Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Hati dan Memberikan Bantuan

Meski kekuatan Topan Hato tidak tinggi, kita tetap harus bermawas diri dan tulus. Janganlah kita meremehkan topan ini. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus bermawas diri dan berhati tulus. Saya berharap setiap orang dapat memahami bahwa kondisi iklim bergantung pada pikiran manusia. Jika setiap orang bisa membangkitkan ketulusan dan menyelaraskan pikiran, maka kondisi iklim akan bersahabat.

Jadi, ini semua bergantung pada pikiran manusia. Lihatlah kebakaran hutan di Portugal yang berlangsung begitu lama dan merusak begitu banyak sumber daya alam. Ini sungguh menakutkan. Jadi, kita harus bermawas diri dan berhati tulus. Kehidupan manusia tidaklah kekal dan bumi pun rentan. Buddha senantiasa mengingatkan kita akan hal ini. Kita hendaknya menyadari kebenaran ini.

Kita bisa melihat saat ini, yang paling membutuhkan bantuan adalah Sierra Leone. Banyak warga yang selama ini hidup kekurangan. Kita masih terus memberikan bantuan di sana. Kita bisa melihat mereka memasak beras yang diperoleh. Meski hanya nasi putih, mereka sangat menikmatinya. Mereka tidak memiliki mangkuk dan selalu menggunakan kedua tangan mereka untuk mengambil nasi. Sambil makan, mereka juga menikmati aromanya. Sangat tidak mudah bagi orang-orang di sana untuk mendapatkan sesuap nasi.

Kita bisa melihat bahwa orang kurang mampu sangat mudah berpuas diri. Kehidupan setiap orang berbeda-beda. Kekuatan karma mengondisikan mereka terlahir di sana. Karena terlahir di lingkungan yang kekurangan, mereka mudah berpuas diri. Kita merasa bahwa mereka menderita karena kekurangan. Namun, wilayah yang makmur juga dilanda penderitaan, yakni penderitaan batin.

doc tzu chi

Meski kaya akan materi, tetapi batin mereka sangat menderita. Berhubung materi yang dimiliki orang kurang mampu sangat terbatas, maka sedikit barang bantuan saja bisa membuat mereka berpuas diri. Jadi, mereka mudah berpuas diri. Jika kita berbagi Dharma dengan mereka, maka mereka bisa membangkitkan kekayaan batin, bahkan bisa bersumbangsih bagi sesama. Kita harus bersungguh hati memahami prinsip kebenaran ini.

Taiwan sangat dipenuhi berkah. Tiga hari yang lalu, rumah permanen yang didirikan di Taoyuan telah diresmikan. Setiap keluarga pindah ke sana dengan gembira. Relawan kita juga mempersiapkan segalanya bagi mereka, seperti alat makan, beras, garam, dan minyak. Akibat tanah longsor yang terjadi pascatopan pada tahun 2015, warga suku asli kehilangan tempat tinggal dan terpaksa mengungsi ke tempat lain. Karena itu, walikota Taoyuan yang penuh rasa empati dan cinta kasih meminta bantuan pada Tzu Chi demi mereka.

“Saat topan menerjang, saya baru setengah tahun menjadi wali kota. Saya berpikir untuk memberikan sebuah teladan pembangunan kembali di Distrik Fuxing. Saya mendengar bahwa biasanya, setiap proyek pembangunan kembali membutuhkan waktu 7 hingga 8 tahun. Jika membutuhkan waktu selama itu, bagaimana sendi kehidupan warga bisa pulih?”

“Kesulitan pertama dalam pembangunan kembali adalah menemukan lahan. Yang kedua adalah memperoleh lahan. Ketiga, dibutuhkan analisis dampak lingkungan serta konservasi tanah dan air. Keempat, pembangunan berjalan lambat. Karena itu, saat itu kami memutuskan untuk mendiskusikan hal ini dengan Tzu Chi”.


doc tzu chi

“Master menyarankan untuk membangun rumah di wilayah yang aman, tetapi tidak terlalu jauh dari wilayah semula. Master juga bertanya pada saya apa pekerjaan korban bencana sebelumnya dan bisakah mereka kembali bekerja setelah pindah ke lingkungan baru”.

“Saya berkata bahwa di lingkungan baru ini, mereka bisa kembali bekerja. Jadi, kita memperhatikan kehidupan, ekosistem, dan produktivitas mereka”.

“Master juga bertanya pada saya apakah terdapat banyak warga lansia. Master menyarankan untuk membangun jalan setapak di lingkungan baru agar antartetangga dapat saling membantu”.

“Mari kita berikan tepuk tangan sebagai wujud terima kasih terhadap Tzu Chi dan Master Cheng Yen. Berkat welas asih, kebijaksanaan, dan kecermatan Master, pembangunan kembali bisa berjalan lancar,” petikan wawancara Walikota Taoyuan, Cheng Wen-tsan.

Mereka telah pindah ke sana tiga hari yang lalu. Bagi lansia yang hidup sebatang kara, saya menyarankan mereka untuk sering berinteraksi dengan tetangga. Seandainya terjadi sesuatu, ada tetangga yang bisa membantu mereka.


doc tzu chi

“Saya berdoa setiap hari,”ungkap Li A-xiang, penghuni rumah permanen Fuxing, Taoyuan dalam wawancara dengan Da Ai Tv Taiwan.

“Bagaimana Anda berdoa?” Tanya reporter Da Ai Tv Taiwan.

“Saya berdoa kapan saja. Saya berkata, “Tuhan, terima kasih.” “Rumah-rumah kami telah hancur.” “Namun, ada Tzu Chi yang akan membangun rumah bagi kami.”

“Jika ini memang kehendak Tuhan, maka bimbinglah mereka.” “Lindungi dan berkahilah mereka.”

“Yang terpenting, semoga mereka sehat selalu.” “Ke mana pun mereka pergi, semoga cinta kasih Tuhan selalu bersama mereka.”

“Saya sangat berterima kasih dan tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Sungguh, saya sepenuh hati berterima kasih pada kalian. Kalian menyediakan segalanya di rumah saya. Ada sumpit, sabun, handuk, kipas angin, bahkan kain lap. Saya benar-benar…,” petikan wawancara Li A-xiang, penghuni rumah permanen Fuxing, Taoyuan.

Nenek itu berkata bahwa dia berdoa dan bersyukur kepada Tuhan yang mengutus begitu banyak orang untuk membangun rumah bagi mereka. Sesungguhnya, setiap relawan kita bersumbangsih tanpa diminta. Jadi, relawan kita membangkitkan hati Bodhisatwa dan menjadi guru tak diundang untuk bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa pamrih.

Bagi para relawan kita, melihat nenek itu hidup tenang serta mendapat curahan perhatian dan cinta kasih, itulah yang terpenting. Sesungguhnya, nenek itu memiliki jalinan jodoh baik dengan Tzu Chi. Saya juga mendoakan sang nenek semoga hatinya senantiasa tenang. Tuhan terdapat di hatinya dan dia berdoa setiap hari. Asalkan memiliki keyakinan di dalam hati, kita akan merasa tenang.

Pascatopan kita juga melihat Keluarga Hong yang hampir mencapai 20 orang, mereka tinggal dengan tempat yang berbeda-beda. Kita mengatur agar keluarga yang terdiri atas tiga generasi ini bisa tinggal berdekatan di rumah permanen. Saya sangat bersyukur insan Tzu Chi turut hadir saat warga suku asli pindah ke rumah baru. Saya turut bergembira untuk mereka.

Inilah yang terjadi di Taiwan. Taiwan sangat dipenuhi berkah. Setelah melihat penderitaan, setiap orang bisa menyadari berkah dan kembali menciptakan berkah. Dengan lebih menghargai berkah, kita bisa menciptakan berkah bagi dunia. Melihatnya, saya sungguh terharu dan bersyukur.

Kembali membagikan barang bantuan untuk menolong orang yang kelaparan dan kekurangan
Berpuas diri meski hanya menikmati nasi putih
Melihat cinta kasih universal dalam upacara masuk rumah baru yang penuh sukacita
Menciptakan berkah dengan tulus sebagai guru tak diundang

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 Agustus 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 24 Agustus 2017

Meski kekuatan Topan Hato tidak tinggi, kita tetap harus bermawas diri dan tulus. Janganlah kita meremehkan topan ini. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus bermawas diri dan berhati tulus. Saya berharap setiap orang dapat memahami bahwa kondisi iklim bergantung pada pikiran manusia. Jika setiap orang bisa membangkitkan ketulusan dan menyelaraskan pikiran, maka kondisi iklim akan bersahabat.

 

Jadi, ini semua bergantung pada pikiran manusia. Lihatlah kebakaran hutan di Portugal yang berlangsung begitu lama dan merusak begitu banyak sumber daya alam. Ini sungguh menakutkan. Jadi, kita harus bermawas diri dan berhati tulus. Kehidupan manusia tidaklah kekal dan bumi pun rentan. Buddha senantiasa mengingatkan kita akan hal ini. Kita hendaknya menyadari kebenaran ini.

 

Kita bisa melihat saat ini, yang paling membutuhkan bantuan adalah Sierra Leone. Banyak warga yang selama ini hidup kekurangan. Kita masih terus memberikan bantuan di sana. Kita bisa melihat mereka memasak beras yang diperoleh. Meski hanya nasi putih, mereka sangat menikmatinya. Mereka tidak memiliki mangkuk dan selalu menggunakan kedua tangan mereka untuk mengambil nasi. Sambil makan, mereka juga menikmati aromanya. Sangat tidak mudah bagi orang-orang di sana untuk mendapatkan sesuap nasi.

 

Kita bisa melihat bahwa orang kurang mampu sangat mudah berpuas diri. Kehidupan setiap orang berbeda-beda. Kekuatan karma mengondisikan mereka terlahir di sana. Karena terlahir di lingkungan yang kekurangan, mereka mudah berpuas diri. Kita merasa bahwa mereka menderita karena kekurangan. Namun, wilayah yang makmur juga dilanda penderitaan, yakni penderitaan batin.

 

Meski kaya akan materi, tetapi batin mereka sangat menderita. Berhubung materi yang dimiliki orang kurang mampu sangat terbatas, maka sedikit barang bantuan saja bisa membuat mereka berpuas diri. Jadi, mereka mudah berpuas diri. Jika kita berbagi Dharma dengan mereka, maka mereka bisa membangkitkan kekayaan batin, bahkan bisa bersumbangsih bagi sesama. Kita harus bersungguh hati memahami prinsip kebenaran ini.

 

Taiwan sangat dipenuhi berkah. Tiga hari yang lalu, rumah permanen yang didirikan di Taoyuan telah diresmikan. Setiap keluarga pindah ke sana dengan gembira. Relawan kita juga mempersiapkan segalanya bagi mereka, seperti alat makan, beras, garam, dan minyak. Akibat tanah longsor yang terjadi pascatopan pada tahun 2015, warga suku asli kehilangan tempat tinggal dan terpaksa mengungsi ke tempat lain. Karena itu, walikota Taoyuan yang penuh rasa empati dan cinta kasih meminta bantuan pada Tzu Chi demi mereka.

 

“Saat topan menerjang, saya baru setengah tahun menjadi wali kota. Saya berpikir untuk memberikan sebuah teladan pembangunan kembali di Distrik Fuxing. Saya mendengar bahwa biasanya, setiap proyek pembangunan kembali membutuhkan waktu 7 hingga 8 tahun. Jika membutuhkan waktu selama itu, bagaimana sendi kehidupan warga bisa pulih?”

 

“Kesulitan pertama dalam pembangunan kembali adalah menemukan lahan. Yang kedua adalah memperoleh lahan. Ketiga, dibutuhkan analisis dampak lingkungan serta konservasi tanah dan air. Keempat, pembangunan berjalan lambat. Karena itu, saat itu kami memutuskan untuk mendiskusikan hal ini dengan Tzu Chi”.

 

“Master menyarankan untuk membangun rumah di wilayah yang aman, tetapi tidak terlalu jauh dari wilayah semula. Master juga bertanya pada saya apa pekerjaan korban bencana sebelumnya dan bisakah mereka kembali bekerja setelah pindah ke lingkungan baru”.

 

“Saya berkata bahwa di lingkungan baru ini, mereka bisa kembali bekerja. Jadi, kita memperhatikan kehidupan, ekosistem, dan produktivitas mereka”.

 

“Master juga bertanya pada saya apakah terdapat banyak warga lansia. Master menyarankan untuk membangun jalan setapak di lingkungan baru agar antartetangga dapat saling membantu”.

 

“Mari kita berikan tepuk tangan sebagai wujud terima kasih terhadap Tzu Chi dan Master Cheng Yen. Berkat welas asih, kebijaksanaan, dan kecermatan Master, pembangunan kembali bisa berjalan lancar,” petikan wawancara Walikota Taoyuan, Cheng Wen-tsan.

 

Mereka telah pindah ke sana tiga hari yang lalu. Bagi lansia yang hidup sebatang kara, saya menyarankan mereka untuk sering berinteraksi dengan tetangga. Seandainya terjadi sesuatu, ada tetangga yang bisa membantu mereka.

 

“Saya berdoa setiap hari,”ungkap Li A-xiang, penghuni rumah permanen Fuxing, Taoyuan dalam wawancara dengan Da Ai Tv Taiwan.

 

“Bagaimana Anda berdoa?” Tanya reporter Da Ai Tv Taiwan.

 

“Saya berdoa kapan saja. Saya berkata, “Tuhan, terima kasih.” “Rumah-rumah kami telah hancur.” “Namun, ada Tzu Chi yang akan membangun rumah bagi kami.”

 

“Jika ini memang kehendak Tuhan, maka bimbinglah mereka.” “Lindungi dan berkahilah mereka.”

 

“Yang terpenting, semoga mereka sehat selalu.” “Ke mana pun mereka pergi, semoga cinta kasih Tuhan selalu bersama mereka.”

 

“Saya sangat berterima kasih dan tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Sungguh, saya sepenuh hati berterima kasih pada kalian. Kalian menyediakan segalanya di rumah saya. Ada sumpit, sabun, handuk, kipas angin, bahkan kain lap. Saya benar-benar…,” petikan wawancara Li A-xiang, penghuni rumah permanen Fuxing, Taoyuan.

 

Nenek itu berkata bahwa dia berdoa dan bersyukur kepada Tuhan yang mengutus begitu banyak orang untuk membangun rumah bagi mereka. Sesungguhnya, setiap relawan kita bersumbangsih tanpa diminta. Jadi, relawan kita membangkitkan hati Bodhisatwa dan menjadi guru tak diundang untuk bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa pamrih.

 

Bagi para relawan kita, melihat nenek itu hidup tenang serta mendapat curahan perhatian dan cinta kasih, itulah yang terpenting. Sesungguhnya, nenek itu memiliki jalinan jodoh baik dengan Tzu Chi. Saya juga mendoakan sang nenek semoga hatinya senantiasa tenang. Tuhan terdapat di hatinya dan dia berdoa setiap hari. Asalkan memiliki keyakinan di dalam hati, kita akan merasa tenang.

 

Pascatopan kita juga melihat Keluarga Hong yang hampir mencapai 20 orang, mereka tinggal dengan tempat yang berbeda-beda. Kita mengatur agar keluarga yang terdiri atas tiga generasi ini bisa tinggal berdekatan di rumah permanen. Saya sangat bersyukur insan Tzu Chi turut hadir saat warga suku asli pindah ke rumah baru. Saya turut bergembira untuk mereka.

 

Inilah yang terjadi di Taiwan. Taiwan sangat dipenuhi berkah. Setelah melihat penderitaan, setiap orang bisa menyadari berkah dan kembali menciptakan berkah. Dengan lebih menghargai berkah, kita bisa menciptakan berkah bagi dunia. Melihatnya, saya sungguh terharu dan bersyukur.

 


Kembali membagikan barang bantuan untuk menolong orang yang kelaparan dan kekurangan

Berpuas diri meski hanya menikmati nasi putih

Melihat cinta kasih universal dalam upacara masuk rumah baru yang penuh sukacita

Menciptakan berkah dengan tulus sebagai guru tak diundang

 

Memandang ke seluruh dunia,kini ingin meminum seteguk air bersih saja semakin sulit karena air terus mongering. Berhubung hujan tak kunjung turun,air tanah pun mengering. Para ilmuwan menyatakan bahwa kini ada ratusan juta orang di seluruh dunia

yang terjangkit penyakit kolera. Selain itu, juga ada yang terkena tifus. Berhubung tidak ada air bersih, maka sumber penyakit semakin banyak. Tanpa air bersih, lingkungan semakin kotor dan tercemar sehingga muncul banyak penyakit,

seperti kolera dan tifus. Ini sungguh membuat orang khawatir melihatnya.

 

Wilayah yang terkena dampak terbesar dari penyebaran penyakit menular akibat pencemaran air adalah Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

 

Dengan berkurangnya air bersih, penyakit menular terus muncul.

Di beberapa benua itu, kita bisa melihat dengan jelas bahwa semuanya karena pencemaran air. Curah hujan yang tidak merata

juga bisa mendatangkan bencana. Kita bisa melihat

terjangan satu demi satu topan di seluruh dunia. Baik Asia maupun Amerika, semuanya terus diterjang topan. Beberapa hari belakangan ini, pengaruh Topan Malou dan Topan Lionrock juga mengakibatkan banjir di Tainan dan tanah longsor di Baihe.

 

Tanah longsor kali ini cukup parah sehingga beberapa keluarga harus dievakuasi. Setelah menerima kabar ini,

insan Tzu Chi segera menyurvei lokasi bencana dan mencurahkan perhatian. Hari ini tanggal 8 September. Kalian pasti masih ingat dua bulan yang lalu, tepatnya tanggal 8 Juli, Topan Nepartak menerjang Taitung dan mendatangkan bencana besar.

Namun, setelah meninggalkan Taitung, topan ini mendarat di Provinsi Fujian, Tiongkok dan juga mendatangkan bencana besar di berbagai kabupaten.

 

Pada tanggal 12 Juli, insan Tzu Chi sudah mulai melakukan survei

dan membagikan barang bantuan. Para relawan kita terus-menerus mencurahkan perhatian. Beberapa hari ini, relawan kita kembali melakukan survei. Pembagian bantuan musim dingin tahun ini

akan dipercepat. Relawan kita akan mulai membagikan bantuan

pada musim gugur karena terjangan Topan Nepartak kali ini

telah mendatangkan bencana yang sangat besar.

 

Banyak rumah yang runtuh dan semua perabot rumah tangga

terendam air. Warga kehilangan segalanya. Relawan kita juga meminta persetujuan dari pemerintah setempat. Pemerintah setempat juga berharap pembagian bantuan musim dingin dapat dipercepat. Jadi, mereka bermusyawarah. Sesungguhnya, kita bukan mempercepat, melainkan mengadakan pembagian bantuan ekstra

sebelum musim dingin. Kita sudah mulai mempersiapkan

pembagian bantuan pada musim gugur karena musim gugur sudah mulai dingin.

 

Berhubung warga telah kehilangan segalanya,

seperti pakaian dan selimut yang dapat menghangatkan tubuh,

maka kita mulai bersiap-siap untuk membagikan barang bantuan

pada musim gugur ini. Saat kembali menyurvei lokasi bencana,

relawan kita melihat bahwa ada orang yang belum bisa melapangkan hati. Contohnya bapak ini. Dia berniat untuk bunuh diri.

Dia terkena dampak bencana yang parah dan enggan berbicara.

 

Anda harus percaya bahwa di dunia ini, masih ada banyak orang penuh cinta kasih yang akan memperhatikan kalian. Jika kita masih diberi kehidupan, kita tidak boleh berpikir untuk mengakhirinya. Kita bisa mencari jalan keluar bersama. Kondisi Anda pasti akan perlahan-lahan membaik. Kita t

Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -