Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Hati dengan Membina Cinta Kasih dan Welas Asih

Mendengar para relawan kita berbagi pengalaman, saya semakin yakin bahwa menyucikan hati semua orang di seluruh dunia tidaklah sulit. Kita bisa melihat para Bodhisatwa dari Afrika mengikuti jejak langkah saya dengan sangat erat. Mereka tahu bahwa perjalanan ini sangat sulit, tetapi sesulit apa pun, mereka tidak takut. Lagu yang mereka nyanyikan sungguh mencerminkan isi hati mereka. Mereka bernyanyi dengan sangat serentak. 

Saya sungguh sangat tersentuh oleh sekelompok murid saya yang baik ini. Meski kekurangan secara materi, mereka memiliki hati yang sangat murni dan cinta kasih yang sangat tulus. Mereka berpegang pada Dharma dengan sungguh-sungguh dan tulus. Mereka tidak menyimpang selangkah pun dari mazhab Tzu Chi. Karena itulah, saya sering memuji mereka.

Saya juga mendengar seorang relawan berikrar untuk mengajak 10 ribu orang bervegetaris. Dia pasti bisa mewujudkannya. Saya yakin akan hal ini. Mengapa saya begitu mementingkan pola makan vegetaris? Karena dengan bervegetaris, kita bisa membersihkan batin kita. Bumi tercemar karena terlalu banyak sampah, sedangkan batin kita tercemar karena terlalu banyak noda dan kegelapan batin.

Kegelapan batin pertama kita adalah nafsu untuk mengonsumsi daging. Setiap hari, begitu membuka mata, kita memikirkan apa yang akan kita makan. Jika kita bisa mengendalikan nafsu makan, maka nafsu keinginan lainnya juga bisa dikendalikan. Dengan bervegetaris, kita juga dapat membina cinta kasih dan welas asih. Inilah yang disebut bersih dari sumbernya.

Dengan bervegetaris, kita dapat menyucikan hati, menjaga kesehatan tubuh, dan membawa manfaat bagi bumi. Jadi, menggalakkan pola makan vegetaris sungguh sangat penting. Menjaga kelestarian lingkungan sangat penting, bervegetaris juga sangat penting. Bervegetaris merupakan sumber dari cinta kasih dan welas asih. 

Singkat kata, untuk bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih, kita harus membina cinta kasih dan welas asih terlebih dahulu. Dalam Sutra Bunga Teratai bab Pembabar Dharma juga diulas bahwa Buddha berharap setiap orang memiliki istana welas asih, jubah kelembutan dan kesabaran, serta singgasana kekosongan untuk dapat membabarkan Dharma. Jadi, kita harus membina hati penuh cinta kasih dan welas asih. Hati yang penuh cinta kasih dan welas asih bagaikan sebuah rumah. Kita harus mengubah dunia ini menjadi sebuah rumah besar yang penuh cinta kasih dan welas asih.

Jika kita bisa melakukannya, maka hati setiap orang di dunia ini akan dipenuhi cinta kasih dan welas asih. Kita harus melapangkan hati hingga bisa merangkul seluruh alam semesta. Inilah mazhab Tzu Chi dan ajaran Jing Si. Semangat kita saat terjun ke tengah masyarakat adalah bersumbangsih bagi semua orang tanpa memandang perbedaan agama, ras, dan kewarganegaraan. Karena itu, kita harus melapangkan hati.

Kita mendengar seorang prodiakon berbagi pengalamannya. Setelah tahu tentang Tzu Chi, dia memahami bahwa Agama Buddha mengajarkan welas asih dan agama Katolik mengajarkan kasih. Inilah yang dia rasakan. Setelah mengenal Tzu Chi, dia juga bergabung menjadi relawan Tzu Chi. Ini membuat saya sangat tersentuh.

Menyelamatkan semua makhluk yang tidak terbatas, melenyapkan noda batin yang tiada akhir, mempelajari pintu Dharma yang tidak terhingga, dan mencapai kebuddhaan yang tertinggi, inilah arah tujuan kita semua. Kita harus memiliki istana welas asih. Di dalam hati kita, terdapat sebuah ruang yang merupakan tempat tinggal sifat hakiki kita. Kita hendaknya memenuhi ruang tersebut dengan cinta kasih dan welas asih agung. Kita juga hendaknya menghadapi segalanya dengan lembut.

Untuk menjadi seorang Bodhisatwa,  janganlah perhitungan dengan orang lain. Saat menghadapi orang yang perkataannya tak sedap didengar dan raut mukanya tak sedap dipandang, kita harus bersikap pengertian, berlapang dada, dan bersyukur karena mereka merupakan mitra bajik kita. Dalam melatih diri, jika tidak bertemu dengan angin haluan, bagaimana kita bisa mengetahui kemampuan kita? Karena itu, kita harus senantiasa bersyukur dan menghadapi segalanya dengan lembut bagai mengenakan jubah kelembutan. Inilah yang disebut melatih diri. Jadi, kita harus bersungguh-sungguh mengubah tabiat buruk kita. Inilah pelatihan diri yang sesungguhnya.

Kita bersumbangsih tanpa pamrih. Jadi, apa yang perlu diperhitungkan? Asalkan menyerap Dharma ke dalam hati, kita bisa bersumbangsih sebagai Bodhisatwa di dunia ini dengan bahagia. Kita akan merasakan sukacita dalam Dharma dan berusaha semampu kita untuk bersumbangsih meski menghadapi kesulitan. Setelah melenyapkan penderitaan orang-orang yang menderita, kita juga berbagi Dharma dengan mereka. Melihat mereka membangkitkan kekayaan batin, kita merasa sangat gembira. Mereka terselamatkan, sedangkan kita memperoleh ketenangan dan sukacita.  Kedamaian dan ketenanganlah yang kita peroleh dari bersumbangsih. Selain itu, jiwa kebijaksanaan kita juga bertumbuh. 

Bodhisatwa sekalian, dengan bertumbuhnya jiwa kebijaksanaan, kita bisa memiliki singgasana kekosongan. Kita bersumbangsih tanpa pamrih. Meski demikian, saat mengenangnya, hati kita tetap dipenuhi sukacita. Dengan bersumbangsih tanpa pamrih, kita akan dipenuhi sukacita dalam Dharma. Kita mengemban misi Tzu Chi dengan sepenuh hati untuk membabarkan Dharma. Dengan bersumbangsih secara nyata, berarti kita sedang membabarkan Dharma. Kita harus sungguh-sungguh berpegang pada sila Tzu Chi. 

Saya berharap kalian bisa membabarkan Dharma dengan menjadi teladan. Inilah harapan saya terhadap kalian semua. Saya bersyukur mendengar kalian berbagi kisah. Saya telah mencatatnya

dan akan selalu mengingatnya. Saya berharap setelah pulang ke negara kalian, kalian tidak membuat saya merasa khawatir, melainkan membuat saya semakin tenang. Saya berharap di setiap 50 tahun yang tak terhingga di masa mendatang, kalian bisa membina generasi-generasi penerus kalian menjadi Bodhisatwa. Bisakah kalian melakukannya? (Bisa) Jika bisa demikian, maka dunia ini akan menjadi dunia yang paling dipenuhi berkah.

Bersumbangsih tanpa takut menghadapi kesulitan

Berikrar untuk mengajak sepuluh ribu orang bervegetaris

Menyucikan hati dengan membina cinta kasih dan welas asih

Menghadapi segalanya dengan lembut dan sabar serta bersumbangsih tanpa pamrih


Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 November 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 19 November 2016

 

Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -