Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Hati dan Membawa Manfaat bagi Sesama

“Kami sudah dilanda kekeringan selama 2 tahun. Kami hampir kehilangan semua hewan ternak dan tidak bisa menghasilkan tanaman pangan. Kami dilanda kelaparan,” kata Warga Harar, Etiopia.

Akibat kekeringan, warga sulit untuk bercocok tanam, bahkan persediaan air untuk kebutuhan sehari-hari juga terbatas. Melihat kondisi seperti ini, kita hendaknya meningkatkan kewaspadaan dan menghargai setiap tetes air. Melihat negara-negara lain mengalami krisis air, bisakah kita tidak waspada? Sementara negara-negara ini dilanda kekeringan dan krisis air, negara lain malah dilanda banjir.

Kini Amerika Serikat sedang dilanda banjir. Air sungai meluap, jalan juga terendam banjir. Begitu pula dengan Kanada. Kondisi banjir di sana sungguh membuat orang khawatir melihatnya. Insan Tzu Chi di sana berkata bahwa setelah banjir agak surut, mereka akan mulai melakukan survei. Sungguh, di mana pun bencana terjadi, insan Tzu Chi akan memperhatikan dan menanti waktu yang aman untuk menjangkau lokasi bencana dan memberikan bantuan bencana.

doc tzu chi

Kita juga melihat kebakaran hutan di Jepang. Jadi, unsur api, air, tanah, dan angin tidak selaras. Sesungguhnya, banyak negara di seluruh dunia yang dilanda bencana akibat ketidakselarasan empat unsur alam. Namun, kita bisa membawa kehangatan bagi para korban bencana.

Kita bisa melihat Sri Lanka. Kini, orang-orang merayakan tahun baru dengan harmonis tanpa memandang perbedaan agama dan ras. Insan Tzu Chi juga memberikan bingkisan tahun baru. Pemandangan ini sungguh penuh kehangatan. Antarumat beragama bisa bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong, inilah berkah bagi masyarakat.

Di Sri Lanka, semua orang merayakan tahun baru dengan penuh sukacita tanpa memandang perbedaan agama. Saya sungguh gembira melihatnya. Di Taiwan, dalam rangka Hari Waisak, insan Tzu Chi pergi ke lembaga pemasyarakatan untuk memberi tahu para penghuni lapas bahwa semua orang bisa mencapai kebuddhaan. Dengan mengulurkan sepasang tangan, 500 orang bisa menampilkan Bodhisatwa Avalokitesvara Berlengan Seribu.

Tadi, kita melihat banyak orang yang membentangkan sepasang tangan mereka. Setiap orang merupakan Bodhisatwa. Relawan kita menjangkau lembaga pemasyarakatan untuk membimbing para penghuni lapas hingga mereka bersedia naik ke atas panggung. Dibutuhkan waktu yang panjang hingga mereka bisa menerima bimbingan kita. Tindakan mereka juga menunjukkan bahwa hati mereka telah tersucikan. Dengan melatih diri di dalam lapas, kelak kebajikan hakiki mereka akan terbangkitkan dan akan membawa manfaat bagi orang-orang saat terjun ke tengah masyarakat. Inilah tujuan kita.

doc tzu chi

Selain itu, kita juga berusaha untuk membangkitkan rasa bakti mereka. Selain mengadakan pemandian rupang Buddha untuk bersyukur atas ajaran Buddha yang telah menyucikan hati dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan, kita juga berusaha untuk membangkitkan rasa bakti mereka dan menyadarkan mereka bagaimana orang tua bersusah payah membesarkan mereka.

Kita berharap mereka bisa menyadari kesalahan dan segera kembali ke jalan yang benar. Kita berharap setelah mereka menyadari pengorbanan orang tua mereka, mereka dapat berintrospeksi diri. Singkat kata, kita memanfaatkan hari raya seperti ini agar mereka bisa membalas budi luhur Buddha dan orang tua mereka. Pemandangan seperti ini sungguh penuh kehangatan dan menyentuh.

Bukan hanya lembaga pemasyarakatan, relawan kita juga mengunjungi penerima bantuan untuk mengantarkan bingkisan dan mengingatkan anak-anak untuk mengungkapkan rasa syukur kepada ibu mereka karena Hari Ibu hampir tiba.

“Maknanya akan berbeda jika kamu yang menyerahkannya pada ibumu,” kata Chien Ying-mei, Relawan Tzu Chi.

“Mengapa berbeda?,” tanya salah seorang murid.

“Kamu adalah putranya,” jawab Chien Ying-mei, Relawan Tzu Chi.

“Kami bertemu setiap hari. Saya tidak mau,” ujar murid tersebut.

“Warga Taiwan memang seperti ini. Kamu sangat mengagumkan, bisa merawat ibumu dengan begitu baik. Anak laki-laki biasanya malu untuk mengungkapkan perasaan mereka kepada ibu mereka. Karena itu, kita membimbingnya untuk mengungkapkan kasih sayang pada ibunya. Kita memanfaatkan kesempatan ini agar dia bisa mengungkapkan rasa syukur pada ibunya,” kata Chien Ying-mei, Relawan Tzu Chi.

doc tzu chi

Pada umumnya, warga Taiwan tidak terbiasa mengungkapkan perasaan mereka. Karena itu, insan Tzu Chi membuka pintu hati mereka agar mereka bisa mengungkapkan kasih sayang mereka. Ini sungguh penuh kehangatan. Selain penerima bantuan, kita juga membimbing murid-murid kita untuk bersyukur kepada orang tua.

Kita bisa melihat di Sekolah Tzu Chi Tainan, kita membimbing murid-murid untuk membalas budi luhur Buddha dan orang tua. Pendidikan seperti ini dibutuhkan dalam jangka panjang untuk membina karakter anak-anak. Para orang tua merasa sangat gembira.

Sebenarnya, dia merasa malu untuk mengungkapkan kasih sayangnya. Di saat seperti ini, dia bisa melakukannya dengan bimbingan gurunya. Ini membuat kami merasa penuh kehangatan dan sangat terharu,” kata Xie Ya-hui, Orang tua murid.

Kita berharap anak-anak bukan hanya mengungkapkan kasih sayang satu hari saja. Sesungguhnya, anak-anak mengetahui kerja keras orang tua. Karena itu, kita membimbing mereka untuk membantu orang tua dalam kehidupan sehari-hari. Selain tidak boleh merepotkan orang tua, mereka juga harus meringankan beban orang tua.

“Lantai dibasahi dulu agar nanti lebih mudah dibersihkan. Setelah memasak nasi dan mencuci piring, Ibu masih harus mengepel lantai dan menyiapkan buah-buahan,” kata Xie Bing-xuan, Murid kelas 3 SD Tzu Chi Tainan.

“Wah, sibuk sekali. Jadi,” kata relawan.

“Jadi, setiap hari Sabtu dan Minggu, saya membantu Ibu membersihkan toilet,” kata  Xie Bing-xuan.

“Pada umumnya, yang paling tidak ingin disentuh orang-orang adalah toilet. Mengapa anak sekecil ini bisa berinisiatif menawarkan diri untuk membantu membersihkan toilet? Saya sangat terkejut, juga sangat terharu,” kata Wang Jia-zhen, Ibu Xie Bing-xuan

Membantu pekerjaan rumah tangga adalah cara terbaik untuk membalas budi orang tua. Kita bisa melihat anak itu membersihkan toilet hingga sangat bersih dan mengelapnya hingga mengilap. Bukan hanya itu, dia juga membersihkan tangga dan bagian lainnya. Dia berkata bahwa biasanya, ibunya harus sangat bekerja keras. Jadi, dia ingin meringankan beban ibunya dengan menggantikan ibunya membersihkan toilet pada hari Sabtu dan Minggu.

Baik orang dewasa, anak-anak, keluarga, ataupun komunitas,  semuanya dijangkau dan dibimbing oleh insan Tzu Chi. Ini sungguh merupakan hal yang menyentuh. Hal yang menyentuh sangatlah banyak. Memiliki kesempatan untuk membimbing sesama, kita harus memanfaatkannya dengan baik.

Menanti waktu yang aman untuk menyurvei kondisi banjir
Bersama-sama merayakan tahun baru tanpa memandang perbedaan agama
Menyadari kesalahan dan kembali pada jalan cinta kasih
Membimbing anak-anak untuk membalas budi orang tua

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Mei 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 12 Mei 2017
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -