Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Hati agar Permata Memenuhi Dunia

Merebaknya wabah koronavirus kali ini merupakan salah satu bentuk dari tiga bencana, yakni penyakit menular. Penyakit menular seperti ini juga merupakan salah satu bentuk bencana yang disebut wabah penyakit. Siapa saja yang dapat menularkan virus ini kepada kita? Kita tidak tahu sehingga semua orang sangat khawatir.

Intinya, pada saat ini, lebih dari 20 negara telah terinfeksi dan jumlah kasus masih terus meningkat. Sehubungan dengan kemudahan transportasi, kebijakan pun harus dikeluarkan demi menghentikan penyebaran virus, yakni penghentian akses transportasi. Ini juga merupakan  salah satu langkah pencegahan.

Kita juga melakukan hal yang sama. Kita membatalkan acara-acara besar untuk mencegah penyebaran virus. Jika beberapa dari kita harus melakukan pelatihan diri bersama dengan jumlah orang yang sedikit, kita dapat merencanakannya pelan-pelan. Jalan pelatihan diri ini tidak boleh putus. Meski perlahan, kita tetap berada di jalan yang benar.

Jalan yang benar ini harus terus kita lanjutkan. Dengan begitu, barulah Dharma dan pelatihan diri kita tidak akan putus. Merebaknya wabah penyakit seperti ini telah membuat semua orang resah. Sebenarnya, kita harus menenangkan hati. Setelah hati kita tenang, barulah wabah ini dapat terkendali dan berlalu pelan-pelan. Ini semua bergantung pada pikiran manusia.

 

Pikiran manusia merupakan yang terpenting. Jangan sekali-kali menyebarkan hoaks. Dengan begitu, barulah hati kita dapat tenang.

Setelah hati kita tenang, kita harus berpikir baik-baik perlukah mengubah pola hidup. Mari kita berintrospeksi sejenak. Perlukah kita menaati sila dan bervegetaris dalam sebuah rentang waktu? Bukankah ini merupakan perwujudan dari doa yang tulus?

Setiap agama mengharapkan penganutnya untuk menenangkan hati serta bertobat dan berintrospeksi apakah perilaku mereka telah melewati batas. Mungkin saja manusia telah melewati batas. Kini kita harus tetap tenang. Jika kita telah melewati batas, segeralah memperbaiki diri. Kita harus menenangkan hati dan bervegetaris.

Selain itu, bagi kalian  yang hendak pergi ke rumah sakit, pakailah masker dengan baik. Mari kita menjaga diri baik-baik. Bagi kita yang tidak menuju rumah sakit, kita dapat membuat masker dari kain yang dikreasikan.

Relawan daur ulang Tzu Chi sangat banyak. Saya sangat berterima kasih kepada para relawan daur ulang. Saat orang-orang sedang menikmati Tahun Baru Imlek dengan santai, relawan daur ulang lansia ataupun muda tetap bekerja hingga larut malam. Alasan mereka melakukannya ialah demi menjaga kebersihan lingkungan dan melindungi Bumi. Cinta kasih mereka sangat tulus.

Sekelompok relawan daur ulang ini patut dikasihi. Relawan lansia melakukan daur ulang demi menjaga kesehatan. Jadi, kita harus memikirkan kesehatan mereka. Inilah yang kini harus sungguh-sungguh kita perhatikan.

Terima kasih, Bodhisatwa sekalian. Meski Tahun Baru Imlek telah berlalu, insan Tzu Chi tidak pernah berhenti bersumbangsih, terlebih insan Tzu Chi Taichung yang mempersiapkan Festival Lentera. Pada 1,5 bulan yang lalu, insan Tzu Chi Taichung menerima undangan untuk menghadiri Festival Lentera. Kita menerima undangan tersebut. Hasilnya sangat mengagumkan.


Dalam waktu 1,5 bulan, Tzu Cheng dan komite membuat lahan seluas 500 meter persegi menjadi terang. Benda apa yang menjadi terang? Berbagai kreasi daur ulang. Insan Tzu Chi membuat kreasi daur ulang seakan-akan hidup dan dapat berbicara. Tidak ada satu pun

yang bukan hasil daur ulang.

Barang yang tidak berguna mereka kumpulkan untuk mengembangkan kreativitas  dan kebijaksanaan.

“Gunting pinggirannya membentuk lengkungan seperti bunga teratai. Saat menggunting, perhatikan tangan kalian. Jangan sampai terluka,” ujar Lin Shu-qiao, Relawan Tzu Chi.

“Gunting dengan posisi berdiri agar bertenaga. Demi lentera bunga teratai, kita dapat menyumbangkan tenaga,” kata Chen Shan-yi, Relawan Tzu Chi.

“Kita mengusahakan penggunaan kembali. Barang yang dikumpulkan dapat dibuat menjadi kreasi yang indah. Keringkan botol plastik ini. Kami tidak ingin menyia-nyiakan listrik,” ujar Wu Li-hua, relawan Tzu Chi.

“Kami ingin mengeringkannya dengan alami. Botol dikibas dahulu agar airnya berkurang. Kita menerapkan konsep memperpanjang usia pakai. Selanjutnya, kami membuat warga mengerti bahwa beberapa barang bukannya tidak berguna. Kita hanya perlu menempatkannya dengan tepat,” tutur Chen Hui-zhen, relawan Tzu Chi.

Beberapa hari itu cuaca sangat dingin. Para anggota Tzu Cheng naik dan turun dari pagi hari hingga pukul 10 malam.

“Ini merupakan kreasi baru dan beberapa belum dicoba. Kita harus mencobanya di lokasi. Semua orang melakukannya dengan sukacita. Berhubung acaranya sudah dekat, betapa pun dinginnya cuaca, kami akan mulai bekerja tepat waktu hingga malam dan pulang setelah memeriksa fungsi lampu,” kata Lai Yuan-feng, relawan Tzu Chi.

 

Mereka mengejar pekerjaan siang dan malam. Melihat mereka berada di luar ruangan di tengah cuaca dingin demi Festival Lentera, saya merasa sangat tidak sampai hati. Akhirnya mereka berhasil menyelesaikannya dan hasilnya sangat mengagumkan. Ada lentera Kata Renungan Jing Si. Di atas kain biru, ada Kata Renungan Jing Si. Ini dipadukan dengan peringatan 30 tahun Kata Renungan Jing Si.

“Selanjutnya, di sisi lain adalah sisi mazhab Tzu Chi. Kami menyebutnya begitu sebagai bagian dari peringatan 30 tahun misi pelestarian lingkungan,” kata Wu Li-hua, relawan Tzu Chi.  

Kita telah melihat kreativitas dan kebijaksanaan mereka. Mereka mengubah sampah yang tidak berguna menjadi sebuah karya yang berguna di dunia. Ini sangatlah berharga. Banyak hal yang perlu disyukuri. Setiap orang sangat berguna dengan keahliannya masing-masing. Mereka merupakan permata.

Manusia, hewan, dan segala sesuatu di dunia merupakan permata. Saat Buddha meramalkan kebuddhaan murid-murid-Nya, dikatakan bahwa Tanah Buddha mereka dipenuhi permata. Saya rasa, semua permata yang dimaksud ialah manusia dan segala sesuatu di alam. Bukankah semuanya merupakan permata?

Terima kasih. Ternyata, segala sesuatu di dunia adalah permata. Namun, permata ini berasal dari lubuk hati. Lubuk hati yang bersih dan bebas dari noda serta mengarah ke arah yang benar disebut sebagai "dunia yang penuh permata". Kita harus mengembangkan ketulusan  setiap hari.

Pada siang hari, harap para relawan di rumah sakit dapat banyak mengimbau para pasien dan keluarga untuk berdoa bersama. Terima kasih. Mari kita berdoa demi ketenteraman dunia.

Menenangkan pikiran dan giat menapaki jalan yang benar
Bertobat dengan tulus demi meredam tiga bencana
Mengembangkan kreativitas dan kebijaksanaan
Menyucikan hati agar permata memenuhi dunia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Februari 2020
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 12 Februari 2020
Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -