Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Hati Manusia dan Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan
Lihatlah, bencana alam terjadi karena karma buruk kolektif kita dan kita jugalah yang menerima akibatnya. Apa yang ditabur, itulah yang dituai. Ini sama seperti tekanan udara tinggi dan rendah yang memengaruhi arah badai. Ketika badai datang, manusia tak dapat melawannya.
Kini, orang-orang bisa menggunakan jaringan internet, tetapi tidak bisa melindungi diri dari noda dan kegelapan batin dengannya. Sebaliknya, mereka malah terjerumus dan tersesat di dalamnya. Kapan mereka dapat terbebas dari delusi?
Makhluk awan selalu mencari kerisauan sendiri. Ketika mendengar sedikit kritikan, mereka langsung berhenti melakukan hal yang seharusnya dilakukan. Kehidupan seperti ini sangat menyedihkan. Mereka tak tahu tujuan hidup mereka. Melihat orang-orang tidak bisa membebaskan diri dari delusi, hati saya selalu merasa tidak tenang, gelisah, dan bergumul.
Beberapa hari ini, kita mengadakan rapat komisaris dan pelatihan fungsionaris 4 in 1 Tzu Chi Indonesia serta pelatihan anggota Tzu Cheng wilayah tengah Taiwan. Melihat insan Tzu Chi Indonesia, saya sangat terhibur. Mereka sangat bersungguh-sungguh. Mereka mengingat kata-kata yang saya ucapkan pada tanggal tertentu. Saya hanya mengucapkannya dengan ringan, tetapi mereka mempraktikkannya dengan sungguh-sungguh di Indonesia. Mereka tahu jelas apa yang harus dilakukan dan bisa melepas ego mereka.
Kini Bapak Franky Oesman Widjaja telah merekrut 1,1 juta hingga 1,2 juta donatur. Dia membangun ikrar bahwa tahun ini akan mencapai 2 juta donatur. Selain itu, dia juga menggalakkan semangat celengan bambu. Perusahaannya juga membantu membimbing petani dan pekerja di seluruh Indonesia yang dapat mereka jangkau. Perusahaannya membantu meringankan penderitaan orang-orang dan membimbing mereka untuk menyisihkan uang ke dalam celengan bambu.
Jadi, saya berkata kepada para relawan bahwa mereka adalah orang-orang bajik yang berkumpul bersama. Orang-orang bajik ini bersedia bersumbangsih demi orang lain. Jadi, mereka juga bisa disebut insan yang berkualitas. Mereka semua adalah orang-orang bajik yang bersedia melepas ego mereka. Karena itulah, kami bisa memiliki tujuan yang sama.
Mereka mengetahui dan memahami tujuan saya serta mendukung saya menjalankan Tzu Chi sehingga saya tidak sendirian. Meski jarak di antara kami sangat jauh, tetapi hati kami sangat dekat. Mereka mengandalkan sumber daya lokal untuk menjalankan misi Tzu Chi. Mereka mengembangkan kekuatan cinta kasih serta bekerja sama dengan tentara, pemerintah, dan warga. Di mana pun bencana terjadi, asalkan Tzu Chi menyiapkan barang bantuan, tentara akan membantu mengirimkannya melalui udara, darat, ataupun laut.
Saya sangat kagum pada mereka. Tentu saja, saya juga sangat senang melihat begitu banyak insan Tzu Chi yang kembali untuk mengikuti pelatihan. Saya juga sangat terhibur karena ada banyak orang yang mengetahui dan memahami tujuan saya serta mendukung saya menjalankan Tzu Chi. Melihat semua ini, saya sangat bersyukur. Baik umat perumah tangga maupun bhiksuni, semua murid saya mendampingi saya dengan cinta kasih berkesadaran.
Dalam menapaki Jalan Bodhisattva, kita berharap kita dapat benar-benar menginspirasi orang-orang untuk bergabung dengan kita. Kita tak boleh menyerah meski berada dalam lingkungan seperti ini. Akibat ketidakselarasan empat unsur alam, bencana kerap terjadi. Kita semua harus turut berupaya untuk mengurangi bencana.
Kemarin, saya bertanya kepada anggota Tzu Cheng, "Apakah kalian menyayangi anak cucu kalian?"
"Jika ya, maka kalian harus mewujudkan masyarakat yang harmonis agar generasi penerus kita dapat hidup dengan aman dan tenteram."
Agar masyarakat harmonis, kita harus terus menyucikan hati manusia. Dari berita kemarin, saya melihat bahwa ada orang sengaja pergi bermain ke pantai walaupun ada topan. Jika terjadi sesuatu, berapa banyak sumber daya masyarakat yang harus dihabiskan untuk menolong mereka?
Lain halnya dengan insan Tzu Chi. Mereka pergi memeriksa tempat tinggal suku Tjukuvulj karena di Taitung bertiup angin kencang dan turun hujan deras. Dua tahun lalu, topan menerjang dan menghancurkan rumah mereka. Tzu Chi membantu mereka membangun rumah permanen. Kini warga bisa tenang meski badai menerjang. Inilah yang dilakukan Tzu Chi untuk menenteramkan hidup banyak orang. Kapan pun dan di mana pun, insan Tzu Chi selalu bersumbangsih.
Jadi, kita harus menggenggam waktu. Kita bisa mencapai sesuatu saat kita masih hidup. Saat ini, kita memiliki tujuan yang sama. Kita harus saling mendukung untuk mencapai tujuan kita. Kekuatan satu orang sangatlah kecil, tetapi jika banyak orang bekerja sama, maka akan terhimpun kekuatan besar. Kata "gotong royong" terdiri atas empat aksara "kekuatan". Jika kita bisa bersatu hati, membina keharmonisan, saling mengasihi, dan bergotong royong, bukankah akan terhimpun kekuatan besar?
Jadi, saya berharap semua orang dapat mengerahkan kekuatan. Kita harus menggenggam waktu dan memanfaatkan kehidupan. Di mana pun berada, kita harus terus berusaha untuk membebaskan diri dari delusi. Jika tidak, akibatnya sungguh tak terkira.
Semua makhluk menciptakan karma buruk karena terperangkap dalam delusi
Orang-orang bajik memiliki tekad yang sama
Guru dan murid bersama-sama menapaki Jalan Bodhisattva
Bekerja sama dengan harmonis untuk membantu warga korban bencana
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 September 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 19 September 2018
Editor: Stefanny Doddy