Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Hati demi Menciptakan Kedamaian
“Hari ini saya membawa anak saya yang sering batuk dan sakit. Agak sulit bagi kami untuk berobat ke klinik. Uang kami tidak cukup. Butuh banyak biaya untuk berobat di klinik. Upah kerja kami hanya sedikit,” kata Afsarin pengungsi.
“Semua relawan Tzu Chi sangat penuh welas asih terhadap orang-orang yang membutuhkan. Kami sangat gembira,” kata Nan Lianhua Kepala Sekolah.
“Masalah utama ialah rabun jauh. Banyak anak mengalami rabun jauh. Jika tak dapat melihat tulisan di papan tulis, sudah pasti mereka tak dapat membaca buku. Jika mereka tidak dapat membaca buku, masa depan mereka tidak akan cerah. Jadi, kegiatan baksos ini sangatlah penting,” kata dr. Lin Shu-xian anggota TIMA.
“Saya gembira karena sudah belajar cara menggosok gigi. Dahulu saya tidak bisa. Sekarang saya sudah bisa, setelah relawan Tzu Chi mengajari saya,” kata Farida siswi.
Kita melihat insan Tzu Chi menjangkau banyak pengungsi. Para pengungsi itu sangat menderita. Wilayah Malaysia juga luas. Selain memberi perhatian, relawan Tzu Chi membantu biaya pendidikan anak-anak mereka. Tzu Chi menyewa tempat untuk dijadikan sekolah bagi anak-anak itu dalam jangka panjang.
Para relawan Tzu Chi memperhatikan kehidupan para pengungsi. Saya jarang membahas tentang sumbangsih relawan Tzu Chi Malaysia bagi para pengungsi. Saya sangat tersentuh. Di sana, selama ini para pengungsi menganggap insan Tzu Chi bagai keluarga. Para relawan juga tetap menghormati keyakinan para pengungsi dan tidak mengusiknya sama sekali. Insan Tzu Chi selalu siap membantu mereka. Begitu suatu laporan kasus diterima, baik anak SD maupun sekolah menengah, asalkan mereka ingin bersekolah, Tzu Chi akan berusaha memenuhi kebutuhan pendidikan mereka secara yang menyeluruh, termasuk kebutuhan untuk beribadah.
Bagi sebuah organisasi Buddhis, ini mungkin bukan hal yang mudah. Insan Tzu Chi selalu bersumbangsih tanpa pamrih dengan penuh rasa syukur. Ini adalah wujud kebaikan hati yang murni. Ini tentu tidak pernah berubah selamanya. Saya juga berharap semua orang di dunia dapat bersumbangsih tanpa pamrih. Yang menerima juga hendaknya bersyukur dan menghormati. Semua orang harus saling menghormati. Inilah ajaran yang benar.
Meski bukan ajaran Buddha, selama suatu ajaran membimbing ke arah yang benar, ia tetaplah ajaran yang benar. Itulah mengapa setiap kali terjadi bencana dan ada tempat ibadah apa pun yang rusak, Tzu Chi tetap membantu memperbaikinya. Salah satunya ialah gereja di Ekuador yang baru saja diresmikan. Setelah gempa terjadi, kita membantu mereka membangun kembali gedung gereja. Interiornya sungguh agung. Tampak luarnya juga sangat indah.
“Setelah hampir dua tahun mengikuti seluruh prosesnya, saya tak pernah membayangkan hasilnya akan seperti ini. Dengan kata lain, hasilnya jauh melampaui perkiraan kami. Pekerja di sini juga merasa bangga telah menjadi bagian dari proyek ini,” kata Martin Kuo relawan Tzu Chi Amerika Serikat.
“Kini semua orang berfokus pada penyelesaian akhir pembangunan gereja. Bantuan dana dari Tzu Chi untuk pembangunan gereja yang agung ini juga sangat menyentuh. Ini juga mengubah mentalitas orang-orang. Mulanya, mereka berkelompok. Kini mereka bersatu dan melangkah ke arah yang sama,” kata Julian Zamora Insinyur sipil.
“Hasilnya sungguh luar biasa. Kini kita harus terus menyebarkan cinta kasih yang melampaui batasan agama. San Andres de Canoa adalah tempat bagi seluruh warga untuk berkumpul seperti rumah sendiri,” kata Suster Mercedes Ajila Biarawati Ordo Fransiskan.
“Ini adalah sebuah proyek monumental. Ini memberi sandaran batin bagi warga,” kata William Navarro warga Canoa.
“Bagi warga di sini, gereja bukan hanya tempat beribadah, tetapi juga sandaran batin. ,” kata Amarilli Murillo Warga Canoa.
“Cinta kasih insan Tzu Chi tidak membeda-bedakan agama dan ras. Setelah gempa, Canoa tidak hancur. Canoa tetap berdiri tegak. Gereja indah yang kita lihat ini juga membuat warga memiliki sandaran batin yang baik,” kata relawan Tzu Chi.
Inilah semangat ajaran Buddha, yaitu bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih. Kita juga melihat para suster dan pastor berinteraksi dengan para relawan. Mereka juga menyatakan rasa terima kasih dan meminta Tzu Chi membuka plakat di sana. Ini yang terjadi di Ekuador. Mereka berinisiatif mempersiapkannya. Kita hanya berniat untuk membantu tanpa mengharapkan balasan.
Dalam hubungan antarmanusia, orang-orang dari negara yang berbeda dapat merasakan bahwa meski insan Tzu Chi memiliki keyakinan tertentu, tetapi tidak mendiskriminasi keyakinan lain. Insan Tzu Chi tetap menjalankan keyakinan dengan tulus dan taat. Dengan hati yang tulus dan pikiran benar, kita berinteraksi dengan setiap orang. Jadi, kita tidak membeda-bedakan ras dan agama. Kita hanya membawa ketulusan dan cinta kasih untuk bersumbangsih.
Demi berlatih untuk mencapai kebuddhaan, kita harus menjalin jodoh baik dengan semua makhluk di dunia. Ini berarti memegang Dharma yang benar. Dengan memegang Dharma yang benar, di seluruh dunia, selamanya kita menganggap semua makhluk memiliki jalinan jodoh baik dengan kita. Kita harus memiliki sikap batin seperti ini. Inilah dasar dan jalan untuk mencapai kebuddhaan. Jadi, Dharma yang benar harus digunakan untuk menenteramkan hati manusia. Jika hati manusia tenteram dan tersucikan, barulah masyarakat dan negara akan damai.
Singkat kata, inilah cara kita menyebarkan Dharma yang benar. Agama mana pun pada esensinya mengandung Dharma. Esensi keyakinan ini tidak boleh menyimpang. Inilah yang disebut jalan benar. Dengan semangat ini, semua negara akan damai. Tidak akan terjadi kekacauan seperti saat ini yang membuat berbagai negara hancur, banyak keluarga tercerai-berai, dan banyak orang kehilangan tempat tinggal. Berbagai masalah di dunia tak akan terjadi selama semua orang berada di jalan benar. Jadi, saya berharap kita semua dapat bersama-sama berusaha. Kita tak perlu banyak berkata-kata.
Setiap hari saya memang berbicara banyak, tetapi asalkan orang yang mendengar dapat mengambil satu kalimat atau satu penggal saja kata-kata yang sederhana untuk diterapkan dalam interaksi antarmanusia, tentu akan membawa pengaruh besar. Dengan menyerap ajaran yang sederhana, kita dapat bersumbangsih dengan tulus dan sepenuh hati. Inilah yang dilakukan insan Tzu Chi.
Pemberi
dan penerima bantuan saling bersyukur dan menghormati
Bersumbangsih
dengan tulus tanpa pamrih
Menyebarkan
cinta kasih tanpa memandang perbedaan agama
Menyucikan
hati manusia dengan Dharma demi menciptakan kedamaian
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 25 September 2019