Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Hati dan Menciptakan Berkah untuk Melenyapkan Bencana
“Hujan yang akan turun beberapa hari ke depan berbeda
dengan sebelumnya. Sebelumnya, hujan yang turun sangat deras, tetapi dalam
waktu yang agak singkat. Namun, kali ini, hujan yang turun bukan hanya sangat
deras, tetapi juga akan berlangsung selama berhari-hari. Area terbentuknya awan
konvektif kuat mungkin akan berbeda-beda setiap hari. Cuaca tak akan cerah kembali dalam waktu
singkat. Selama seminggu ke depan, semua orang harus lebih berhati-hati,” kata
Wu Wan-hua dari Biro Cuaca Pusat.
“Jangkauan hujan frontal kali ini lebih menyeluruh. Seluruh Taiwan, terlebih wilayah barat, mungkin akan terkena dampak hujan frontal dan angin monsun barat daya. Di wilayah barat Taiwan akan turun hujan deras. Tentu, di wilayah pegunungan juga mungkin akan turun hujan yang sangat deras,” kata Hsu Chung-yi, Pemrakira cuaca Biro Cuaca Pusat.
Melihat siaran berita, saya sungguh merasa tidak tenang. Sekitar belasan hari yang lalu, baru dilanda bencana akibat hujan frontal. Saat itu, insan Tzu Chi segera membantu upaya pembersihan dan melakukan survei bencana. Namun, prakiraan cuaca kembali mengeluarkan peringatan hujan frontal sehingga orang-orang kembali meningkatkan kewaspadaan.
Insan Tzu Chi juga segera bergerak menuju wilayah pedesaan dan pegunungan untuk mencurahkan perhatian dan mengingatkan warga akan hal ini. Relawan kita juga melakukan upaya antisipasi agar keselamatan warga terjaga. Relawan kita sangat bersungguh hati. Saat ada yang membutuhkan, relawan kita segera bersumbangsih.
Relawan kita juga mengatasi berbagai kesulitan untuk melakukan antisipasi bencana guna menjaga keselamatan warga. Setiap kali melihat para Bodhisatwa dunia bersumbangsih di segala penjuru yang membutuhkan, saya merasa sangat tersentuh, tetapi juga sangat khawatir. Saya terus mengingatkan relawan kita untuk tetap menjaga keselamatan diri saat menolong orang yang membutuhkan.
Kita harus meningkatkan kewaspadaan. Saya sangat khawatir akan hujan
frontal kali ini karena bisa mendatangkan curah hujan tinggi. Seluruh warga
Taiwan, termasuk Penghu dan Kinmen, harus waspada dan melakukan antisipasi. Dengan
bersikap waspada dan melakukan antisipasi, keselamatan akan terjaga. Sungguh,
kita harus meningkatkan kewaspadaan dan melakukan antisipasi, baru bisa
meminimalkan dampak bencana.
Saya sangat khawatir melihatnya. Karena itu, insan Tzu Chi kembali
berkunjung ke wilayah pegunungan yang lebih rawan bencana untuk mengingatkan
warga melakukan antisipasi dan menasihati mereka agar tidak memaksakan diri dan
tidak keras kepala. Berhubung perubahan iklim sangat ekstrem, mereka harus bisa
menerima.
Yang dimaksud dengan menerima di sini adalah menerima nasihat
orang lain untuk berevakuasi ke tempat yang lebih aman. Dengan bersungguh hati,
insan Tzu Chi bertindak secara nyata untuk mengingatkan warga.
Kita juga melihat TK Tzu Chi di Malaysia mendidik anak-anak dengan
sangat baik. Saya sering memuji mereka. Pendidikan kehidupan di sana membuat
anak-anak bisa memahami penderitaan di dunia ini. Agar anak-anak bisa
menghargai berkah, mereka harus merasakan kesulitan dalam kehidupan
sehari-hari. Karena itu, para guru berbagi kisah dengan mereka terlebih dahulu,
lalu membuat mereka merasakan bagaimana rasanya bekerja untuk menjaga
kelangsungan hidup.
Para guru berbagi dengan mereka bahwa hidup saya dan para bhiksuni
di Griya Jing Si sangat sederhana. Dari dahulu hingga sekarang, kita harus
bekerja untuk menjaga kelangsungan hidup. Agar anak-anak bisa menghargai air, mereka
harus memikul air.
“Tidak boleh memboroskan air, harus hemat. Kakek Guru berkata bahwa jangan memboroskan air karena air sangat berharga.”
“Lelah sekali,” kata Ming Sheng-jie, seorang murid.
“Lalu, apa yang akan kamu lakukan?”
Saya tidak akan menyerah. kata Ming Sheng-jie.
“Air itu untuk kamu pakai sendiri?”
“Bukan, untuk kakak-kakak kelas saya,” tambah Ming Sheng-jie,.
“Saya tahu, karena untuk kakak-kakak kelas, maka kamu tidak
menyerah.”
Anak-anak juga diajari untuk menghargai makanan. Para guru berbagi
dengan mereka bahwa dahulu, para bhiksuni di Griya Jing Si hanya makan nasi dengan
tahu yang diasinkan sebagai lauknya. Dengan begitu, mereka bisa memahami penderitaan
di kala tidak punya makanan dan tidak akan memilih-milih makanan. Inilah
pendidikan kehidupan di sana.
“Kita
berharap murid dari berbagai tahapan usia bisa meneladani Master dan para guru
di Griya Jing Si yang hidup tekun dan hemat agar mereka bisa hidup sederhana serta
tidak berpola hidup konsumtif dan hanya memenuhi nafsu keinginan mereka,” ujar Shi Hui-li,
seorang guru.
Kata Renungan Jing Si yang diajarkan pada mereka juga bisa diserap
ke dalam hati karena pikiran mereka sangat murni dan mudah menyerap apa yang
diajarkan. Asalkan orang yang mendidik bersungguh hati, maka anak-anak yang
polos bisa menyerap semua didikan itu. Anak-anak di taman kanak-kanak bagaikan
benih yang baru bertunas. Agar benih-benih ini bertumbuh subur, dibutuhkan
tukang kebun untuk menanam benih di tanah yang sesuai dan menyiramkan air dalam
jumlah yang pas.
Sistem pendidikan kita memberikan pendidikan di berbagai jenjang dari
mereka kecil hingga dewasa. Selain menerima pendidikan di sekolah, anak-anak
juga dibimbing untuk terjun ke tengah masyarakat. Setelah memahami Kata
Renungan Jing Si, mereka juga berbagi dengan orang lain.
Apa yang akan kita lakukan hari ini?
“Menyebarkan…/
Kata Renungan Jing Si. Selamat pagi, Nyonya Bos. Kami adalah murid TK Cinta
Kasih Tzu Chi. Bolehkah Anda memberi kami sedikit waktu? Kami ingin berbagi satu
Kata Renungan Jing Si dengan Anda. Jangan meremehkan diri sendiri karena setiap
orang memiliki potensi yang tak terhingga. Anda tahu arti dari kalimat ini?,”
kata Dai
Hong-le, seorang murid.
Mereka berbagi Kata Renungan Jing Si yang paling mereka sukai dan
bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mendengar perkataan anak-anak, warga
sangat tersentuh. Anak-anak juga mengajak warga untuk berbuat baik dan
mengembangkan cinta kasih.
“Kata
Renungan Jing Si adalah kata-kata yang baik. Kita harus memperlihatkannya pada
semua orang agar mereka menjadi orang baik dan Bumi tidak jatuh sakit,” kata Lin Kai-yu
seorang murid.
“Kamu ingin semua orang menjadi orang baik?/ Ya. Apa yang kamu
pelajari darinya?
“Menghormati,” jawab Lin Kai-yu.
Bagaimana cara menghormati?
“Menghormati harus bersungguh hati. Kita tidak boleh mengganggu
orang lain saat mereka sedang sibuk,” kata Lin Kai-yu, murid lainnya.
Lihatlah, sistem pendidikan kita membina seseorang dari kecil
hingga dewasa. Kini, pendidikan seperti ini sangat dibutuhkan. Kini,
ketidakselarasan unsur alam dan perubahan iklim sangat mengkhawatirkan. Ketidakselarasan
unsur alam ditimbulkan oleh ketidakselarasan pikiran manusia. Karena itu, kita
harus bersungguh-sungguh menyucikan hati dan menciptakan berkah.
Setelah hati manusia tersucikan, barulah kondisi iklim bisa
kembali bersahabat dan unsur tanah, air, api, dan angin bisa kembali selaras. Segala
sesuatu bergantung pada sebersit pikiran. Karena itu, kita harus menjaga
pikiran dengan baik.
Mengingatkan
warga untuk mengantisipasi bencana
Melakukan
antisipasi bencana untuk meminimalkan dampak bencana
Mendidik anak-anak agar bisa
memahami penderitaan
Menasihati orang-orang untuk berbuat
baik dan menciptakan berkah
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 Juni 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 16 Juni 2017