TK kita?’ Dia pun menjawab, ‘Boleh, itu bagus sekali.’ Mendengar dia berkata demikian, hati saya pun siap untuk menyumbangkan lahan tersebut. Ketika pulang ke rumah, saya membicarakan hal ini dengan suami saya. Dia mengatakan bahwa Master pandai memilih lahan. Saya mengatakan kepadanya bahwa Master pasti akan menyetujuinya. Suatu hari, saya menelepon Kakak Cai Bo-zhou dan berkata, ‘Suami saya hendak menyumbangkan sebidang lahan ini bagi Master.’ Dia bertanya, ‘Benarkah?’ Saya pun menjawab, ‘Iya.’ Kemudian saya berkata kepada suami saya, ‘Kamu harus menepati janjimu.’ Dia menjawab, ‘Saya pasti akan menepatinya,’” cerita Huang Qiu-xiang, relawan Tzu Chi.


Ternyata di balik kisah ini ada seorang istri yang sungguh berbudi luhur dan bijaksana yang memberi semangat dan dukungan pada suaminya. Selain itu, anak-anak mereka juga sangat patuh. Tidak peduli apa pun keputusan mereka, anak-anak mereka selalu mendukung mereka.

“Saya sangat bersyukur kepada Master yang telah menerima sebidang lahan ini. Meskipun kami menyumbangkannya atas nama Master, tetapi sesungguhnya kamilah yang menggunakannya. Jadi, kita semua harus menjalankan Tzu Chi dengan kesatuan hati agar relawan di tempat ini makin banyak,” lanjut Huang Qiu-xiang.

Berkat sebidang lahan ini, kini kita bisa berhimpun bersama di sini dan saya bisa memberikan ceramah bagi kalian semua. Sudah lebih dari 20 tahun yang lalu sejak kita mendirikan Aula Jing Si di sini. Semoga semangat Tzu Chi dapat diwariskan dari generasi ke generasi. Insan Tzu Chi menjalankan misi Tzu Chi untuk menciptakan berkah bagi dunia.

Misi amal kita menjangkau seluruh dunia. Ada pula anggota Tzu Cheng dan anggota komite yang sudah senior di Tainan. Mereka sangat tekun dan bersemangat melatih diri di ladang pelatihan Bodhisatwa serta pernah berpartisipasi dalam misi bantuan bencana internasional. Berkat ladang pelatihan Bodhisatwa ini, kita bisa membina banyak Bodhisatwa yang menjaga masyarakat setempat.


Di negara mana pun mereka dibutuhkan, mereka selalu bertekad untuk bersumbangsih dengan sukacita dan welas asih. Mereka telah menyalurkan bantuan ke banyak negara. Tanpa sebidang lahan ini, bagaimana orang-orang dapat saling membimbing dan menyemangati untuk bersumbangsih dengan cinta kasih?

Bagaimana mungkin ada begitu banyak orang bajik yang menjalankan misi bantuan bencana internasional dengan berani dan welas asih?

Selama lebih dari 50 tahun ini, dana amal Tzu Chi berasal dari akumulasi sedikit demi sedikit donasi. Saat membuka edisi pertama buletin Tzu Chi, kita dapat melihat daftar nama orang-orang yang mendonasikan 50 sen per hari atau 5 dolar NT per bulan. Tidak peduli berapa banyak yang mereka donasikan, semuanya terpampang jelas dalam buletin itu. Mereka semua telah bertekad untuk bersumbangsih dengan menyisihkan 50 sen atau satu dolar NT per hari. Jadi, baik donasi 5 atau 15 dolar NT per bulan, semuanya terpampang jelas dalam buletin kita.

Semangat celengan bambu masih dipraktikkan hingga sekarang. Saya sangat bersyukur. Seiring pertumbuhan populasi dan kesejahteraan masyarakat selama lebih dari 50 tahun terakhir ini, makin banyak orang yang mengembangkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Kalian tentu pernah mendengar saya berpesan bahwa kita harus mengembangkan cinta kasih agung tanpa syarat untuk mengasihi orang-orang menderita yang tidak memiliki hubungan dengan kita pun.


Kita juga harus mengembangkan welas asih agung yang merasa senasib dan sepenanggungan agar kita dapat merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaan kita sendiri. Intinya, kita tidak tega melihat semua makhluk menderita. Karena itu, kita terus menghimpun tetes-tetes sumbangsih hingga sekarang. Mari kita bersungguh hati untuk menggenggam waktu yang ada agar tidak berlalu dengan sia-sia. Kita yang masih sehat dan bisa bergerak dengan leluasa bisa melakukan apa saja. Asalkan kita memiliki niat baik dan mempraktikkan kebajikan secara nyata, kita akan memperoleh pencapaian dan kehidupan kita akan bernilai.

Jadi, Bodhisatwa sekalian, hendaklah kita menjaga hati, ucapan, dan pikiran kita dengan sungguh-sungguh. Mari kita bertutur kata baik dan jujur serta menjaga sikap dan perilaku kita. Mari kita mempraktikkan kebajikan secara nyata dan bersumbangsih dengan cinta kasih. Selain itu, kita juga harus setiap saat menjaga hati dan pikiran kita agar tetap murni. Jadi, dengan menjaga hati, ucapan, dan pikiran kita dalam kebajikan, tentu masyarakat dan semua orang di dunia ini dapat hidup harmonis, aman, dan tenteram. Saat dunia harmonis, masyarakat aman dan tenteram, serta empat unsur alam selaras, maka terciptalah Tanah Suci di dunia ini.

Membawa manfaat bagi semua makhluk dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin.
Ladang pelatihan para Bodhisatwa bagaikan batu karang yang kukuh
Mempertahankan kebajikan dan memperluas cinta kasih hingga selamanya
Dunia yang harmonis menciptakan Tanah Suci

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 04 Januari 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 06 Januari 2022
Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -