Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Dunia dengan Welas Asih

“Kakak Handaya dan Kakak Komariah datang ke Tzu Chi karena menyaksikan DAAI TV. Mereka memiliki gangguan pendengaran,” ujar Chia Wen Yu, relawan komite senior Tzu Chi Indonesia.

“Kami sudah bervegetaris selama empat tahun. Meski susah untuk berbicara, kami bisa menggunakan tubuh dengan tulus untuk melakukan kebajikan seperti bagi beras atau mengantar dan menjemput pasien. Kami mohon agar Master jangan khawatir. Kami akan terus menjalankan Tzu Chi. Terima kasih, Master,” ujar Handaya, Relawan Tzu Chi Indonesia.

Saya sangat terharu melihat sepasang suami istri dari Indonesia ini. Meski memiliki kendala bahasa dan komunikasi, tetapi hati mereka sangatlah lapang. Terlepas dari apa keyakinan mereka, mereka tetap bisa menyatu dengan keluarga besar Tzu Chi dan bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa.

Kita juga melihat para relawan yang sebelumnya hidup dalam kekurangan, tetapi kini telah memiliki kekayaan batin. Untuk membangkitkan kekayaan batin ini, dibutuhkan pendampingan penuh cinta kasih. Kini, warga di daerah tempat tinggal mereka juga telah mengembangkan cinta kasih dan menjalankan semangat celengan bambu. Kita bisa melihat butir-butir benih cinta kasih tumbuh dari benih menjadi pohon kecil, dan kini menjadi pohon besar. Saya selalu berterima kasih kepada insan Tzu Chi Indonesia.


Dalam waktu dua puluhan tahun yang singkat, terutama dalam belasan tahun terakhir, Tzu Chi berkembang dan membawa manfaat besar bagi negara itu. Masyarakat pun semakin harmonis. Kekuatan cinta kasih lewat Empat Misi Tzu Chi di Indonesia sangat teguh dan stabil. Saya sangat bersyukur.

Kali ini kita juga melihat para relawan dengan latar belakang agama berbeda-beda mengenakan pakaian seragam yang sama, yaitu "jubah kelembutan dan kesabaran". Mereka tetap mengenakan hijab dan tidak berganti agama saat memakai jubah kelembutan dan kesabaran serta berjalan di Jalan Bodhisatwa. Mereka memiliki hati penuh cinta kasih dan welas asih. Mereka berada di tempat yang sama dengan kita, juga mengenakan pakaian seragam relawan yang sama dengan kita.

Ada pula relawan Tzu Chi Hong Kong yang pernah hidup dalam kesesatan. Namun, kini dia telah bertobat secara terbuka. Segala kesalahan masa lalunya telah dia ungkapkan. Dia sudah bertobat atas masa lalunya. Di dalam ajaran Buddha, ini disebut melenyapkan kegelapan batin. Kegelapan batin ini dia lenyapkan sedikit demi sedikit sehingga kehidupan yang gelap menjadi terang. Tak peduli kondisi ekonominya baik atau tidak, selama dia memiliki cinta kasih, berarti dia memiliki kehidupan yang kaya. Inilah kekayaan batin.


Jadi, saya berharap kita semua jangan takut jika melakukan kesalahan, yang ditakutkan ialah tak mau memperbaikinya. Orang yang memperbaiki kesalahan akan memiliki masa depan yang cemerlang dan penuh kebaikan. Lihatlah di Jepang, para relawan pria ini bagaikan Bodhisatwa. Mereka memiliki hati yang lapang. Melihat orang-orang yang menderita, mereka mengikuti istri mereka bersumbangsih.

Contohnya, tahun ini di Jepang, bencana alam datang bertubi-tubi di berbagai tempat. Saya juga melihat para relawan di sana yang meski jumlahnya tidak banyak, tetapi telah mengulurkan cinta kasih dan membuat kita tersentuh. Di bawah terik matahari yang panasnya bagaikan api, seorang relawan mengalami sengatan panas dan dilarikan ke unit gawat darurat. Setelah pulih, dia kembali ke lokasi kegiatan karena mengingat para korban bencana membutuhkan makanan hangat dari Tzu Chi agar tubuh dan batin mereka merasakan ketenangan dan kebutuhan nutrisi mereka terpenuhi.

Para relawan sangat bersungguh hati dan penuh cinta kasih. Penyaluran bantuan di Jepang sangat sulit karena jumlah relawan Tzu Chi sangat sedikit. Bodhisatwa sekalian, saya ingin mengatakan bahwa kekuatan manusia harus banyak dan cinta kasih harus luas. Kekeruhan di masa kini sangat tebal. Hati manusia harus disucikan. Ini memang terdengar abstrak.


Intinya ialah membangkitkan cinta kasih setiap orang. Artinya, kita harus memperluas pandangan hingga ke seluruh dunia, tidak membeda-bedakan agama ataupun kemampuan ekonomi. Jika semua orang dapat bersumbangsih dengan cinta kasih, warga kurang mampu akan berkesempatan untuk memulai hidup baru.

Kita juga melihat di Vietnam ada seorang alumni Tzu Ching yang dilantik menjadi anggota Tzu Cheng dan akan meneruskan kembali semangat Tzu Chi kepada anak-anaknya. Kita juga melihat sebuah keluarga yang anak dan cucunya juga telah dilantik. Inilah cara mewariskan ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi. Di sini saya melihat di masa saya masih ada, ada relawan yang anak dan cucunya juga telah menjadi insan Tzu Chi dan menjadi murid Jing Si generasi pertama. Kalian mengerti maksud saya? (Mengerti)

Semua anggota keluarga sama-sama menjadi insan Tzu Chi generasi pertama. Ini sungguh luar biasa. Kebajikan harus segera dijalankan. Dharma harus diwariskan dari sekarang kepada anak cucu agar anak cucu di saat ini juga dapat meneguhkan semangat misi cinta kasih mereka. Inilah harapan terbesar saya terhadap kalian.

 

Hati yang lapang membangkitkan cinta kasih tanpa batas

Beragam keyakinan memiliki cinta kasih yang sama

Menyucikan dunia dengan cinta kasih dan welas asih

Mewariskan Dharma di dalam keluarga

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 November 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 21 November 2018

Menggunakan kekerasan hanya akan membesarkan masalah. Hati yang tenang dan sikap yang ramah baru benar-benar dapat menyelesaikan masalah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -